03
RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GIZI
TENTANG
Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit TK IV
02.07.04, diperlukan penyelenggaraan pelayanan gizi yang bermutu tinggi
b. Bahwa agar pelayanan gizi di Rumah Sakit TK IV 02.07.04 dapat terlaksana
dengan baik, diperlukan kebijakan sebagai surat keputusan Kepala Rumah
Sakit TK IV 02.07.04 sebagai landasan terselenggaranya pelayanan gizi di
Rumah Sakit TK IV 02.07.04
c. Bawa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b
ditetapkan dengan keputusan Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04
Mengingat :
1. Undang – Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Permenkes No 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Kepala RS TK IV 02.07.04 tentang kebijakan pelayanan
gizi rumah sakit
Kedua : Kebijakan pelayanan gizi RS TK IV 02.07.04 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Kebijakan Umum
Kegiatan pelayanan gizi berada dibawah koordinasi Instalasi Gizi meliputi :
1. Penyelenggaraan Makanan.
2. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan.
3. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap.
4. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan.
5. Peralatan di Instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pelayanan di Instalasi Gizi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
7. Semua petugas Instalasi Gizi wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
9. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur opersinal yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak
pasien.
10. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
Kebijakan Khusus
1. Kegiatan penyelenggaraan makanan dan nutrisi untuk pasien
tersedia secara regular.
2. Persiapan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan
makanan dan makanan di Instalasi Gizi memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan resiko kontaminasi dan pembusukan.
3. Persiapan dan pengolahan bahan makanan dengan mengurangi
resiko kontaminasi dan pembusukan.
4. Pendistribusian makanan menggunakan sistem yang dipusatkan
(sentralisasi).
5. Perencanaan Menu pasien sesuai dengan diet pasien.
6. Perhitungan dan pemesanan kebutuhan Bahan Makanan sesuai
dengan jumlah pasien ruangan dan siklus menu 10 hari + 1 hari.
7. Pasien yang memerlukan diet makanan khusus, direncanakan
dietnya dan dipesankan makanan khusus kepada Unit Pelayanan
Makanan
8. Setiap pasien yang masuk ke ruang perawatan dilakukan skrining gizi
untuk mengidentifikasi adanya resiko malnutrisi dan dilakukan oleh
perawat yang pertama menangani pasien.
9. Pasien yang beriko malnutrisi akan diassesmen lebih lanjut dan dibuat
perencanaan terapi gizi oleh Ahli Gizi maksimal 2 x 24 jam sejak pasien
masuk ruangan rawat inap.
10. Ahli gizi klinis yang dapat memberikan asuhan kepada pasien yang
mengalami risiko malnutrisi ditentukan dalam buku Panduan Proses
Asuhan Gizi Terstandar berdasarkan kewenangan Ahli Gizi yang
mengacu pada peraturan perundang-undangan.
11. Tingkat kemajuan pasien dievaluasi serta didokumentasikan dalam
rekam medik.
12. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan edukasi gizi sesuai dengan
diet dan penyakitnya.
13. Instalasi Gizi bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah
ditetapkan, baik untuk kepentingan eksternal maupun internal.
14. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diupayakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
15. Seluruh Pelayanan Gizi wajib berorientasi pada kepuasan pasien
16. Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk IV 02.07.04 menerima kegiatan magang
mahasiswa peminatan gizi.
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu organisasi terintegrasi yang berfungsi
menyediakan pelayanan kesehatan lengkap bagi masyarakat. Pelayanan
kesehatan di rumah sakit lebih menekankan pada pelayanan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif.
Makanan merupakan salah satu hal penting yang dapat menunjang
kesembuhan penyakit pada pasien di rumah sakit. Sebagian besar pasien yang
dirawat di rumah sakit akan mengalami masalah gizi berupa penurunan status
gizi. Hasil studi kohort pada tiga rumah sakit di Yogyakarta, Padang, dan
Denpasar pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pasien yang mengalami
malnutrisi akan memiliki masa rawat yang signifikan lebih lama dibandingkan
pasien yang tidak mengalami malnutrisi. Sumber daya manusia yang kompeten
sangat dibutuhkan untuk menangani masalah tersebut melalui pendekatan
pelayanan gizi terpadu.
Pelayanan gizi yang komperehensif dapat tercapai jika tenaga gizi di
rumah sakit melaksanakan pelayanan gizi yang tepat. Pedoman pelayanan gizi
rumah sakit sangat diperlukan oleh tenaga gizi sebagai acuan dalam
melaksanakan pelayanan gizi sehingga pelayanan gizi dapat dilakukan dengan
tepat yang dapat mempercepat proses penyembuhan, memperpendek hari
rawat bagi pasien, dan menghemat biaya perawatan. Pedoman pelayanan gizi
rumah sakit ini mengacu pada Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2006.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi di rumah sakit yang bermutu dan paripurna
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan rumah sakit
Tujuan khusus
1. Menyelenggarakan pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan
2. Menyelenggarakan pelayanan makanan
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konsultasi gizi
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan gizi meliputi:
1. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan
2. Penyelenggaraan makanan
3. Penyuluhan dan konsultasi gizi
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarklan
pengkajian gizi yang meliputi terapi diet, konseling gizi, dan pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien
2. Asuhan gizi adalah serangkaian proses terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan sesuai kebutuhan
tersebut
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip keilmuan
tentang makanan, sosial, gizi, penyakit, dan ilmu gizi dasar untuk
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan, serta pengolahan pelayanan gizi dan makanan
di berbagai lingkungan atau latar belakang praktik pelayanan
4. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan komunikasi dua arah yang
dilakukan oleh tenaga gizi untuk menanamkan dan mingkatkan pengertian,
sikap, dan perilaku terkait gizi dan makanan yang berkaitan dengan
penyakitnya sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya
5. Kolaborasi adalah individu dan kelompok yang memiliki kepentingan sama
saling bekerja sama taua ebrgabung untuk menangani masalah tersebut.
6. Nutritionist Registered (NR) adalah tenaga gizi yang telah lulus sarjana gizi
atau sarjana terapan gizi dan telah lulu uji kompetensi serta terintegerasi
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
7. Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatikan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu, dan klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit
8. Preskripsi diet adalah rekomendasi kebutuhan gizi pasien secara individual
mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup
makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, rute
pemberian makanan.
9. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi
10.Registered Diettisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau
sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah
lulu uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan, dan
dietetik, serta penyelenggaraan praktik gizi modern
11. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku
atau Ahli Madya Gizi yang telah lulu uji kompetensi dan terintegrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan.
12.Tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan. Tenaga gizi meliputi
TRD, NR, dan RD
13.Gizi klinis adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan atara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat gizi dan bagaimana zat
gizi tersebut dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan
dikeluarkan tubuh
14.Tim terapi gizi (TTG) adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang
terkait dengan pelayanan gizi pada pasien berisiko mengalami malnutrisi,
terdiri dari dokter, doker spesialis, ahli gizi, perawat, dan farmasi yang
bertugas memberikan pelayanan paripurna bermutu
15.Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi, dan standar terhadap bahan makanan dan
minuman
16. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang sehingga dapat merusak
makanan, minuman, peralatan, dan bangunan sehingga membahayakan
manusia
E. LANDASAN HUKUM
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit mengacu pada :
1. Undang –undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang –undang No. 8 tahun 1999 tentang pertimbangan konsumen
3. Undang –undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan
4. Undang –undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 tahun tentang standar pelayanan
Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 329/menkes/per/X /1976
tentang produksi dan peredaran makanan
7. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 712/menkes/per/IX /1986
tentang persyaratan kesehatan, kesehatan jasa boga dan Permenkes
No.362/menkes/per/IV/1998
8. Permenkes No.180/menkes/per/VI/1988 tentang bahan tambahan makanan
9. Permenkes No.180/menkes/per/VI/1985 tentang makanan kadaluarsa
10.Keputusan Menkes No. 635/menkes/per/VII/1998 tentang penunjukan
laboratorium dan tata cara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen jasa
boga.
11. Peraturan menteri kesehatan No. 986/menkes/per/XI/1992 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
12.Peraturan Menteri Kesehatan No 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Higiene Sanitasi Jasa Boga
13.Permenkes No 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
a. Dinas pagi
Terdapat 10 orang petugas
Kategori :
1 orang Kepala Instalasi Gizi
1 orang Kepala Ruangan
2 orang Ahli Gizi
2 orang juru masak
4 orang pramusaji
b. Dinas sore
Terdapat 3 orang petugas
1 orang juru masak
2 orang pramusaji
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga juru masak dan pramusaji yaitu:
- Jadwal jaga juru masak dan pramusaji diatur oleh Koordinator Unit
Pelayanan Makanan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Ruangan
dan disetujui oleh Kepala Instalasi Gizi
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan
- Jika juru masak atau pramusaji memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, juru masak atau pramusaji tersebut dapat mengajukan
permintaan dinas. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada.
- Jadwal dinas terbagi menjadi dinas pagi, dinas sore, libur, ekstra libur,
dan cuti
- Jika juru masak atau pramusaji tidak dapat berdinas sesuai jadwal yang
telah ditetapkan, juru masak atau pramusaji tersebut harus
memberitahukan Kepala Ruangan. Sebelum memberitahukan kepada
Kepala Ruangan, juru masak atau pramusaji diharapkan sudah
mendapatkan juru masak atau pramusaji pengganti. Jika juru masak atau
pramusaji tidak mendapatkan pengganti, juru masak atau pramusaji yang
dinas pada shift sebelumnya wajib menggantikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Timbangan barang
Troly besar beroda.
Washtafel
Meja penerimaan.
Meja tulis dan alat tulis.
Keranjang.
c. Survey pasar
Adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan makanan
yang ada di pasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai
dasar perencanaan anggaran bahan makanan. Dari survey tersebut akan
diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah,
harga tertinggi, harga tertimbang, dan harga perkiraan maksimal.
7. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
a. Pemesanan bahan makanan
Pengertian :
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan
makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani,
sesuai periode pemesanan yang ditetapkan.
Tujuan :
Tersedianya daftar pemesanan bahan makanan sesuai menu, waktu
pemesanan, standar porsibahan makanan, dan spesifikasi yang ditetapkan.
Persyaratan :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang prosedur pengadaan bahan
makanan.
2) Tersedianya dana untuk bahan makanan.
3) Adanya spesifikasi bahan makanan.
4) Adanya menu dan jumlah bahan bahan makanan yang dibutuhkan
selama periode tertentu.
5) Adanya pemesanan makanan untuk 1 periode tertentu.
Langkah – langkah pemesanan bahan makanan.
1) Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering.
2) Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan
standar porsi dengan jumlah pasien kali kurun waktu tertentu.
b. Pembelian bahan makanan
Pengertian :
Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan penyedia
macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
pasien sesuai ketentuan atau kebijakan yang berlaku. Pembelian bahan
makanan merupakan prosedur penting untuk memperoleh bahan makanan,
biasanya terkait dengan produk yang benar, jumlah yang tepat, waktu yang
tepat, dan harga yang benar. Sistem pembelian bahan makanan yang
dilakukan adalah pembelian langsung ke pasar (The Open Market of
Buying).
8. Penerimaan bahan makanan
Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi memeriksa, mencatat, meneliti, dan memutuskan
serta melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan
pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu penerimaannya.
Tujuan :
Diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu pesan, dan
spesifikasi yang ditetapkan.
Prasyarat :
a. Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang akan diterima pada waktu tertentu.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makana yang ditetapkan
Langkah – langkah penerimaan bahan makanan :
a. Bahan makanan diperiksa sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan.
b. Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis
barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.
9. Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
a. Penyimpanan bahan makanan
Pengertian :
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan
segar di gudang bahan makanan kering dan dingin/beku.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai kebutuhan.
Prasyarat :
1) Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
makanan segar.
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
peraturan.
3) Tersedianya kartu stok bahan makanan/buku catatan keluar masuknya
bahan makanan.
Langkah – langkah penyimpanan bahan makanan :
1) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, segera dibawa
ke ruang penyimpanan, gudang, atau ruang pendingin.
2) Apabila bahan makanan langsung digunakan, setelah ditimbang dan
diperiksa oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa
ke ruang persiapan bahan makanan.
b. Penyaluran bahan makan
Pengertian :
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan
makanan bedasarkan permintaan dari unit kerja pengolahan bahan
makanan.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan jumlah dan kualitas yang
tepat sesuai pesanan dan waktu yang diperlukan.
Prasyarat :
1) Adanya bon permintaan bahan makanan
2) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
10.Persiapan bahan makanan
Pengertian :
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik,
dsb) sesuai dengan menu dan jumlah pasien yang dilayani.
Prasyarat :
a. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
b. Tersedianya tempat dan peralatan persiapan
c. Tersedianya prosedur tetap persiapan
d. Tersedianya standar porsi, standar resep, jadwal persiapan, dan jumlah
pemasak.
Pelayanan gizi bidang gizi klinis dilakukan dengan mengacu pada Panduan
Proses Asuhan Gizi Terstandar. Langkah – langkah PAGT adalah
1. Asesmen Gizi
a. Tujuan : mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya melalui
pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data sceara sistematis
b. Langkah asesmen gizi
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi dan kesehatan
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi yaitu
antropometri, biokimia, tanda fisik dan klinis, riwayat makan dan gizi,
serta riwayat personal
3) Data dibandingkan terhadap kriteria atau standar data normal
4) Asesmen gizi dilakukan dengan cara wawancara, melihat data di
rekam medis, observasi, dan melihat data dari tenaga kesehatan lain
yang merujuk
c. Kategori data asesmen gizi
1) Antropometri
Pengukuran berat badan, tinggi badan, perubahan berat badan, indeks
masa tubuh, pertumbuhan, dan komposisi tubuh
2) Biokimia
Keseimbangan asam basa, profil lipid darah, profil glukosa/endokrin,
profil inflamasi, profil laju metabolik, profil urin, dan lain – lain
3) Riwayat makan dan gizi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara interview, meliputi recal
1x24 jam, Food Frequency Questionnaire (FFQ), atau dengan metode
lainnya. Aspek yang diwawancara adalah asupan zat gizi, pola makan,
dan perhitungan kebutuhan zat gizi berdasarkan status gizi yang telah
ditentukan dari asesmen gizi
4) Tanda fisik dan klinis
Dilakukan dengan mewawancarai pasien/klien mengenai keluhan yang
dirasakan, tanda klinis yang terlihat, dan melihat data rekam medis
berupa tekanan darah, nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh
5) Riwayat personal
Dilakukan dengan cara wawancara kepada pasien atau keluarga
meliputi usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, kondisi sosial ekonomi,
pola dan gaya hidup, kebiasaan olahraga, riwayat penyakit personal
dan keluarga, serta terapi medis yang rutin dilakukan
2. Diagnosis gizi
Diagnosis gizi sangat berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi
bersifat sementara sesuai respon dan kondisi pasien/klien. Diagnosis gizi
merupakan masalah spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya. Format penentuan diagnosis gizi adalah menggunakan
Problem – Etiology - Sign/Symptom (PES). Tujuan diagnosis gizi adalah
mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab masalah gizi, serta
menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi terjadinya masalah gizi.
a. Cara menentukan diagnosis gizi
1) Lakukan analisis data yang menyimpang dari hasil asesmen gizi
2) Tentukan problem/masalah gizi yang memerlukan terapi gizi
berdasarkan hasil analisis data asesmen gizi. Problem gizi ditentukan
dengan terminologi diagnosis gizi yang telah dibakukan seperti yang
tercantum di dalam buku IDNT.
3) Tentukan etiologi atau penyebab masalah
4) Tentukan tanda dan gejala yang terlihat dan berhubungan dengan
masalah gizi
b. Domain diagnosis gizi
1) Domain asupan
Masalah yang berkaitan dengan asupan zat gizi baik zat gizi mikro
maupun zat gizi makro, zat biokatif, dan cairan melalui oral maupun
enteral dan parenteral, seperti kekurangan, kelebihan, atau tidak
sesuai. Daftar maalah gizi berdasarkan domain asupan dapat dilihat
pada buku IDNT
2) Domain klinis
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik seperti
perubahan nilai biokimia klinis, perubahan antropometri, dan
perubahan fungsional. Daftar maalah gizi berdasarkan domain klinis
dapat dilihat pada buku IDNT
3) Domain perilaku/lingkungan
Masalah gizi yang terkait dengan pengetahuan, sikap, perilaku,
keyakinan, lingkungan, akses makanan, air minum, persediaan
makanan, dan keamanan makanan
3. Intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana an ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek kesehatan
individu. Inervensi gizi bertujuan untuk mengatasi masalah gizi yang telah
diidentifikasi dan ditentukan dalam diagnosis gizi melalui perencanaan dan
penerapan kepada pasien atau klien.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1. Keamanan makanan
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi, dan fisik yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Makanan yang
tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut food borne disease yaitu
gejala penyakit timbul akibat mengonsumsi makanan yang mengandung atau
tercemar bahan/senyawa beracun dan organisme patogen.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan menerapkan
jaminan mutu yang didasarkan atas keamanan makanan. Prinsip keamanan
makanan meliputi Good Manufacturing Practices (GMP), higiene sanitas
makanan, penggunaan bahan tambahan makanan. Upaya tersebut merupakan
program yang bersifat preventif dan perlu didokumentasikan secara teratur agar
dapat menjamin keamanan makanan.
a. GMP merupakan kaidah cara pengolahan makanan yang baik dan benar
untuk menghasilkan makanan atau produk akhir yang aman, bermutu, dan
sesuai dengan selera konsumen. Tujuan diterapkannya GMP dalam
produksi makanan di rumah sakit adalah melindungi pasien dari makanan
yang tidak aman sehingga memperlama proses penyembuhan penyakit,
memberikan jaminan kepada pasien bahwa makanan yang diproduksi sudah
aman dan layak dikonsumsi, serta mempertahankan dan meningkatkan
kepercayaan terhadap makanan yang disajikan
Penerapan GMP dilakukan dari awal proses produksi makanan yaitu
pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan.
Parameter Syarat
Kondisi kesehatan Tidak menderita penyakit menular :
batuk, pilek, diare, dan penyakit lain.
Menutup luka terbuka, bisul, dan luka
lainnya
Menjaga kebersihan diri Menggosok gigi secara teratur
Membersihkan lubang hidung, sela jari,
dan lubang telinga
Mencuci rambut secara rutin
Kuku dipotong pendek, tidak
menggunakan kutex, bebas luka
Kebiasaan cuci tangan Sebelum menjamah makanan atau
memegang makanan
Sebelum memegang peralatan makan
Setelah keluar dari WC atau kamar
mandi
Setelah meracik bahan mentah
Setelah mengerjakan pekerjaan lain
seperti bersalaman, memegang benda
selain benda di dapur, memegang uang,
dan lain – lain
Parameter Syarat
Perilaku menjamah makanan dalam Tidak menggaru garuk kepala dan
melakukan kegiatan pengolahan rambut, lubang hidung dan sela jari serta
makanan kuku
Tidak merokok
Bersin dan batuk sesuai etika batuk
Tidak meludah di ruang pelayanan
makanan
Tidak makan saat bekerja di unit
pelayanan makanan
Penampilan penjamah makanan Selalu bersih, rapi, dan menggunakan
APD lengkap
Menggunakan alas kaki yang tidak licin
Tidak menggunakan perhiasan
BAB IX
PENUTUP