Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN UMUM SEDIAAN SOLIDA

A. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang di haluskan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih halus sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi dari pada
bentuk sediaan padatan lainnya (kapsul, tablet, pil). Pada pembuatan serbuk kasar,
terutama simplisia nabati digerus lebih dahulu sampai derajad halus tertentu setelah itu
dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50OC.
Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap di keringkan dengan
bahan pengering yang cocok, setelah itu di serbukkan dengan jalan digiling, ditumbuk
dan digerus sampai di peroleh serbuk yang mempunyai derajad halus sesuai yang tertera
pada pengajak dan derajad halus serbuk. Derajad halus serbuk dinyatakan dengan satu
nomor atau dua nomor. Jika derajad halus serbuk dinyatakan 1 nomor berarti semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan 2 nomor
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapatmelalui pengayak dengan nomor terendah dan
tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Serbuk sangat kasar, adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar, adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar, adalah serbuk (22/60).
Serbuk agak halus, adalah serbuk (44/85)
Serbuk halus, adalah serbuk (85)= 120
Serbuk sangat halus, adalah serbuk (120)=200/300
Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/divided
powder/chartulae) atau tidak terbagi (pulvis/bulk powder).
Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti
laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis analgesik tertentu. Serbuk tak
terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduanya digunakan untuk
pemakaian luar. Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk
lebih melindungi dari pengaruh lingkungan serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas
selofan atau sampul polietilena.
1. Syarat Serbuk
a. Kering
b. Halus
c. Homogen
d. Memenuhi uji keseragaman bobot ( seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan ( seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik.
2. Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis antara lain.
a. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topikal, dapat di kemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati
ayakan dengan derajad halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada
bagian yang peka.
b. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna
yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
c. Pulvis sternutatorius (serbuk bersin) adalah serbuk untuk hisap hidung.
d. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum di minum dilarutkan dahulu dalam
air dingin atau air hangat , serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian
membentuk larutan yang jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa
asam (asam sitrat, asam tartarat) dengan basa (Na-karbonat, Na-bikarbonat).
Dalam pembuatannya bagian asam maupun basa harus di keringkan secara
terpisah. Gas CO2 (karbon dioksida) digunakan untuk pengobatan, mempercapat
absorbsi atau untuk menyegarkan rasa larutannya.
3. Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok.
4. OTT (Obat Tak Tercampurkan)
a. Terjadi reaksi kimia
Campurannya menjadi racun, misalnya :
Kalomel + iodium = sublimat
Asetosal + antipirin = kinatoksin (tidak berefek antimalaria tetapi beracun).
Campurannya menimbulkan ledakan, misalnya :
Bahan pengoksida dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K – lorat + sulfur)
b. Terjadi perubahan warna
Antipirin + nitrir = hijau
Amilum + iodin = biru
c. Terjadi perubahan fisika
Golongan alkaloid akan di serap norit
d. Terjadi kerja farmakologis
- Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk pasien
kerusakan ginjal.
- Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus.
- Heksamin dengan golongan sulfa = antagonis.
B. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi, yang berdasarkan metode pembuatannya dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa.
1. Metode Pembuatan Tablet
a. Tablet Cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan
serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa dibasahi dengan etanol
presentasi tinggi kadar etanol tergantung dengan kelarutan zat aktif dan bahan
pengisi dalam pelarut serta kekerasan tablet yang diinginkan. Pembuatan dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Besar tekanan pada tablet 25-50 bar.
Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama
pengeringan.
b. Tablet Kempa
Tablet kempa didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang dibuat dengan cara
pengempaan dari sebuah formula dengan memberikan tekanan tinggi. Pada serbuk
atau granul menggunakan pons/cetakan baja. Umumnya tablet kempa
mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan.
Tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna, bahan pengaroma dan bahan
pemanis. Tablet biasanya mempunyai ketebalan kurang dari ½ diameternya.
Tablet kempa ganda, tablet kempa yang dibuat dengan lebih dari satu siklus
tekanan.
2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
a. Pengobatan Lokal
- Tablet untuk vagina (ovula), digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, hormon
lokal.
- Tablet untuk penis (basila), digunakan sebagai antiinfeksi.
- Tablet hisap (lozenges), dugunakan untuk mulut dan tenggorokam.
- Untuk pengobatan sistemik, per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat
dibedakan menjadi :
 Short acting/jangka pendek; dalam satu hari memerlukan beberapa kali
menelan obat. Obat bekerja tidak lebih dari 8 jam.
 Long acting/jangka panjang; dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
Obat berkerja lebih dari 8 jam.
3. Berdasarkan jenis bahan penyalut
a. Tablet salut biasa/salut gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula baik berwarna
maupun tidak. Lapisan gula berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk
yang tidak larut , seperti pati, kalsium karbonat, talk, dan titanium dioksida yang
di suspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
b. Tablet salut selaput (film coated tablet)
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat didalam saluran cerna. Penyalutan
tidak perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil
selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat dengan
PEG yang tidak mengandung air.
c. Tablet salut kempa
Tablet salut kempa adalah tablet yang di salut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat dan zat yang cocok. Mula-mula
dibuat tablet inti, kemudian di cetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga
terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).
d. Tablet salut enteric (enteric coated tablet)
Tablet salut enteric atau lepas tunda adlah tablet yang dikempa yang disalut
dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam tetapi terlarut
dalam usus halus. Maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. Bahan yang sering
digunakan adalah alol, keratin, selulosa asetat phtalat.
e. Tablet lepas lambat
Adalah tablet yang zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah
cukup untuk beberapa waktu tertentu (misalnya tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam).
f. Tablet berlapis
Tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet pada granulasi yang
baru di kempa. Proses ini dapat diulangi untuk menghasilkan tablet berlapis
banyak dari 2 atau 3 lapisan.
4. Berdasarkan cara pemakaian
a. Tablet biasa
Dibuat tanpa penyalut, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah di lambung.
b. Tablet kunyah
Bentuknya seperti tablet biasa, caa pakai dikunyah dalam mulut kemudian di
telan, umumnya tidak pahit. Dimaksudkan untuk dikunyah sehingga
meninggalkan residu yang memberikan rasa enak dimulut. Diformulasikan untuk
anak-anak, dibuat dengan cara dikempa, biasanya digunakan manitol, sorbitol dan
sukrosa sebagai pengikat dan pengisi.
c. Tablet hisab (lozanges, trochisi, pastiles)
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahan-lahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat aktif dan zat penawar
rasa dan bau yang dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan
lokal pada selaput lendir mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang disebut
pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut
trochisi. Umumnya mengandung antibiotik, antiseptik dan adstringensia.
d. Tablet larut (effervescent tablet)
Dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran zat
asam dan natrium bikarbonat yang jika di larutkan dengan air akan menghasilkan
CO2. Diberi wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab. Tablet ini
harus di larutkan dengan air baru diminum.
e. Tablet implantasi (pelet)
Tablet kecil, blat dan oval putih, steril dan berisi hormon steroid, dimasukkan
kedalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan,
dan kulit di jahit kembali. Zat khasiat akan dilepaskan perlahan-lahan. Dibuat
berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksdukan untuk
implantasi subkutan (untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).
f. Tablet hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam
air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul
dengan menambahkan palarut steril(FI IV). Umumnya berbobot 30 mg dan di
suntikkan dibawah kulit (subkutan). Dilarutkan lebih dahulu sebelum dijadikan
injeksi hipodermik
g. Tablet bukal
Digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet biasanya berbentuk oval,
keras dan berisi hormon, bekerja sistemik, terdisolusi di tempat tersebut dalam
waktu yang lama (perlahan-lahan).
h. Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif
langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral. Tablet kempa berbentuk
pipih yang berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah
ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar memberikan efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
i. Tablet vagina
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk di masukkan dalam vigina yang
di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astrigen. Digunakan utnuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah
melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat
luar khusus untuk vagina.
j. Tablet rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur)
yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
5. Komponen Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif bahan pengisis, bahan
pengisi, desintegran, dan lubrikan dapat juga mengandung bahan pewarna yang di
absorbsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut yang di izinkan pada
pengaroma dan bahan pemanis.
a. Zat aktif
- Zat aktif tidak larut air (insoluble drugs) zat ini cenderung digunakan untuk
memberikan edek lokal pada saluran pencernaan (antasida dan adsorben).
- Zat aktif larut air (suluble drugs) zat ini cenderung digunakan untuk
memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan tereabsorpsi pada usus.
b. Eksipien
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai
zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif,
membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
 Pengisi (Diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak dan dibuat.
Bahan pengisi di tambahkan jika zat aktif sedikit sulit dikempa biasanya
digunakan Saccharum lactis, amylum manihot, calcii phospas, calcii carbonas
dan zat yang cocok.
 Pengikat (Binder)
Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang
digunakan adalah mucilago gummi arabici 10-20% (panas solutio
mythycellulosum 5%).
 Penghancur (Disintegrant)
Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan
adalah amilum manihot kering, gelatin, agar-agar, dan natrium alginat.
 Pelicin (Lubricant)
Berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan (matrys).
Biasanya digunakan talkum 5% magnesium stearat, acidum stearicum.
 Glidan
Bahan yang dapat meninggkatkan kemampuan mengalir serbuk, umunya
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi, misalnya silika
pirogenik koloidal.
c. Adjuvant
Adjuvant adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahakan
dalam jumlaj kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa.
 Pewarna (Coloris agent)
Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk,
dan untuk membuat suatu produk lebih menarik.
Pewarna NamaUmum
Red 3 Erytrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tartrazine
Yellow 6 Sunset Yellow
Blue 1 Brilliant Blue

 Pemanis dan Pemberi Rasa (Sweetners and Flavor)


Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet
kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan
untuk hancur atau larut dalam mulut.
Pemanis Alami Pemanis Sintetis
Tujuan Granulasi :
Mannitol Sakarin
a. Agar mamiliki sifat alir
Lactosa Siklamat yang baik (free-flowing).
Granul dengan volume
Sukrosa Aspartame
tertentu dapat mengalir
Dekstroasa teratur dalam jumlah yang
sama dalam mesin cetak.
b. Ruang udara dalam bentuk
granul jumlahnya lebih
kecil jika dibandingkan
Bahan obat atau zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk dengan bentuk serbuk jika
yang tidak dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi diukur dalam volume yang
tablet karena akan langsung hancur dan tablet menjadi mudah sama . semakin banyak
udara maka tablet akan
pecah. Campuran serbuk harus diubah menjadi granul, yaitu lebih mudah pecah.
kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang akan c. Agar pada saat dicetak
saling melekat satu sama lain. tidak mudah melekat pada
punch dan mudah
dilepaskan dari makriks
die.
6. Metode Kempa Tablet
a. Granulasi Basah
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang perlu dalam pembuatan
tablet dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu : menimbang dan
mencampur bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi
basah, pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan
pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan pembuatan
tablet dengan kompresi.
Keuntungan :
 Meninggkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharpkan
tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi
tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang bagus, keras, dan tidak rapuh.
 Mencegah segresi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum
proses pencampuran.
 Zat-zat bersifat hidrofob dapat memperbaiki kecepatan pelarut zat aktif dengan
perantara cairan pelarut yang cocok dengan bahan pengikat.
b. Granulasi Kering (Slugging)
Metode ini terutama digunakan pada keadaan dimana dosis efektif terlalu tinggi
untuk kempa langsung dan bahan-bahan yang digunakan peka terhadap
pemanasan, kelembaban atau keduanya. Metode ini khusus untuk bahan-bahan
yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaan terhadap
uap air atau karena untuk mengeringnya diperlukan temperatur yang dinaikkan.
Tahap pembuatan ini yaitu partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa
cairan bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya pecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
c. Metode Cetak Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung di
kompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Keuntungan
utama dari metode ini bahwa obat yang peka terhadap lembab dan panas yang
stabilitasnya terganggu akibat granulasi dapat dibuat menjadi tablet.
7. Syarat-syarat Tablet
a. Kekerasan
Sebuah tablet yang baik adalah tablet yang cukup keras dipegang sampai
digunakan. Dalam bentuk lain tablet tidak boleh terlalu keras karena tablet
tidak akan dapat hancur atau larut dengan mudah. Kekerasan tablet merupakan
parameter yang menggambarkan ketahan tablet dalam melawan tekanan
mekanik seperti guncangan dan terjadinya keretakan tablet selama pengemasan,
transportasi, dan pemakaian. Kekerasan tablet biasanya 4-8 kg.
b. Keseragaman Tablet
Tablet ditentukan berdasarkan namyaknya penyimpanan bobot pada tiap tablet
terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan FI.
Tablet tidak bersalut harus harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan dengan menimbang 20 tablet satu per satu dan dihitung bobot rata-
rata tablet.
c. Proses penghancuran
d. Keregasan tablet (Friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah diguncang. Penentuan
keregasan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet dilapisi (coating).
8. Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
a. Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan. Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering di
ikuti bunyi, tepi tablet tergores atau kasar.
b. Sticking/picking adalah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan
bawahakibat permukaan punch tidak licin. Sticking adalah keadaan granul
menempel pada dinding die. Penyebabnya yaitu punch kurang bersih.
c. Whiskering adalah percetakan tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi
pelelehan zat aktif zat pencetakan pada tekanan tinggi.
d. Splitting/cappimh adalah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama
pada bagian tenggah. Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian
atas atau bawah tablet terpisah sebagain atau seluruhnya.
e. Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet
disebabkan perbedaan obat atau hasil uraiannya dengan bahan tambahan juga
karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan
tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata.
f. Crumbling disebabkan tambet menjadi retal dan rapuh. Disebabkan kurangnya
tekanan pada pemcetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
C. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat
dari pati atau bahan lainya yang sesuai (Depkes RI, 1995).
1. Penggolongan Kapsul
a. Kapsul Cangkang Keras (capsulae, hard capsul)
Terdiri atas bagian bawah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metil
selulosa, gelatin, pati atau bahan lain yang sesuai. Ukurang cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 1000, kecuali
cangkang untuk hewan umumnya ukuran terbesar 000 merupakan ukuran yang
dapat diberikan pasien. Ada juga ukuran 0 yang bentuknya memanjang dan
memberikan kepasitas lebih besar tanpa peninggkatan diameter dan biasanya
mengandung 10-15%. Biasanya cangkang kapsul diisi dengan bahan padat, serbuk,
butiran atau granul. Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat diisikan
kedalam kapsul cangkang keras jika digunakan adsorben MgCO3 atau silikon
dioksida.
b. Kapsul Cangkang Lunak (capsule molles, soft capsul)
Merupakan satu kesatuan berbentk bulat atau silinder (pearl) atau bulat telur
(globula) yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak) atau bahan lain yang
sesuai. Biasanya lebih tebal di bandingkan dengan cangkang keras dan dapat
diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol seperti sorbitol atau gliserin.
Kapsul ini biasanya mengandung air 6-13% umumnya diisi dengan bahan cairan
bukan air seperti PEG, berbobot molekul rendah, dan dapat juga diisi dengan bahan
padat atau serbuk atau zat padat kering. Kapsul cangkang lunak mempunyai
bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat di pakai untuk rute oral, vaginal,
rectal, atau topikal.
2. Persyartan Sediaan Kapsul
a. Keseragaman Bobot
Untuk kapsul yang berisi bahan padat, ditimbang 20 kapsul sekaligus, kemudian
timbang lagi satu per satu catat bobotnya. Sedangkan untuk kapsul yang berisi
bahan cair atau setengah padat ditimbang 10 kapsul kemudia timbang lagi satu per
satu.
b. Waktu Hancur
Ditentukan dengan suatu alat yang disebut disintegrator tester. Memenuhi syarat
jika waktu hancur tidak lebih dari 15 menit.
c. Uji Disolusi
Dilakukan untuk kapsul gelatin keras
3. Wadah
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan
kadar 10-15% (FI IV) dan 12-16% menurut literatur lain. Jika disimpan ditempat yang
lembab kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka
karena kapsl akan menyerap lembab dari udara yang lembab. Sebaliknya jika disimpan
ditempat kering, kapsul akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah.
D. Supositoria
Menurut FI IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
dalam suhu tubuh . supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik.
1. Macam-macam Supositoria
a. Rektal suppositoria disebut suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat
rektal atau anus, beratnya menurut FI IV kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal
berbentuk torpedo mempunyai keuntungan yaitu bila bagian yang besar masuk
melalui jaringan otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk
dengan sendirinya.
b. Vaginal suppositoria (ovula) bentuk bola lonjong seperti kerucut digunakan lewat
vagina berat umumnya 5 g. Suppositoria kempa atau suppositoria sisipan adalah
supositoria vagina yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi
bentuk yang sesuai atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut
FI IV suppositoria vagina dengan bahan dasar yang dapat larut bercampur dalam
air seperti PEG atau gelatin ttergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan
dasar gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air
) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat sebaiknya pada suhu dibawah 35OC.
c. Urethral suppositoria (bacilla bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang
panjang antara 7-14 cm.
2. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria
a. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina
atau urehra seperti penyakit haemorroid/wasir.ambein/dan infeksi lainnya.
b. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik karena dapat diserap oleh
membran mukosa dalam rektum.
c. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti pasien mudah
muntah tidak sadar.
d. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat karena obat di absorbsi melalui
mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
e. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzim didalam saluran gastrointestinal
dan perubahan obat secara biokimia didalam hepar.
3. Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Obat Per Rektal
a. Faktor Fisiologis
Rektum mengandung sedikit cairan dengan PH 7,2 dan kapasitas dapar rendah.
Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak) maka diutamakan permeable
terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak).
b. Faktor fisika kimia dari obat dan basis
- Kelarutan obat, obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
terabsorbsi dari pada obat yang larut dalam air.
- Kadar obat dalam basis, bila kadar obat naik maka absorbsi obat makin cepat.
- Ukuran partikel, ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut
dari obat ke cairan rektal.
- Basis suppositoria, obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak
dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masukke
dalam rektum, dan obat akan segera di absorbsi dan aksi kerja awal obat akan
segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam
air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut
dalam air.
4. Bahan Dasar Suppositoria
Lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG
berbagai bobot molekul dan ester asam lemak PEG. Bahan dasar lain dapat digunakan
seperti surfaktan nonionik misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan
polioksietilen stearat.
E. Metode Pembuatan Sediaan Solida
F. Evaluasi Sediaan Solida
1. In Process Control (Pengertian Setiap Uji)

Anda mungkin juga menyukai