Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

FARMAKOGNOSI SIMPLISIA ALKALOID DAN STEROID


UBI JALAR KUNING (Ipomoea batatas L. Lam)

Disusun oleh :

Nama : Noval Kurnia Wati

NPM : F1G018033

Dosen pengampu : apt. Reza Pertiwi, M.Farm.

PRODI S1 FARMASI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
UBI JALAR KUNING

Ubi jalar merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis amerika, dimana
tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ubi jalar mempunyai
keragaman sifat fisik yang sangat luas berupa variasi bentuk, ukuran, warna kulit, dan warna
daging umbi yang sangat ditentukan varietasnya (Ginting et al. 2006). Tanaman ubi jalar
kuning memiliki morfologi batang berbuku-buku, tidak berkayu, dan tumbuh menjalar. Daun
ubi jalar kuning berbentuk lonjong menjari berwarna hijau. Umbi ubi jalar kuning berbentuk
lonjong, daging umbi berwarna kuning dengan kulit tipis. Berikut adalah gambar tanaman ubi
jalar kuning.

(a) (b) (c)

Gambar 1. Gambar tanaman ubi jalar kuning, yang diambil dari Desa Jati Mulyo
Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur. (a) gambar daun ubi jalar
kuning, (b) gambar umbi ubi jalar kuning, (c) gambar tanaman ubi jalar
kuning.

A. NAMA SPESIES DAN KLASIFIKASI


Ubi jalar kuning mempunyai nama latin Ipomoea batatas L. Lam . Menurut
Malik (2003) dalam Syariyenti (2018), klasifikasi tanaman ubi jalar kuning yaitu
sebagai berikut:

Klasifikasi Tanaman Ubi jalar (Ipomoea batatas L. lam)


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas (L.) lam

B. CARA WAKTU PANEN


a) Cara Panen
Ubi jalar biasanya dipanen dengan cara memangkas tanaman sekitar 15–20 cm
dari pangkal batang dengan parang atau oak palogo, alat yang biasa digunakan oleh
warga Lembah Baliem, Papua untuk memudahkan pembongkaran umbi.
Selanjutnya guludan digali/dibongkar dengan cangkul atau cukup dicabut dengan
tangan pada tanah yang relatif gembur dan berpasir seperti di Blitar. Menurut
Widyastuti (1994) dalam Ginting et al. (2006), Selain cangkul, di Kabupaten
Jayawijaya, panen dilakukan dengan menggunakan sege (sejenis tongkat yang
ujungnya runcing dan panjangnya sekitar satu meter).
b) Waktu Panen
Ubi jalar dapat dipanen pada umur 95 hari hingga 5 bulan setelah ditanam
tergantung dengan varietasnya. Balitkabi (2005) dalam Ginting et al. (2006),
mengatakan bahwa varietas Sari memiliki umur panen 3,5–4 bulan dan Sukuh 4–
4,5 bulan Umur 120 hari merupakan umur panen optimum ubi jalar segar
berdasarkan kadar pati tertinggi dan serat minimal. Penentuan saat panen ubi jalar
yang tepat sangat penting karena umur panen berpengaruh terhadap komposisi
kimia umbi segar maupun tepung ubi jalar yang dihasilkan (Ginting et al. 2006).

C. BAGIAN YANG DIGUNAKAN


Bagian yang digunakan yaitu pada bagian daun dan umbi akarnya,
dikarenakan kandungan paling banyak terletak pada daun dan akar (umbi) tanaman
ubi jalar ( Drapal et al. 2019).

D. KOMPONEN KIMIA UTAMA/SENYAWA AKTIF (MORFIN) DAN


KOMPONEN LAINNYA
Ubi jalar mengandung senyawa fitokimia atau metabolit sekunder yaitu
flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, glikosida, alkaloid, steroid,dan asam fenolik
(Ayeleso et al. 2016). Syariyenti (2018) dalam Skripsinya menyatakan bahwa hasil
skrining fitokimia ubi jalar kuning mengandung metabolit sekunder antara lain yaitu
flavonoid, glikosida, saponin, tanin, steroid dan terpenoid. Perbedaan warna umbi ubi
jalar mengindikasikan perbedaan komponen kandungannya. Umbi ubi jalar yang
berwarna kuning/orange mengandung senyawa betakaroten, sedangkan umbi yang
berwarna ungu mengandung senyawa antosianin (Purbasari et al. 2018).
Beta karoten merupakan salah satu jenis karoten yang memiliki rumus
molekul C40H56, titik didih 633oC dan memiliki titik lebur 180oC. Menurut Dutta
(2005) dalam Kusbandari dan Susanti (2014), Beta karoten merupakan pigmen
organik berwarna kuning, oranye atau merah oranye yang dapat terjadi secara alamiah
dalam tumbuhan yang berfotosintesis, ganggang, beberapa jenis jamur dan bakteri.
Beta carotene yang termasuk dalam golongan karotenoid memilikki sifat larut dalam
minyak, kloroform, benzena, karbon disulfida, aseton, dan petroleum eter; peka
terhadap oksidasi, autooksidasi, dan cahaya; serta memiliki ketahanan panas dalam
keadaan vakum. Faktor utama yang mempengaruhi karotenoid selama pengolahan dan
penyimpanan adalah oksidasi oleh oksigen maupun perubahan struktur oleh panas.
Pemanasan sampai dengan suhu 60oC akan mengakibatkan perubahan stereoisomer
pada beta carotene. Panas juga akan menyebabkan dekomposisi pada beta carotene
(Purwanti et al. 2019).
Betakaroten adalah bentuk provitamin A paling aktif yang terdiri atas 2
molekul retinol yang saling berkaitan. Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam
pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor
vitamin A. Betakaroten merupakan salah satu unsur pokok dalam bahan pangan yang
mempunyai peranan sangat penting, yaitu memberikan kontribusi terhadap warna
bahan pangan (warna oranye) dan juga nilai gizi sebagai provitamin A. Menurut
Harper et al. (1979) dalam Ruwanti (2010), Biosintesis vitamin A dari ß-karoten
sebagian besar adalah reaksi dioksigenase dimana molekul oksigen bereaksi dengan 2
atom karbon sentral ß-karoten diikuti pemecahan ikatan rangkap sentral dari ß-karoten
untuk menghasilkan 2 molekul vitamin A aldehida (retinal). Vitamin A alkohol
(retinol) kemudian dibentuk oleh reduksi dari aldehida dalam reaksi yang memerlukan
NADH dikatalis oleh retinen reduktase. Betakaroten merupakan antioksidan yang
spesifik karena dapat mencegah proses oksidasi dalam sistem yang memiliki tekanan
oksigen rendah .
Ubi jalar kuning mengandung beta carotene sebesar 6954 μg/100 gram umbi.
Struktur dari betakaroten dapat dilihat pada gambar 1 berikut (Purwanti et al. 2019).

Gambar 2. Struktur Beta carotene


Menurut Sarwono (2005) dalam Rosidah (2014), Ubi jalar kuning
mengandung kandungan kimia yaitu:

1. Kalori
2. Protein
3. Lemak
4. Karbohidrat
5. Mineral (Kalsium,Fosfor ,Zat Besi,Natrium ,Kalium, Niacin )
6. Vitamin (Vitamin A , Vitamin B1,Vitamin B2 ,Vitamin C )
7. Air
8. Gula Reduksi
9. Serat

E. KEGUNAAN SENYAWA AKTIF


Potensi farmakologi ubi jalar telah diselidiki secara in vitro pada hewan coba
oleh Ayeleso et al. (2016), bahwa tanaman ubi jalar berkhasiat sebagai antioksidan,
antidiabetes, antikanker, antiulcer/anti maag, antimikroba, dan memiliki efek pada
kardiovarkuler dan hematologis.
Senyawa aktif pada ubi jalar kuning yaitu Betakaroten, dimana kandungan
beta carotene bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker,beragam penyakit
kardiovaskuler, dan katarak (Purwanti et al. 2019). Menurut penelitian tanaman ubi
jalar kuning ini dapat menyembuhkan penyakit mata pada anak balita. Vitamin A
dalam ubi jalar kuning sangat berperan dalam proses pertumbuhan, reproduksi,
penglihatan, serta pemeliharaan sel-sel epitel pada mata (Marta et al. 2018). Warna
kuning/orange pada umbi disebabkan oleh adanya senyawa betakaroten yang
bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai provitamin A.
Menurut Mayne (1996) dalam Ginting et al. (2006), betakaroten juga dilaporkan
dapat memberi perlindungan/pencegahan terhadap kanker, penuaan dini, penurunan
kekebalan, penyakit jantung,stroke, katarak, sengatan cahaya matahari, dan gangguan
otot. Menurut Hongmin et al. (1996) dalam Ginting et al. (2006), Hal ini berkaitan
dengan kemampuannya untuk menangkap radikal bebas, yang dipercaya sebagai
penyebab terjadinya tumor dan kanker. Betakaroten (provitamin A) berfungsi sebagai
antioksidan. Antioksidan menangkap radikal bebas tubuh dan menjaga sistem
kardiovaskuler dan melindungi usus besar dari kanker (Kusbandari dan Susanti,
2017).
Kelebihan antioksidan beta karoten dibanding dengan yang lain adalah karena
beta karoten mempunyai peranan dalam menangkap radikal bebas peroksil yang
disebabkan asap rokok di dalam jaringan, beta karoten juga mampu menangkap
oksigen reaktif dan radikal peroksil lalu menetralkannya. (Rizqi et al., 2016). Menurut
Chunmei et al. (2013) dalam Rizqi et al.(2016). Mekanisme perlindungan antioksidan
beta karoten dalam menurunkan stres oksidatif akibat paparan asap rokok adalah
dengan memutus reaksi berantai peroksidasi lipid tak jenuh dalam otak dan jaringan
lainnya, sehingga kandungan nikotin yang dapat menyebabkan Reactive Oxygen
Spescies (ROS) dalam asap rokok tidak mampu meningkatkan kadar MDA dan
menurunkan aktivitas SOD.
Antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk mengatasi dan mencegah
stres oksidatif. Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal
bebas yang ada dengan jumlah antioksidan di dalam tubuh. Stres oksidatif berperan
penting dalam patofisiologi terjadinya proses menua dan berbagai penyakit
degeneratif, seperti kanker, diabetes mellitus dan komplikasinya, serta aterosklerosis
yang mendasari penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke. Antioksidan dapat
melawan radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa
yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan dalam orbitalnya,
sehingga bersifat sangat reaktif dan mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya
(lipid, protein, DNA, dan karbohidrat). Antioksidan bersifat sangat mudah dioksidasi,
sehingga radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain
dalam sel dari kerusakan akibat oksidasi oleh radikal bebas atau oksigen reaktif.
Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel,
mempengaruhi pembuluh darah, produksi prostaglandin, dan protein lain seperti
enzim yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas yang mengambil elektron dari DNA
dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga timbullah sel-sel mutan. Bila
mutasi ini terjadi berlangsung lama dapat menjadi kanker. Radikal bebas juga
berperan dalam proses menua, dimana reaksi inisiasi radikal bebas di mitokondria
menyebabkan diproduksinya Reactive Oxygen Species (ROS) yang bersifat reaktif.
Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal
seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan
polutan lain (Werdhasari, 2014).
Daun ubi jalar mengandung banyak senyawa polifenol, polifenol memiliki
peran kuat dalam pencegahan penyakit degeneratif terutama kanker dan penyakit
kardiovaskular melalui aktivitas antioksidannya. Golongan senyawa yang berpotensi
menurunkan kadar glukosa darah adalah flavonoid dan tannin (Haryoto dan Nur’aini,
2018). Efek menurunkan kadar glukosa pada pasien diabetes tipe 2 dikaitkan dengan
peningkatankadar darah adiponektin, yaitu hormon adiposit yang berfungsi sebagai
pengubah penting metabolisme insulin (Ayeleso et al. 2016).
Flavonoid di dalam ekstrak daun ubi jalar kuning beraksi sebagai agen
antidiabetes. Mekanisme flavonoid yaitu menghambat terjadinya penyebaran glukosa
pada lumen saluran cerna dan memicu aktifnya sinyal cAMP kaskase untuk
meningkatkan sekresi insulin. Menurut penelitian Lako di dalam daun ubi jalar
mengandung flavonoid yaitu kuersetin. Kuersetin dapat memberikan efek yang
menguntungkan pada perbaikan pankreas yang disebabkan disfungsi pada sel oleh
hidrogen peroksidase (H2O2) yang mengakibatkan kerusakan oksidatif. Perbaikan
pankreas dengan menurunkan terjadinya kerusakan oksidatif sehingga sekresi insulin
meningkat yang mengakibatkan terjadi penurunan kadar glukosa darah. Mekanisme
lain dari aksi kuersetin dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu melalui jalur
AMPK pada otot yaitu kuersetin-3-O-glikosida dan aglikon kuersetin akan menyerap
glukosa. Efek ini merupakan mekanisme insulin independen yang dimediasi AMPK
dengan memfalisitasi translokasi GLUT4 transporter sehingga terjadi peningkatan
glukosa secara cepat sehingga terjadi penurunan KGD.
Tanin berfungsi sebagai agen antioksidan dan memiliki efek agen
antihiperglikemia. Mekanisme kerja tanin dapat bertindak sebagai pengikat radikal
bebas dan mampu mengaktifkan kerja enzim antioksidan dengan cara perbaikan
fungsi mitokondria pada sel pankreas. Tanin memiliki efek dalam meningkatkan
penyerapan glukosa melalui pada mediator insulin-signaling pathways yaitu seperti
PI3K (fosfatidil inositol-3 kinase) dan akan mengaktifkan p38 MAPK (mitogen-
Activated Protein Kinase) serta mengaktivkan GLUT-4 translokasi. Penurunan kadar
glukosa darah yang diperantarai senyawa fenolik dengan menginduksi regenerasi sel
beta dan meningkatkan aktivitas insulin di adiposa (Haryoto dan Nur’aini, 2018).
Dalam studi in vivo ekstrak etanol ubi jalar menunjukkan aktivitas antasida
terhadap ligasi pirolus dan cold restraint menahan stres ulkus yang diinduksi pada
hewan coba. Efek hematologis ubi jalar meningkatkan kadar hemoglobin sel darah
merah, trombosit, sel darah putih dan meningkatkan volume sel. Ekstrak etanol dan
aseton daun ubi jalar menunjukkan efek antimikroba pada Salmonella typhimurium
dan Pseudomonas aeruginosa, ekstrak etanol dan air daun ubi jalar menunjukkan
efek antimikroba pada E. coli, S. typhi, S.aureus, A. niger, Penicillium spp., P.
Aeroginosa dan K. Pneumonia (Ayeleso et al. 2016).

F. CARA EKSTRAKSI
Daun ubi jalar kuning diekstraksi menggunakan metode maserasi, dengan
menggunakan pelarut etanol 96 %. Penggunaan pelarut tersebut memiliki extractive
power dalam menarik senyawa dengan BM rendah seperti flavonoid, tanin, dan
saponin. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan pekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel
dan didalam sel (Octaviani et al. 2014).
Langkah ekstraksi daun ubi jalar kuning secara maserasi menurut Haryoto dan
Nur’aini (2018) yaitu sebagai berikut:
1. Simplisia serbuk daun ubi jalar kuning diekstrak menggunakan pelarut
etanol 96% dengan perbandingan 10:75 bagian.
2. Kurang lebih 900 gram simplisia dilarutkan menggunakan etanol sejumlah
6750 mL dengan cara maserasi di dalam wadah tertutup selama 5 hari
sambil sesekali diaduk,
3. Kemudian setelah 5 hari diserkai dan diperas.
4. Remaserasi dilakukan menggunakan ampas hasil perasan yang di larutkan
dengan etanol 96% sebanyak 3600 mL. Ampas yang ditambah pelarut
kemudian ditutup,
5. Dibiarkan ditempat terlindung cahaya selama 2 hari tanpa pengadukan,
disaring, filtrat diambil menggunakan corong buchner.
6. Proses selanjutnya dilanjutkan dengan vaccum rotary evaporator suhu 55
o
C. Kemudian maserat hasil evaporasi diletakkan di atas waterbath untuk
diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Pengambilan senyawa beta carotene dari daging ubi jalar kuning dapat
dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% yaitu dengan cara
destilasi. Dengan kondisi operasi optimum untuk ekstraksi 50 gram betacarotene
yaitu pada suhu ekstraksi 80°C, waktu ekstraksi 120 menit, kecepatan pengadukan
500 rpm dan perbandingan volume pelarut 100 mL.Pada kondisi operasi optimum
didapat kadar air dari hasil ekstraksi beta carotene sebesar 6% (Purwanti et al. 2019).
Langkah pengambilan senyawa beta carotene dari daging ubi jalar kuning
secara destilasi menurut Purwanti et al. (2019) adalah sebagai berikut:
1. Proses dimulai dengan memotong daging ubi jalar kuning kemudian
ditimbang sebanyak 50 gram daging ubi jalar kuning dan dihaluskan
menggunakan blender.
2. Kemudian dimasukkan daging ubi jalar kuning yang sudah halus, dan
pelarut etanol 96% kedalam labu leher tiga yang sudah dirangkai dengan
pendingin balik, magnetic stirer, termometer, statif dan penangas air
3. Campuran tersebut diekstraksi pada suhu yang optimum yaitu 80°C, waktu
ekstraksi 120 menit, kecepatan pengadukan 500 rpm
4. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan kertas saring.
5. Setelah disaring, Proses selanjutnya dilanjutkan dengan vaccum rotary
evaporator suhu 80oC.
G. CONTOH PRODUK FARMASI DARI SIMPLISIA
Contoh produk farmasi dari tanaman ubi jalar kuning ini yaitu Japanese
Satsuma Yellow Sweet Potato Quinoa Millet Powder.

Produk susu bubuk bebas gluten ini untuk meningkatkan energi makan cepat
saji dan asupan antioksidan harian. Produk Ini tinggi serat makanan, pembangkit
tenaga listrik protein, vitamin A, vitamin C, Vitamin B, potasium, mangan, tembaga,
fosfor, magnesium, seng, selenium, folat, besi, Omega-3, ALA dan mineral lainnya.

Keuntungan sehat /khasiat:

a. Menurunkan risiko kanker pencernaan


b. Anti-inflamasi
c. Menurunkan risiko diabetes tipe-2
d. Degenerasi penuaan yang lambat
e. Lindungi mata & hati
f. Antioksidan beta-karoten yang tinggi
g. Kalium tinggi mengontrol tekanan darah
h. Mangan tinggi membantu fungsi otak
i. Mencegah degenerasi sel & jaringan
j. Serat makanan tinggi antioksidan tinggi

Bahan/komposisi produk:
Ubi Jalar Kuning, Millet Organik (Disertifikasi oleh NASAA), Labu Organik
(Disertifikasi oleh NASAA), Quinoa Putih Organik (Disertifikasi oleh NASAA),
Quinoa Hitam Organik (Disertifikasi oleh NASAA), Quinoa Merah Organik
(Disertifikasi oleh NASAA), Almond Organik, Wijen Putih Organik, Beras Merah
Organik (Disertifikasi oleh NASAA), Lesitin Kedelai (Non GMO), Oligo Saccharide.

Cara Penggunaan:
Cara menggunakannya yaitu dengan menyeduh susu bubuk Japanese Satsuma
Yellow Sweet Potato Quinoa Millet Powder dengan menggunakan air hangat.
DAFTAR PUSTAKA

Ayeleso T.W., Ramachela K., dan Mukwevho E. 2016. A review of therapeutic potentials of
weet potato:Pharmacological activities and influence of the cultivar. Tropical Journal
of Pharmaceutical Research, 15 (12), 2751-2761.

Drapal M., Rossel R., Heider B., dan Fraser P.D. 2019. Metabolic diversity in sweet potato
(Ipomoea batatas, Lam.) leaves and storage roots. Horticulture Research, 6(2),1-9.

Ginting E., Antarlina S.S, Utomo J.S., dan Ratnaningsih. 2006. Teknologi Pasca Panen Ubi
Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan Dan Pengembangan Agroindustri. Buletin
Palawija, No. 11, 15–28.

Haryoto, dan Nur’aini A.R. 2018. Antidiabetes Melitus Ekstrak Etanol Batang dan Daun Ubi
Jalar Kuning (Ipomoea Batatas Linn.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus
Jantan. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis,4 (2), 1-8.

Kusbandari A., dan Susanti H. 2017. Kandungan Beta Karoten Dan Aktivitas Penangkapan
Radikal Bebas Terhadap Dpph (1,1-Difenil 2-Pikrilhidrazil) Ekstrak Buah Blewah
(Cucumis Melo Var. Cantalupensis L) Secara Spektrofotometri Uv-Visibel. Jurnal
Farmasi Sains Dan Komunitas, 14 (1), 37-42.

Marta D.C.V., Nugraha T.C., dan Ardiati R.L., Rijati S., Saleha A., Amalia R.M. 2018.
Kontribusi Pemanfaatan Ubi Jalar Sebagai Produk Lokal Desa Sayang, Kabupaten
Sumedang Terhadap Peningkatan Ekonomi Kreatif Masyarakat Setempat, Fakultas
Ilmu Budaya,1-5.

Octaviani T., Guntarti A., dan Susanti H. 2014. Penetapan Kadar ß-Karoten pada Beberapa
Jenis Cabe (Genus Capsicum) Dengan Metode Spektrofotometri Tampak.
Pharmaciana, 4.(2), 101-109.

Purbasari K.,dan Sumadji A.R. 2018. Studi Variasi Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L)
Berdasarkan Karakter Morfologi Di Kabupaten Ngawi. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya, 5 (2), 78 – 84 .

Purwanti A., Putri M.E.V.E., Alviyati N. 2019. Optimasi Ekstraksi β-Karoten Ubi Jalar
Kuning (Ipomoea Batatas .L) Sebagai Sumber Potensial Pigmen Alami. Prosiding
Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XIV Tahun 2019 (ReTII)
Journal ITNY, ISSN: 1907-5995, 414-419.

Rizqi C.A., Hariadi M., dan Warsito S.H. 2016. Pengaruh Pemberian Beta Karoten terhadap
Persentase Jumlah Fetus Mencit (Mus musculus) Hidup yang diberi Paparan Asap
Rokok Kretek. Veterina Medika, 9(3), 15-22.

Rosidah.2014. Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan, Teknobuga , 1(1), 44-
52.
Ruwanti S. 2010. Optimasi Kadar ß-Karoten Pada Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Oranye (Ipomoea Batatas L) Dengan Menggunakan Response Surface Methodology
(Rsm). Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Syariyenti L. 2018. Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L.)
Pada Mencit Jantan Menggunakan Metode Mikronukleus. Skripsi. Pogram Studi
Sarjana Farmasi Universitas Sumatra Utara :Sumatra Utara.

Werdhasari A. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia,
3 (2), 59-68.

Anda mungkin juga menyukai