Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat

gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian

kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Jumlah kejadian

penyakit jantung di Amerika Serikat pada tahun 2012 adalah 136 per 100.000

orang, di negara-negara Eropa seperti Italia terdapat 106 per 100.000 orang,

Perancis 86 per 100.000. Selanjutnya jumlah kejadian penyakit jantung di

Asia seperti di China ditemukan sebanyak 300 per 100.000 orang, Jepang 82

per 100.000 orang, sedangkan di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia

termasuk kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000

orang lebih tinggi dibandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang

dan jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand yang hanya 184 per 100.000

orang (WHO, 2016).

Pada penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung

adalah 20% untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang

didiagnosis gagal jantung selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal

jantung meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal

jantung sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2013). Berdasarkan data

Riskesdas Tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar 0,3%. Data

prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada responden


umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis dokter

atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).

Jantung merupakan organ manusia yang berperan dalam sistem

peredaran darah. Penyakit jantung adalah sebuah kondisi dimana jantung tidak

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Data WHO menyatakan bahwa

sebanyak 7,3 juta penduduk dunia meninggal dikarenakan penyakit jantung.

Meskipun penyakit jantung merupakan penyakit yang tidak menular, penyakit

ini merupakan jenis penyakit yang mematikan nomor satu di dunia. Penyakit

jantung disebut juga dengan penyakit jantung koroner, penyakit ini terjadi bila

darah ke otot jantung terhenti/tersumbat, sehingga mengakibatkan kerusakan

berat pada jantung (Rajkumar & Reena, September 2010).

Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung.

Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat

memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul

dengan atau tanpa penyakit jantung. Gagal jantung adalah kumpulan gejala

yang kompleks dimana seorang pasien harus memiliki ciri-ciri bernafas

pendek saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai kelelahan,

kemudian adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung

saat istrahat. Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh

akan nutrien dan oksigen secara kuat. Hal ini mengakibatkan peregangan

ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk

dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan


menebal. Dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompadengan

kuat (Wajan, 2010)

Gagal jantung atau sering juga disebut Gagal Jantung Kongestif adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang kuat untuk memenuhi

kebutu`han jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smelter, Suzanne,2002, hlm.

805).

Faktor resiko adalah suatu kajian epidemiologi menunjukkan bahwa

ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai gagal jantung. Faktor

resiko yang ada dapat di modifikasi artinya dapat dikontrol dan faktor resiko

yang non modifiable yang tidak dapat di kontrol. Contohnya: usia, ras, jenis

kelamin, dan riwayat keluarga. Faktor resiko penyakit Gagal Jantung

Kongestif (GJK) serupa dengan penyakit jantung koroner. Faktor resiko

tersebut adalah faktor resiko yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah.

Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain faktor keturunan, jenis

kelamin dan usia. Faktor resiko yang dapat diubah antara lain pola makan,

kebiasaan merokok, faktor keturunan, riwayat Obesitas, riwayat Diabetes

Mellitus (DM), tingginya kadar lipid, kurangnya aktifitas, stress, dan riwayat

Hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peter J. Havel, Ph.D. pada

bulan Desember 2007, mengemukakan bahwa tingginya kadar lipid dapat

memicu terjadinya penyakit jantung. Hasil penelitian kadar lipid terhadap

penyakit jantung.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2009). Penelitian di RSCM

yang dilakukan pada tahun 1998 juga mengemukakan bahwa stress


mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap penyakit jantung. (2008,

Dipenogoro Health).

Saat ini Congestif Heart Failure (CHF) atau yang biasa di sebut gagal

jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus

meningkat insiden (frekuensi penderita baru) dan prevalensinya (frekuensi

penderita lama dan baru). Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar

antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat

menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, CHF merupakan

penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit

meskipun pengobatan rawat jalan telah di berikan secara optimal (Miftah,

2008).

Tatalaksana non-farmakologi yaitu manajemen perawatan mandiri.

Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan

pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan

gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan

prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai

tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari

perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal

perburukan gagal jantung.

Tata laksana Farmakologi Tujuan diagnosis dan terapi gagal

jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Tindakan

preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap merupakan

bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.


Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas

ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health

Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari

130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan

hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009)

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang

beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui

(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah

mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak

penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial. Pengobatan hipertensi dapat di lakukan dengan

pengobatan metode farmakologi dan metode nonfarmakologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan

masalah ini adalah Bagaimanakah gambaran pengobatan antihipertensi

pada pasien gagal jantung di kota Kediri ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai gambaran

pengobatan antihipertensi pada pasien gagal jantung di kota Kediri.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi

tentang pengobatan antihipertensi pada pasien gagal jantung.

2. Sebagai referensi pada studi atau penelitian di masa yang akan

datang.

3. Bagi Akademi

Memberikan gambaran proses penelitian sebagai evaluasi

seberapa jauh pemahaman mahasiswa mengenai penelitian.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan

dan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi

mahasiswa Akademi Kesehatan Arga Husada .

Anda mungkin juga menyukai