Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK COMPOUNDING DAN PROBLEMATIKANYA

PULVERES DAN KAPSUL

Cara Mencampur Serbuk

1. Obat yang berbentuk kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.

2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah (konstituen)
dalam mortir.
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata.

4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.

5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

Cara Pengerjaan Sediaan serbuk yang mengandung bahan – bahan padat


1. Serbuk Halus
Tidak berkhasiat keras (Belerang, Iodoform), serbuk sangat halus dan berwarna (ex Rifampisin,
Stibii Penta Sulfida) dilapisi pori2 mortir dengan zat tambahan (konstituen)
2. Serbuk Halus Berkhasiat keras
Dalam jumlah banyak Digerus dalam mortir dengan dilapisi zat tambahan.
Dalam jumlah sedikit (kurang dari 50 mg ), dibuat pengenceran
3. Serbuk hablur dan Kristal ditetesi etanol 95%
4. Serbuk dengan garam-garam yang mengandung kristal.
Garam- garam yang mempunyai garam exiccatusnya, lebih baik kita ganti dengan exiccatusnya.
Natrii Carbonas 50 % atau ½ bagian
Ferrosi Sulfas 60 % atau 2/3 bagian
Aluminii et Kalii Sulfas 67 % atau 2/3 bagian
Magnesii Sulfas 67 % atau 2/3 bagian
Natrii Sulfas 50 % atau ½ bagian

Cara Pengerjaan Sediaan serbuk yang mengandung bahan – bahan Cair


1. Serbuk dengan minyak atsiri
Minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat juga dibuat oleo sacchara, yakni campuran 2
gram gula dengan 1 tetes minyak. Bila hendak dibuat 4 g oleosacchara anisi, kita campur 4 g
saccharum dengan 2 tetes minyak anisi.
2. Serbuk dengan tinctura
Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dengan mortir panas kemudian dikeringkan dengan zat
tambahan. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan dengan menguapkan diatas tangas air
sampai kental baru ditambahkan zat tambahan (sampai dapat diserap oleh zat tambahan ) aduk
sampai kering kemudian diangkat. Tinctura yang diuapkan ini beratnya 0, untuk serbuk terbagi
kehilangan berat tidak perlu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi harus diganti seberat
tinctura itu dengan zat tambahan (SL).
3. Serbuk dengan extract
Tetesi dengan etanol 70% pada mortar panas, keringkan dengan SL

Tablet dalam Pulveres dan Kapsul


1. Dalam membuat serbuk dengan tablet dan kapsul diperlukan zat tambahan sehingga perlu
diperhitungkan beratnya.
2. Dapat kita ambil bentuk tablet atau kapsul itu langsung.
3. Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya. Kapsul dikeluarkan isinya kemudian
ditimbang beratnya.
4. Kapsul dikeluarkan isinya kemudian ditimbang beratnya atau dengan memperkirakan dari
jumlah rata-rata serbuk (untuk menentukan bobot pulveres atau ukuran cangkang kapsul yang
tepat)
Prosedur membungkus (memasukan dalam cangkap kapsul)
Untuk 10 bungkus/kapsul :
Setelah semua bahan diracik homogen kumpulkan bagi 2 sama berat, lalu masing – masing
dibagi menjadi 5 bagian sama banyak. Bungkus/masukan 1 bagian untuk 1 bungkus/kapsul.
Kemas beri etiket dan label
Jika %DM >= 80% maka ditimbang satu per satu
Bertujuan untuk Homogenitas dan keseragaman dosis

SALEP
Penggolongan Salep Berdasarkan konsistensi salep
1. Unguenta
2. Cream
3. Pasta
4. Cerata
5. Gelones Spumae (Jelly/Gel)

Peraturan Salep

1. Peraturan salep pertama


Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.

Campora

a. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan di dalam pot salep tertutup (jika tidak
dilampaui daya larutnya).

b. Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut.

c. Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur (karena
penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan agar mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.

d. Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter atau
alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2. Peraturan salep kedua


Bahan bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam
air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah
air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya.

3. Peraturan salep ketiga


Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan
lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak B40 (No. 100) lalu digerus dengan dasar salep
sama banyak.

Note : Belerang tidak boleh diayak, Acidum Boricum diambil yang pulveratum,

4. Peraturan keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.
Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah
kekurangan bobotnya.
Bahan yang dicampur terakhir Pada suatu massa salep

1. Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat
terjadi pemisahan.
2. Balsem balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri,
jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.
3. Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
4. Gliserin, harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur
dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit sedikit sebab tidak bias
diserap dengan mudah oleh dasar salep.
5. Minyak Ikan terdapat Vitamin ADEK yang relative tidak tahan panas

KRIM
Prinsip Krim
1. Terdiri dari 2 fase (air dan minyak/lipid)
2. Butuh Emulgator
3. Prinsip Pembuatan
Dibuat di mortir panas, fase lipid dan air dipanaskan sampai +- 70 C, lalu masukan fase lipid ke
mortir panas, tambahkan fase air dan gerus hingga homogen dan dingin

LARUTAN DAN SUSPENSI


Larutan Menurut FI V : larutan oral, larutan topical, larutan optic, larutan optalmik, spirit,
tingtur, dan air aromatic

Kelarutan mL/gr
Sangat Mudah Larut : <1
Mudah Larut : 1 – 0
Larut : 10 – 30
Agak Sukar Larut : 30 – 100
Sukar Larut : 100 – 1000
Sangat Sukar Larut : 1000 – 10000
Praktis Tidak Larut : > 10000

Faktor – Faktor yang mempengaruhi kelarutan


1. Kelarutan Zat
2. Konsolvensi
3. Temperatur/Suhu
4. Salting Out
5. Salting In
6. Pembentukan Garam ( modifikasi pH)
7. Efek Struktur Molekular ( Kristal/Amorf )
8. Miselisasi
SUSPENSI
Faktor – factor yang mempengaruhi stabilitas suspense
1. Ukuran Partikel
2. Viskositas
3. Sifat/Muatan Partikel
4. Konsentrasi Partikel

Anda mungkin juga menyukai