Anda di halaman 1dari 1

Nama : Ulya Sa’adah

NIM : 1910610117

TRADISI APITAN

Di Desa Klumpit, tepatnya di dukuh Pedak, terdapat tradisi unik yang dilestarikan
sampai sekarang. Masyarakat setempat menyebutnya dengan tradisi “apitan”. Kata apitan,
berasal dari kata apit, yaitu nama bulan setelah bulan syawal atau bisa disebut bulan
Dzulqo’dah. Mengapa disebut apitan, karena tradisi tersebut dilaksanakan setiap bulan
Apit atau Dzulqo’dah. Tepatnya, di Jum’at kedua di bulan Apit. Tradisi apitan bagi
masyarakat dukuh pedak menjadi momen yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Dalam
praktiknya, masing-masing dari 6 musholla membuat semacam arak-arakan yang berisi
hasil bumi dari tiap musholla. Masing-masing arakan dikumpulkan di Masjid Jami’ Baitul
Muttaqin. Setelah berkumpul semua, baru diarak mengelilingi dukuh. Arak-arakan
biasanya diikuti anak-anak dari TPQ dan RTQ Sabilul Huda di dukuh pedak dan
gunungan yang berisi hasil bumi seperti wortel, salak, mentimun, sayuran, dan lain-lain.
Tidak hanya warga setempat yang menyaksikan acara tersebut. Akantetapi, banyak juga
warga dari luar dukuh pedak yang sengaja datang untuk meyaksikan arak-arakan tersebut.
Uniknya, setelah diarak, isi gunungan dibagikan rata kepada warga setempat bukan
dengan cara rebutan.

Pada malam harinya setelah sholat maghrib, diadakan tahlil umum di Masjid Jami’
Baitul Muttaqin yang dipimpin oleh ulama setempat. Kemudian, dibagikan ratusan nasi
kepel yang terbuat dari daun jati. Setelah sholat Isya berjamaah, dilanjutkan pembacaan
sholawat nabi yang diiringi terbang papat.

Tujuan utama dalam tradisi Apitan adalah untuk mengingat sang pencipta Allah
SWT, yang telah memberi rahmat-Nya terkhusus bagi para petani yang mengandalkan
hasil bumi untuk menopang kehidupan mereka. Mereka berharap dengan adanya acara
syukuran yang dicerminkan dengan acara Apitan, Allah akan menambah nikmat dengan
tanah yang subur, hasil panen yang melimpah, dam selamat dari musibah paceklik. Selain
itu, tradisi ini juga dapat mempererat tali persudaraan antar warga. Dengan rangkaian
acara di atas, diharapkan warga dapat melestarikanya untuk anak cucu. Karena, tradisi
merupakan aset bangsa yang harus dijaga tanpa melupakan nilai-nilai luhur di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai