Anda di halaman 1dari 49

PEMBUATAN BENTUK SEDIAAN

PADAT DAN PERMASALAHANNYA


 Obat merupakan suatu bahan, yang dapat merupakan bahan alam atau sintesis, yang

dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis pada tubuh manusia ataupun

hewan, dengan tujuan untuk menyembuhkan, mengurangi/ menghilangkan gejala,

mencegah, menegakkan diagnosis meningkatkan stamina maupun memperelok badan.

Dalam hal ini obat didesain sebagai suatu sistem yang terintegrasi untuk mencapai

tujuan terapi secara aman, efektif, dan efisien.

 Bentuk sediaan solid memiliki wujud padat, kering, mengandung satu atau lebih zat

aktif yang tercampur homogen. Bentuk sediaan solid memiliki suatu keunggulan jika

dibandingkan dengan bentuk sediaan liquid, yaitu bahwa dengan keringnya bentuk

sediaan tersebut, maka sediaan tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif

didalamnya, sedangkan kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah pada penggunaan

oral, pemberiaan sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup menyulitkan, perlu

disertai dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik. Banyak ragam bentuk sediaan

solid dalam dunia kefarmasiaan , antara lain serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria.
Kategori :
 Apa yang dimaksud dengan bentuk sediaan padat / solid ?

 Apa saja macam - macam sediaan padat / solid?

 Bagaimana pembuatan bentuk-bentuk sediaan solid?

 Apa saja permasalahan dalam pembuatan bentuk-bentuk sediaan solid dan


pemecahan masalahnya?
 Sediaan solid adalah sediaan yang mempunyai
bentuk dan tekstur yang padat dan kompak. Macam-
macam sediaan solid pada obat antara lain : serbuk,
granul, tablet, kapsul, pil, suppositoria.

 Serbuk yaitu campuran kering bahan obat atau zat kimia


yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau
untuk pemakaian luar. Syarat serbuk harus halus, kering
dan homogen.
Penggolongan serbuk
1. Serbuk terbagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok, untuk sekali
minum. Umumnya digunakan untuk penggunaan oral.

2. Serbuk tidak terbagi (pulvis) adalah serbuk yang tidak


dapat terbagi untuk pemakaiannya, contohnya serbuk
tabur, serbuk gigi, serbuk bersin dan serbuk
effervecent.
Permasalahan dalam pembuatan serbuk terbagi (pulveres) :

 Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan tidak diencerkan


(lumpang dilapisi dulu dengan SL)

 Jika bahan serbuk mempunyai BJ yang berlainan  masukkan bahan yang BJ


yang besar dahulu baru kemudian bahan yang BJnya lebih rendah

 Bahan-bahan dalam serbuk kering sehingga u/ menggerus Kristal dan bahan


higroskopis  menggunakan lumpang panas (cthx: untuk bahan higroskopis
seperti NaBr)

 Untuk bahan-bahan yang mudah menguap atau tidak tahan pemanasan 


jangan menggunakan lumpang panas (cthx: peroksida-peroksida, NaHCO3)

 Bahan obat kurang dari 50 mg (tidak dapat ditimbang) harus dilakukan


pengenceran
Contoh dalam pembuatan serbuk untuk bahan
yang mengandung :
Camphora

 Dilarutkan dengan spiritus fortior (96%) dalam lumpang, kemudian dikeringkan dengan
SL  aduk perlahan (jangan mengeringkan dengan zat aktif

Stibii penta sulfida

 Digerus diantara 2 bahan tambahan

 SL + Stibii + SL  aduk dan gerus tanpa ditekan (karena stabii berwarna)

Elaeosacchara (gula minyak)

 Campuran 2g gula (SL) dengan 1 tetes minyak atsiri (ol.anisi, ol.foeniculi, ol.mentha
piperitae)

 Dibuat dengan tetes-tetes minyak atsiri yang penuh (bukan pecahan) yaitu dibuat
dalam jumlah kemudian ditimbang jumlah yang dibutuhkan. Contohnya: dibutuhkan 3g
Elaeosacchara, diambil 4g SL + 2 tetes minyak atsiri, lalu ditimbang 3g.
Extrak kental
 Dilarutkan dengan cairan penyarinya (Alkohol 70% atau 90%)
dalam lumpang panas supaya alkoholnya cepat menguap, kemudian
dikeringkan dengan SL atau zat inert lain (amylum, radix liquiritae,
saccharum album)
Tingtur-tingtur
◦ Kandungan zat berkhasiatnya tidak menguap atau rusak jika
dipanaskan
 Jika jumlahnya kecil  digunakan lumpang panas, kemudian
keringkan dengan SL
 Jika jumlahnya besar/banyak  diuapkan pelarutnya diatas tangas air
sampai sisa sedikit (sisa 1/3nya) kemudian dikeringkan dengan SL
Kandungan zat berkhasiatnya mudah menguap
atau rusak jika dipanaskan

 Jika mengandung tingtur yang diketahui secara kualitatif


dan kuantitatif  diambil isi atau kandungan zat
berkhasiatnya saja

 Jika tidak dapat diganti dengan komponennya 


tingtur diuapkan dengan pemanasan serendah mungkin

Caranya : SL masukkan ke dalam cawan porselen terus


diletakkan di atas water bath kemudian diteteskan
tingtur sedikit demi sedikit. Penambahan tetes
selanjutnya setelah tetes sebelumnya kering.
Lanjutan ..
 Catatan :Etanol encer diganti dengan SL u/serbuk tidak terbagi,
u/serbuk terbagi tidak usah ditambah SL ad 25 g, SL secukupnya saja
karena yang mau diambil zat berkhasiatnya saja.

 Garam-garam yang mengandung air kristal

 Jika ada air kristal,maka dapat terjadi reaksi kimia (air kristal keluar)
 serbuk menjadi basah

 Jika dalam serbuk terdapat senyawa yang mengandung air kristal,


maka harus diganti dengan senyawa garam yang telah dikeringkan
(eksikatus)
Campuran-campuran yang mencair

 Terjadi penurunan titik lebur/cair pada waktu


mencampur bermacam-macam senyawa.

 Jika 2 zat yang dicampur akan mencair, maka


untuk mencegahnya :

 Masing-masing zat dicampur dengan bahan


netral, baru kemudian dicampur.

 Diberikan terpisah.
Lanjutan…
 Untuk serbuk tidak terbagi malah menguntungkan karena dapat langsung
dicampur, mencair, lalu dikeringkan dengan talk dll

Contoh senyawa-senyawa yang mencair bila dicampur : kamfer, timol.

 Dalam campuran serbuk ditambah/terdapat tablet

◦ Jika tersedia zat aktif yang sesuai dengan kandungan dari tablet itu maka
sebaiknya diganti dengan zat aktifnya.

◦ Bila tidak tersedia zat aktifnya, tablet digerus dahulu sampai halus kemudian
dicampur dengan serbuk lainnya.

◦ Jika jumlah tabletnya pecahan maka dibuat pengenceran dahulu

 Pengenceran dibuat sedemikian rupa.


Pulveres
R/ Scopolamine hydrobromide 2,5 mg

Laktosa qs

m.f pulv.d.t.d. No. X

S 3 dd pulv I

Permasalahan

 Scopolamine hydrobromide dosis diperlukan tiap bungkus adalah 2,5 mg,


setelah dikalikan dengan jumlah 10 bungkus sebanyak 25 mg, sedangkan
batas dalam penimbangan terendah adalah 50 mg.

Pemecahan Permasalahan

 Dilakukan pengenceran Scopolamine hydrobromide dengan penambahan


carmin + lactosa sampai 500 mg.
Perhitungan
Scopolamine hydrobromide = 2,5 mg × 10 = 25 mg
Pengenceran Scopolamine hydrobromide 25mg
Scopolamine hydrobromide = 50mg
Carmin = 50 mg
Lactosa = 400 mg
Jadi,
Scopolamine hydrobromide = 25 mg x 500 mg = 250 mg
50 mg
Jadi didapat hasil pengenceran Scopolamine hydrobromide + carmin +
Lactosa sebanyak 250 mg. Sisa pengenceran (250 mg) dibungkus
dan tandai.
Laktosa ad 2500 mg = 2500 mg -250 mg = 2250 mg
Pembuatan
 Hitung jumlah masing-masing bahan sesuai dengan resep.

 Ditimbang semua bahan dengan seksama.

 Dibuat pengenceran Scopolamine hydrobromide 25 mg sesuai


dengan perhitungan. Hasi pengenceran diambil sebanyak 250 mg
dan sisa pengenceran di bungkus dan tandai.

 Dilapisi lumpang dengan sebagian laktosa gerus sampai halus, lalu


dimasukkan hasil pengenceran Scopolamine hydrobromid digerus
sampai homogen. Ditambahkan sisa laktosa gerus sampai homogen.

 Bagi serbuk tiap bungkus sejumlah 250 mg sebanyak 10 bungkus.

 Dikemas dan beri label warna putih “3xsehari 1 bungkus”


Permasalahan pembuatan serbuk tabur :

 Serbuk tabur yang mengandung lemak

Harus diayak dengan ayakan no. 44

 Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak


diayak dengan ayakan no. 100

contoh: ZnO bereaksi dengan udara  Zn


Carbonat yang menggumpal jadi harus diayak
dengan ayakan 100
Permasalahan serbuk tabur yang mengandung :
 Adeps lanae, vaselin, emplastrum oksidi plumbici

Dilarutkan dalam eter, aseton atau alkohol kemudian tambahkan talk, aduk sampai eter menguap.

 Kamfer, timol, mentol, asam salisilat, balsam peru

Dilarutkan dengan eter cum spiritus atau alkohol 96% kemudian keringkan dengan talk.

 Ichtiol

Diencerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96% kemudian keringkan dengan talk.

 Parafin cair, oleum ricini (minyak jarak)

Dicampur dengan talk sama banyak lalu ditambahkan sisa talk sedikit demi sedikit.

 Solutio formaldehida

Dalam jumlah kecil  campur terakhir.

Dalam jumlah banyak  diganti dengan paraformaldehid padat 1/3 x bobotnya

 Minyak atsiri

Dicampur terakhir ke dalam campuran serbuk yang telah diayak.


Pulvis
R/ Asam salisilat 0,4 g

Menthol 0,5%

Talkum ad 50 g

m.f.pulv

S.u.e

Permasalahan
 Asam Salisilat = serbuk yang sangat ringan, mudah berterbangan merangsang hidung
bersin.

 Menthol = serbuk Kristal hablur yang sebelum di gerus harus dilarutkan terlebih
dahulu.

 Pada proses pengayakan ada bahan yang tidak melewati lubang ayakan, sehingga
dikhawatirkan jumlah bahan dalam sediaan berkurang.
Lanjutan
Pemecahan Permasalahan
 Mentol mempunyai titik lebur yang rendah yang mampu
melarutkan asam salisilat.
 Ditambahkan 10 % pada masing-masing bahan.

Perhitungan
Asam salisilat = 0,4 g + 10% = 0,44 g
Menthol = 0,5% x 50 g = 0,25 g + 10% = 0,275 g
Talcum ad 50 g + 10% = (55g – 0,44 g – 0,275 g) = 54,285 g
Pembuatan
1. Dihitung masing-masing bahan sesuai dengan resep

2. Ditimbang masing-masing bahan dengan sesakma

3. Dimasukkan asam salisilat ke dalam lumpang lalu ditambahkan


mentol gerus sampai larut homogen

4. Ditambahkan talcum sedikit demi sedikit digerus sampai kering


dan homogen.

5. Dikeluarkan dari lumpang lalu, diayak dengan pengayak no. 100


mesh.

6. Dimasukkan ke dalam wadah bedak dan diberi etiket bitu ditandai


“obat luar”
Granul

 Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel yang lebih


kecil.Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti
partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara
ayakan 4-12,

 Granul merupakan hasil dari proses granulasi yang bertujuan untuk


meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi
bulatan-bulatan atau agregrat-agregrat dalam bentuk yang beraturan.
Proses granulasi dapat dilakukan dengan metode granulasi kering
dan granulasi basah.
Formula :
Paracetamol 500 mg

Avicel 15 %

Aerosil 1 %

Talk 1 %

Mg. Stearat 1 %

Permasalahan
 volume massa terlalu kecil sehingga tidak sampai pada bobot yang
diinginkan

 sifat alir serbuk yang kurang baik

 adanya reaksi antara bahan yang dapat menyebabkan serbuk menjadi


lembab
Pemecahan masalah

 Avicel sebagai pengisi dan disintegran dengan keefektifan yang sangat tinggi
dan mempunyai kecepatan serap air yang tinggi

 Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi karena bersifat inert (tidak


bereaksi hampir pada semua bahan obat, stabil secara kimia, fisika dan
mikrobiologis.

 Talk berfungsi sebagai bahan pelincir. Talk sering digunakan dalam formulasi
sediaan oral dan memiliki stabilitas yang baik.

 Mg. Stearat sebagai pelincir. Walaupun talk memiliki sifat pelincir dan anti
lekat yang baik, tetapi sifat pelumas dari talkum kurang bagus. Untuk itu
perlu di tambah bahan yang mempunyai sifat pelumas yang baik, sehingga
bila keduanya digabungkan akan saling melengkapi

 Aerosil sebagai adsorbent. Berfungsi untuk melindungi bahan berkhasiat


dari pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas
campuran, dan menghindari lembab akibat reaksi antar bahan
Perhitungan

 Paracetamol = 500 mg x 50 = 25000 mg = 25 gr

 Avicel = (15% x 650 mg) x 50 = 4875 mg = 4,875 gr

 Talk = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Aerosil = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Mg. Stearar = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Laktosa = (650 mg – (500 + 97,5 + 6,5 + 6,5 + 6,5) ) x 50 =


(650 mg – 617 mg) x 50 = 33 mg x 50 = 1650 mg = 1,65 gr
Pembuatan
 Dihitung jumlah masing-masing bahan sesuai dengan resep
 Ditimbang semua bahan dengan seksama
 Dimasukkan kedalam lumpang aerosil dan talk digerus
sampai homogen
 Ditambahkan mg. stearat digerus sampai homogen,
kemudian tambahkan avicel gerus sampai homogen
 Kemudian tambahkan laktosa gerus sampai homogen,
terakhir tambahkan paracetamol gerus sampai homogen
 Kemudian ayak dengan ayakan mesh 30
Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Tablet yang tidak bisa digerus dalam teknik compounding:

1.Tablet Salut Enterik (enteric-coated / EC)

2. Tablet Lepas Lambat (sustained-release / SR, extended-release /


XR, controlled-release / CR, retard, depo)

3.Tablet Sublingual atau Bukal

4.Tablet Effervescent
Permasalahan dalam pembuatan tablet :
 OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai)

 Stabilitas zat aktif

 Pemilihan bahan pembantu yang cocok

 Jumlah fines total

 Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa

 Konsentrasi mg. Stearat sebagai lubrican maksimal 2%, jika terlalu besar
akan terjadi laminating

 Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maximal 30%) menyebabkan


tablet tidak dapat dicetak

 Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil
bersifat menyerap air, sehingga tablet akan membatu yang menyebabkan
waktu hancur lebih lama
Permasalahan dalam pencetakan tablet :
 Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet

dari badan tablet

 Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih

 Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong

 Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering dibagian atas tengah

 Picking : perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada

permukaan punch

 Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dindind die

 Motiling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak

merata
Formula
 Zat aktif Paracetamol 500 mg
 Direncanakan bobot tablet 700 mg , dibuat 1000 tablet
 Formula : Fase dalam (92%)
Paracetamol 500 gr
Amilum 10% dari bobot tablet 70 gr
Mucilago amili 10% (1/3 FD) 21,5 gt
Laktosa 52,5 gr

Jumlah 644 gr
Fase luar (8%)
mg stearat 1%
talk 2%
amilum kering 5%
Permasalahan
 Jumlah zat aktif kurang untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang
diinginkan

 Tablet yang terbentuk bisa pecah atau retak

 Tablet diharapkan dapat hancur dalam perut dengan baik

 Tablet lekat pada cetakan

Pemecahan masalah
 Ditambahkan zat pengisi laktosa agar bobot tablet sesuai dengan yang
diinginkan

 Ditambah zat pengikat berfungsi untuk memperbaiki kekompakan dan daya


tahan dari tablet

 Ditambah zat penghancur

 Ditambah zat pelicin


Perhitungan
mucilago amili = 1/3 x 644 gr = 215 gr

setelah dikeringkan = 10% x 215 gr = 21,5 gr

laktosa = 644 – (500 + 70 + 21,5) = 52,5 gr

misalnya : granul FD yang diperoleh 600 gr dengan kadar air 2%, maka untuk kadar air 0%,
bobot granulnya = 0,98 x 600 = 588 gr

Jumlah tablet yang diperoleh = 588/644 x 1000 tablet = 913,04 tablet

fase luar yang ditambahkan :

 mg stearat 1% = 1/92 x 600 gr = 6,52 gr

 talk 2% = 2/92 x 600 gr = 13,04 gr

 amilum kering 5% = 5/92 x 600 gr = 32,60 gr

 bobot tablet yang diperoleh = 600 gr + 6,52 gr + 13,04 gr + 32,6 gr

913,04

= 714,27 mg
Pembuatan
 Ditimbang masing-masing bahan dengan seksama
 Dimasukkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur
campur sampai homogen
 Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat
 Kemudian diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40ºC- 50ºC
 Setelah kering, diayak lagi untuk memperoleh granul,
kemudian ditambahkan bahan pelicin
 Dicetak dengan mesin tablet
kapsul
sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

Macam-macam kapsul

1. Kapsul cangkang keras ( capsulae durae, hard capsul ).

Cara buatnya : bisa diisi secara manual dan biasanya cangkang kapsul dapat

dibeli atau tidak dibuat sendiri. Kapsul ini lebih stabil karena diproduksi dengan tujuan single use.
Berbahaya bila memasukan obat dari bahan alam secara keseluruhan dengan ampasnya, sebaiknya
diekstraksi dulu.

Contohnya : kapsul tetrasiklin, kapsul kloramfenikol, dan kapsul sianokobalamin.

2. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsul )

Kapsul lunak terdiri 1 bagian, lebih kenyal, lunak. Pembuatan kapsul ini lebih sulit dibandingkan
kapsul keras karena pembuatannya harus sekaligus. Digunakan untuk anak-anak yang tidak suka
minum obat. Stabilitas kapsul lunak lebih jelek dari pada kapsul keras karena kapsul lunak
berbentuk cair.

Contohnya : kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.


Formula :
Paracetamol 500 mg

Avicel 15 %

Aerosil 1 %

Talk 1 %

Mg. Stearat 1 %

Permasalahan
 volume massa kapsul terlalu kecil sehingga tidak sampai pada bobot yang
diinginkan

 sifat alir serbuk yang kurang baik sehingga memperlama saat dimasukkan
kedalam kapsul

 adanya reaksi antara bahan yang dapat menyebabkan serbuk menjadi


lembab
Pemecahan masalah
 Avicel sebagai pengisi dan disintegran dengan keefektifan yang sangat tinggi dan
mempunyai kecepatan serap air yang tinggi

 Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi karena bersifat inert (tidak bereaksi hampir
pada semua bahan obat, stabil secara kimia, fisika dan mikrobiologis.

 Talk berfungsi sebagai bahan pelincir. Talk sering digunakan dalam formulasi sediaan
oral dan memiliki stabilitas yang baik.

 Mg. Stearat sebagai pelincir. Walaupun talk memiliki sifat pelincir dan anti lekat yang
baik, tetapi sifat pelumas dari talkum kurang bagus. Untuk itu perlu di tambah bahan
yang mempunyai sifat pelumas yang baik, sehingga bila keduanya digabungkan akan
saling melengkapi

 Aerosil sebagai adsorbent. Berfungsi untuk melindungi bahan berkhasiat dari


pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas campuran, dan
menghindari lembab akibat reaksi antar bahan
Perhitungan
 Paracetamol = 500 mg x 50 = 25000 mg = 25 gr

 Avicel = (15% x 650 mg) x 50 = 4875 mg = 4,875 gr

 Talk = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Aerosil = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Mg. Stearar = (1% x 650 mg) x 50 = 325 mg = 0,325 gr

 Laktosa = (650 mg – (500 + 97,5 + 6,5 + 6,5 + 6,5) ) x 50 =


(650 mg – 617 mg) x 50 = 33 mg x 50 = 1650 mg = 1,65 gr
Pembuatan
 Dihitung jumlah masing-masing bahan sesuai dengan resep

 Ditimbang semua bahan dengan seksama

 Dimasukkan kedalam lumpang aerosil dan talk digerus sampai homogen

 Ditambahkan mg. stearat digerus sampai homogen, kemudian tambahkan avicel gerus sampai
homogen

 Kemudian tambahkan laktosa gerus sampai homogen, terakhir tambahkan paracetamol gerus
sampai homogen

 Kemudian ayak dengan ayakan mesh 30

 Ditimbang 50 cangkang kapsul kosong, kemudian catat bobotnya

 Siapkan alat semi manual

 Buka cangkang kapsul sebanyak 50 buah, kemudian letakkan wadah kapsul ke dalam alat semi
manual.

 Masukkan serbuk kedalam wadah kapsul hingga penuh dan ratakan

 Kemudian kapsul ditutup dengan tutup kapsul, dan bersihkan kapsul menggunakan kain flanel

 Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.


suppositoria
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :

 Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat
rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2g.

 Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat
vagina, berat umumnya 5g.

 Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang dibuat
dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara
pengkapsulan dalam gelatin lunak.

 Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang panjang
antara 7 cm - 14 cm.
Formula
 Paracetamol 6,25%

 Oleum cacao 95,8%

 Cetaceum 5%

Pemasalahan
 Sifat karakteristik dari oleum cacao dimana jika pemanasannya tinggi akan mencair
sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna
untuk memadat, bila didinginkan dibawah 15º akan mengkristal dalam bentuk kristal
metastabil

 Oleum cacao memiliki kemampuan menyerap air yang rendah

 Oleum cacao cenderung lengket pada cetakan

 Oleum cacao mudah meleleh dimana titik leburnya 30 - 36ºC

 Pada pengisian masa suppositoria ke dalam cetakan, oleum cacao cepat membeku
dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang diatas masa

 Oleum cacao mudah mencair dan menjadi tengik selama penyimpanan


Pemecahan masalah
 Pemanasan oleum cacao tidak boleh melebihi suhu minimumnya. Harus dilebur

perlahan-lahan di atas penangas air berisi air hangat untuk menghindari terjadinya

bentuk kristal yang tidak stabil dan untuk menjamin retensi dalam cairan dari bentuk

kristal β yang lebih stabil sehingga akan membentuk inti dimana pengentalan

mungkin terjadi sewaktu pengentalan cairan tersebut

 Untuk meningkatkan kemampuan oleum cacao dalam menyerap air maka

ditambahkan cetaceum dengan rentang 4 – 6 %

 Untuk mencegah lengket pada cetakan maka sebelum digunakan cetakan dilapisi

dengan gliserin

 Untuk meningkatkan titik lebur oleum cacao dapat digunakan tambahan cetaceum

tidak lebih dari 6% dan tidak kurang dari 4%

 Pada pengisian cetakan harus diisi lebih, barus setelah dingin kelebihanya dipotong

 Oleum cacao harus disimpan pada tempat dingin, kering dan terlindung dari cahaya
Perhitungan
Berat suppositoria = 2 gr
Kadar paracetamol tiap 1 suppositoria = 125 mg = 6,25%
Nilai tukar paracetamol terhadap oleum cacao = 1,5 gr
Dibuat 10 sediaan suppositoria
Paracetamol yang ditimbang = 10 x 0,125 gr = 1,25 gr
Berat suppositoria = 10 x 2 gr = 20 gr
Nilai oleum cacao yang digunakan = (20 – 1,875) gr = 18,125 gr
Berat cetaceum = 5% x berat basis yang diperlukan
= 5% x 18,125 gr
= 0,906 gr
Lanjutan...
 Tiap penimbangan bahan ditambahkan bobotnya 5%
untuk zat aktif dan 10% zat tambahan

 Paracetamol = 1,25 gr + (5% X 1,25 gr) = 1,3125 gr

 Oleum cacao = 18,125 gr + (10% X 18,125 gr) =


19,9375 gr

 Cetaceum = 0,906 gr + (10% X 0,906 gr) = 0,9966 gr


Pembuatan
 Ditimbang semua bahan dengan seksama
 Dilebur cetaceum di atas penangas air hingga melebur
 Dimasukkan basis yang telah ditimbang ke dalam cawan yang telah
berisi leburan cetaceum dan dilebur kembali semua melebur
sempurna pada suhu 30º – 60º C secara perlahan-lahan
 Dicampurkan zat aktif paracetamol sedikit demi sedikit ke dalam
leburan basis sambil dilakukan pengadukan
 Setelah basis dan zat aktif tercampur semua, campuran kemudian
dituang kedalam cetakan
 Ditunggu hasil tuangan tersebut sampai beku, kemudian dikeluarkan
dari cetakan
Pil
Pillulae berasal dari kata ‘pila’ artinya bola kecil. Obat
berbentuk bundar seperti bola ini bermacam-macam
bobotnya dan masing-masing diberi nama sendiri.
Pillulae menurut FI edisi III ialah suatu sediaan berupa
massa bulat mengadung satu atau lebih bahan obat
yang di gunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-
300 mg per pil
R/ kalium permanganat 50 mg
Mf. Pil dtd No. XXX

Permasalahan
 Massa pil yang terbentuk dapat melekat pada alat pembuat pil,
dan antara pil yang satu dengan yang lain dapat
melekat/lengket

 Kalium permanganat dan succus liquiritae berbentuk serbuk


kering sehingga massa pil sulit untuk dibentuk

 Ada kemungkinan bentuk pil pecah pada proses pembentukan

 Volume massa pil yang kecil sehingga sulit untuk dibentuk


Pemecahan masalah
 Agar massa pil tidak melekat pada alat di gunakan talcum sebagai zat
penabur berfungsi untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul
yang sejenis maupun yang tidak sejenis, sehingga massa pil menjadi tidak
lengket satu sama lain, atau lengket pada alat pembuat pil.
 Di tambahkan zat pembasah aqua gliserinata berfungsi untuk
memperkecil sudut kontak antar molekul sehingga massa pil menjadi
basah dan lembek sehingga mudah dibentuk
 Untuk menambah kohesivitas atau kualitas ikatan serbuk bahan pada pil
untuk menjamin pil tidak mudah pecah digunakan zat pengikat adeps
lanae berfungsi untuk memperbesar daya kohesi maupun daya adhesi
massa pil agar massa pil dapat saling melekat menjadi massa yang
kompak
 Zat pengisis succus liquiritae berfungsi untuk memperbesar volume
massa pil mudah dibuat
Perhitungan
1 pil kalium permanganat = 50 mg

30 pil kalium permanganat = 30 X 50 mg = 1500 mg = 1,5 gr

Bobot pil = 120 mg

Succus liquiritae = 120 mg – 50 mg = 70 mg

30 pil = 30 X 70 mg = 2100 mg = 2,1 gr

Vaselin alba = jumlah kalium permanganat + succus liquiritae = 1500


mg + 2100 mg = 3600 mg = 3,6 gr

Aqua gliserinata (5 tetes aqua + 5 tetes gliserin)


Pembuatan
 Ditimbang seksama masing-masing bahan

 Dimasukkan ke dalam lumpang kalium permanganat, succus liquiritae


dan aseps lanae kemudian gerus halus hingga homogen

 Ditambahkan sedikit demi sedikit aqua gliserinata hingga massa pil


menjadi plastis dan mudah dikepal

 Ditaburi papan pil dengan talcum kemudian massa pil digulung-


gulungkan diatas papan pil, lalu dipotong

 Ditimbang potongan massa pil sesuai yang diinginkan yaitu 120 mg

 Setelah ditimbang, massa pil dibulatkan dengan cara digelindingkan


diatas papan pil yang telah ditaburi talkum

 Setelah pil terbentuk, dilakukan pengemasan dan pelabelan

Anda mungkin juga menyukai