Anda di halaman 1dari 2

Tanaman Brotowali

Brotowali mempunyai kedudukan klasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonea

Bangsa : Ranunculales

Suku : Menispermaceae

Marga : Tinospora

Jenis : Tinospora crispa (L.) Miers ex Hook. f & Thoms (Backer & Brink, 1965)

Tanaman brotowali merupakan tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dekat pagar.
Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. Menyukai tempat panas, termasuk golongan perdu,
memanjat, tinggi batang sampai 2.5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil rapat,
rasanya pahit. Daun tunggal bertangkai berbentuk seperti jantung atau agak bulat telur
berujung lancip panjang 7- 12 cm, lebar 5-10 cm. Bunga kecil warna hijau muda berbentuk
tandan semu. Diperbanyak dengan stek.

Sifat dan Khasiat

Brotowali Tanaman brotowali dapat untuk mengatasi: rematik artritis, rematik sendi pinggul
(sciatica), memar, demam, merangsang nafsu makan, demam kuning, kencing manis dan
malaria (Perry, 1980; Pushpangadan dan Atal, 1984). Batang brotowali merupakan salah satu
tanaman obat tradisional, diantara untuk mengatasi penyakit kuning, kencing manis, nyeri
perut, demam, kudis, scabies, dan pembersih luka (Sudarsono et al., 1996). Brotowali
mempunyai efek meningkatkan nafsu makan (Sartori & Swift, 2003). Batang brotowali
mempunyai efek antiproliferatif berdasarkan pengujian pada sel kanker tertentu dan bersifat
tidak toksik pada sistem biologis dan sel normal (Amom et al., 2008). Ekstrak metanol
batang brotowali diketahui memiliki aktivitas antioksidan (Ibahim et al., 2011), begitu pula
dengan ekstrak air batang brotowali yang keefektifannya hampir seperti vitamin C dalam
menangkap radikal bebas (Wijaya kusuma 2007).

Kandungan Kimia Tanaman Brotowali

Tanaman brotowali banyak mengandung bahan seperti alkaloid, damar lunak, pati, glikosida
pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin, palmatin dan kolumbin) (Umi et al., 1995;
Pachaly et al., 1992).;

Brotowali diketahui memiliki efek analgesik berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan
metode tail flick. Dosis uji yang digunakan sebesar 3,33; 6,66; 13,33; 26,66 mL/kg BB untuk
infusa brotowali dan dibandingkan dengan asetosal dosis 52 mg/kg BB dan akuades dosis
26.66 mL/kg BB. Hasil uji menunjukkan bahwa infus brotowali dosis 6.66 dan 13,33 mL/kg
BB memberikan efek analgesik sama dengan efek asetosal.21 Pada penelitian yang lain
dengan menggunakan alat Pletismometer, uji efek anti radang dikaji berdasarkan kemampuan
infus batang brotowali 20% dalam mengurangi radang yang diinduksi oleh karagenan. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa Infus batang brotowali 20% pada dosis 8 mL/200 g BB
memberikan efek yang hampir sama dengan asam asetilsalisilat dengan dosis 30 mg/200 g
BB.22 (Formularium Nasional Vol 2).

Anda mungkin juga menyukai