Anda di halaman 1dari 18

FARMASETIKA DASAR

“SALEP”

FARMASI UNIVERSITAS GUNADARMA


2017 / 2018
PEMBAGIAN BASIS SALEP

➢ Dalam sediaan salep komposisi basis merupakan hal


yang penting karena akan mempengaruhi kecepatan
pelepasan obat dari basisnya.
➢ Dasar salep umumnya bertujuan memperlambat
atau menghambat absorpsi obat menembus
epidermis dan permukaan mukosa sehingga secara
tidak langsung akan mempengaruhi khasiat dari
obat yang dikandungnya
Dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut :

Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon (dasar salep berlemak) bebas air,


preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam
jumlah sedikit saja. Tidak mengering atau tidak ada perubahan
dengan berjalannya waktu. Contohnya yaitu : Vaselinum, Jelene,
minyak tumbuh-tumbuhan.

Dasar salep absorpsi

1. Yang memungkinkan percampuran larutan berair (misalnya:


Petrolatum Hidrofilik dan Lanolin Anhidrida).

2. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi)


(misalnya:Lanolin dan Cold Cream)
Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air

Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan


emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan
pakaian dengan air. Atas dasar ini bahan tersebut sering
dikatakan sebagai bahan dasar salep “tercuci air”

Dasar salep yang larut dalam air

Dasar yang larut dalam air hanya mengandung komponen


yang larut dalam air. Tetapi, seperti dasar salep yang dapat
dibersihkan dengan air basis yang dapat dicuci dengan air.
Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai greaseless
karena tidak mengandung bahan berlemak
Contoh : polietilenglikol
GELLING AGENT

➢ Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur


berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari
sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum
alam, turunan selulosa, dan karbomer.
➢ Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media
air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan
nonpolar.
➢ Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai
pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel.
Beberapa contoh gelling agent :

• Natrium alginate
Gum alam • Karagenan
(natural gum) • Tragakan
• pektin

1. Polimer (gel Derivat


organik) selulosa

Polimer sintesis
(karbomer=karbopol)
Digunakan dalam gel hidrofobik liquid,
2. Polietilen akan dihasilkan gel yang lembut, mudah
(gelling oil) tersebar, dan membentuk lapisan/film
yang tahan air pada permukaan kulit

Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi


sebagai gellant dengan cara
3. Koloid padat
pembentukan jaringan karena gaya
terdispersi
tarik-menarik antar partikel seperti
ikatan hidrogen.
Pembuatan salep

Pencampuran Peleburan

Dalam metode Pada metode peleburan, semua atau


pencampuran, komponen beberapa komponen dari salep
dari salep dicampur dicampurkan dengan melebur
dengan segala cara bersama-sama dan didinginkan
sampai sediaan yang rata dengan pengadukan yang konstan
tercapai. sampai mengental.
Pembuatan salep

pelelehan triturasi

zat yang tidak larut dicampur dengan


zat pembawa dan zat
sedikit basis yang akan dipakai atau
berkhasiat dilelehkan
dengan salah satu zat pembantu,
bersama dan diaduk
kemudian dilanjutkan dengan
sampai membentuk fasa
penambahan sisa basis
yang homogeny.
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat
utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep.
1. Camphorae

➢ Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).
➢ Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae
dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
➢ Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang
dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik),
Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
➢ Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu
dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat
utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

2. Pellidol
➢ Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan
dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut
disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya
sebanyak 20%).
➢ Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang sudah dicairkan.

3. Lodium
➢ Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
➢ Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum
Iodii dari Ph. Belanda V).
➢ Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya.
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat
utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

b. Zat padat larut dalam air


1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas
noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag 2O, kecuali
pada resep obat wasir.
4. Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan
atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan penol
liquidfactum.
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat
utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.


1. Ichtyol
tidak tahan panas/digerus lama, akan menyebabkan pemisahan
2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
tidak tahan digerus lama, akan menyebabkan damarnya keluar
3. Air
sbg pendingin dan mencegah mortir menjadi licin
4. Gliserin
harus ditambah pada dasar salep yg dingin dan harus ditambah
sedikit-sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep
5. Marmer album
karna diperlukan dalam bentuk kasar
Peraturan pembuatan salep

• Zat-zat yang dapat • Bahan-bahan yang dapat larut


dalam air. Jika tidak ada
larut dalam campuran- peraturan-peraturan lain,
campuran lemak, dilarutkan lebih dahulu dalam
dilarutkan air, diharapkan jumlah air yang
digunakan dapat diserap
kedalamnya, jika perlu seluruhnya oleh basis salep,
dengan pemanasan. 1.Peraturan jumlah air yang dipakai
2.Peraturan
salep dikurangi dari basis”.
salep kedua
pertama

4.Peraturan
3.Peraturan
salep
salep ketiga
keempat
• Bahan-bahan yang sukar atau • Salep-salep yang dibuat dengan
hanya sebagian dapat larut dalam melelehkan, campurannya
lemak dan air harus diserbuk harus diaduk sampai dingin
lebih dahulu, kemudian diayak
dengan ayakan no.B.40 (no.100).
BAHAN TAMBAHAN SALEP

1. Preservatif / pengawet
ditambahkan untuk mencegah kontaminasi,
perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi
karena banyak basis salep yang merupakan substrat
mikroorganisme.
contoh pengawet yang digunakan: senyawa-
senyawa amonium kuarterner ( cetiltrimetil amonium
bromida) , senyawa-senyawa merkuri organik
(thimerosal) , formaldehid, asam sorbit/kalium sorbat,
asam benzoat/ natrium benzoat, paraben
(metil/propil), dan alkoholalkohol.
BAHAN TAMBAHAN SALEP

 2. Softener Contoh parafin cair


 3. Stiffener/ thickening agent (bahan pengental)
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang
lebih kental ( meningkatkan viskositas ) sehingga
diharapkan akan lebih baik daya lekatnya.
Bahan-bahan yang umum ditambahkan sebagai
pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari
alam ( natural polimer ) seperti agar, selulosa, tragakan,
pektin, natrium alginat; polimer semisintetik seperti
metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta
polimer sintetik seperti karbopol ( karbomer,
karboksipolimetilen)
BAHAN TAMBAHAN SALEP

 4. Levigating agent
digunakan untuk membasahi serbuk dan
menggabungkan serbuk yang telah terbasahi dengan
basis salep. Contoh minyak mineral
 5.Antioksidan
ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan
terjadi kerusakan basis karena terjadinya oksidasi
Contoh antioksidan yang sering ditambahkan:
Butylated Hydroxyanisole ( BHA ), Butylated
Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan
Nordihydroguaiaretic acid ( NCGA)
BAHAN TAMBAHAN SALEP

 6. Surfaktan
dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau
w/o, sebagai bahan pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah
kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi.
Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh
ester polioksietilen), kationik ( benzalkonium klorida) atau anionik
(contoh natrium dodesil sulfat).

 7. Humectant Material-material seperti gliserin, propilen


glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol mempunyai
tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya
air dari, penyusutan wadah ( shrinkage ) air dari produk / sediaan.
Senyawa-senyawa ini dapat juga berfungsi untuk memudahkan
aplikasi sediaan pada kulit, melunakkan/melembutkan kulit.

Anda mungkin juga menyukai