Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK

DENGAN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK PADA TN. B

DI RUANG UNIT HEMODIALISA

RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas pada stase hemodialisa

Disusun oleh:

GIGIH ILMI YUSRON

15.0278.N

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK

DENGAN HIPERTENSI PADA TN. K DI RUANG UNIT HEMODIALISA

RSUD TUGUREJO SEMARANG

1. Definisi
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit radang
multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit
yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi
disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh
(Albar, 2003)
Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau
penyakit auto imun, dimana tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang
salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel
darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan
untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk kedalam tubuh
(Kenneth, 2009).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang


bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal
yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif yang bersifat kronik dan ireversibel dimana massa ginjal yang
masih ada tidak mampu lagi untuk mempertahankan lingkungan internal
tubuh (Brooker, 2008, Black & Hawks, 2005).
GGK ditandai dengan berbagai kelainan akibat penurunan jumlah
total nefron. Ginjal normal mempunyai 2 juta nefron secara total. GGK
muncul hanya bila jumlah nefron berkurang sekitar 25% dari jumlah
tersebut (Chandrasoma, 2005).
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(glomerular filtration rate/GFR) dengan manifestasi kelainan patologis
atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (wibowo,
2010).

2. Etiologi
Penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006) antara lain :
a. Penyakit infeksi: pielonefritis kronik atau refluks, nefropati,
tubulointestinal.
b. Penyakit peradangan: glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskuler hipertensi: nefrosklerosis maligna, nefrosklerosis
benigna, stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan hederiter: penyakit ginjal polikistik
hederiter, asidosis sistemik progresif.
f. Penyakit metabolik: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis.
g. Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.
h. Nefropati obstruktif karena obstruksi saluran kemih karena batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital leher vesika urinarian dan uretra

3. Manifestasi Klinik
Berikut manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita lupus
eritematosus sistemik antara lain :
1. sistem muskuloskeletal
a. artralgia
b. artritis (sinovitis)
c. pembengkakan sendi
d. nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak
e. rasa kaku pada pagi hari
2. sistem integumen :
a. lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai
mukosa pipi atau mukosa palatum durum.
3. Sistem perkemihan :
lupus nefritis terjai karena penumpukan kompleks imun di ginjal.
Pemeriksaan urinalisa menunjukkan adanya proteinuria, hematuria
mikros, adanya silinder. Para ahli sangat menyarankan untuk dilakukan
biopsi ginjal untuk diagnosis standar lupus nefritis, sehingga terapi
lebih terarah.

Sedangkan manifestasi klinik dari gagal ginjal kronis menurut Price


dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare (2001), Lemine dan Burke (2000)
dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
a. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal
jantung kongestif, perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi
pericardial, temponade pericardial.
b. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus),
warna kulit abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik
tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik,
ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar
(purpura).
c. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum
kental dan liat,nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
d. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan,
penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut,
kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan
stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran
gastrointestinal.
e. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang, kulai kaki (foot drop).
f. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai
kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, tidak mampu
berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
g. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler,
impotensi, penurunan libido, kemandulan
h. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas
trombosit, masa pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan
perdarahan.
i. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit,
peningkatan resiko infeksi.
j. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih,
hematuria, proteinuria, nocturia, aliguria.
k. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran
glukosa.
l. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum
kreatinin (azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia dan hipokalsemia.
m. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta
gangguan proses kognitif.

4. Patofisiologi
Lebih dari separuh orang yang mengidap lupus memiliki sistemik
lupus eritematosus atau (SLE) yang menyebabkan pembengkakan ginjal
atau dikenal dengan istilah lupus nefritis.
Lupus merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan imun
dalam tubuh menyerang atau merusak oragan dan sel-sel dalam tubuh
salah satunya adalah sel dalam ginjal. Sistem imun yang berlebihan
menyerang bagian ginjal terutama pada glomerulus yang merupakan
oragan yang berfungsi sebagai penyaring darah, karena bagian ini
berfungsi menyaring darah kerusakan pada bagian ini menyebabkan kerja
ginjal lemah atau bahkan sampai rusak. Akibatnya terjadi protrinuria
akibat peningkatan permiabiltas membran glomerulus, sebagian besar
protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesishepar
dilampaui, meski telah berusaha ditingktkan terjadi hioalbuminmia. Hal ini
menyebabkan retensi garam dan air menurunnya tekanan osmotik
menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem
vaskuler kedalam ruang ekstra seluler.
Berdasarkan proses perjalanan penyakit SLE pada akhirnya akan
terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan
laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang
mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi
non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan
metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang
mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi
kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya
terjadi hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya
tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor
penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka
tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi
dengan memeriksa clerence kretinin urine tamping 24 jam yang
menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema,
CHF dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin
angiostenin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga
status uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi
natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organic
yang terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari
saluran pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi
eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai
dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolism. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal
balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun.
Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parahhormon dari
kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang
menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
(Nurlasam, 2007).
5. Pathways
sistemik lupus eritematosus (SLE)

Regangan arteriol glomeruli

Sklerosis pembuluh darah glomeruli

Kerusakan Nefron Aktivasi sistem


progresif dan irefersibel RAA

Jumlah nefron berkurang

Peningkatan GFR,
Hipertrofi dan vasodilatasi nefron

Gagal Ginjal Kronik defisit pengetahuan

Fungsi ekresi ginjal Retensi Na Tidak mampu sekresi


Menekresi asam eritropoetin

Sindrom uremia Tekanan kapiler


Asidosis produksi HB
Anoreksia, mual,
muntah Volume intertitial Hiperventilasi oksihemoglobin

Oedema
Ketidakseimbangan O2 ke jaringan
Nutrisi kurang dari Kelebihan volume
kebutuhan cairan
Keletihan
Resti. Kekurangan penumpukan
vol cairan cairan di paru
Intoleransi
Penumpukan zat gang. Pertukaran aktifitas
sisa di kulit gas

Gatal-gatal
sesak nafas
Gang. Integriras
kulit ketidakefektifan
pola nafas
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,
Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
3) Penghitungan GFR dengan rumus :
a) GFR laki – laki : (140 – umur) X BB / 72 X serum creatinin
b) GRF wanita : (140 – umur) X BB X 0,85 / 72 X serum
creatinin
4) penghitungan CCT dengan rumus :
CCT: (kadar kreatinin urin / kadar kreatinin plasma) X (volume
urin / 1440) X (1,73/LPT)Pemeriksaan EKG : Untuk melihat
adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dangan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
b. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostate
c. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography,
Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos abdomen.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung )
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai terapi hemodialisa.


a. Pengertian
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari akumulasi
sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir
gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis
waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2011).
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti
ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat
dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui
membrane tersebut difusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi.
Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk
keracunan (ChristinBrooker, 2010).
b. Tujuan
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Aliran
darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari
tubuh pasien ke dialiser tempatdarah tersebut dibersihkan dan
kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien
c. Indikasi
1) Indikasi absolute
Keadaan umum buruk dan gejala klinisnya nyata seperti mual, dan
muntah, diare,
2) Perikarditis uremik
3) Ensefalopati atau neuropati uremik
4) Udem paru akut dengan overhydration refrakter terhadap Diuretika
(tidak bias ditanggulangi dengan obat diuretika)
5) Kreatinin >10mg %
6) Ureum darah lebih > 200 mg/dl atau kenaikan ureum darah lebih
dari 100 mg/dl per hari (hiperkatanolisme)
7) Hiperkalemia (K serum > 6mEq/L)
8) Asidosis dengan bikarbonat serum kurang dari 10 mEq/L atau pH
< 1,75
9) Anuria berkepanjangan (>5 hari)
d. Perangkat Hemodialisa
1) Perangkat khusus
a) Mesin hemodialisa
b) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat toksin lain dari dalam
tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen yang
meliputi kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
c) Blood lines: selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke
dializer dan kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi yakni
untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metabolism serta untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari
tubuh selama dialysis.
2) Alat-alat kesehatan
a) Tempat tidur fungsional
b) Timbangan BB
c) Pengukur TB
d) Stetoskop
e) Termometer
f) Peralatan EKG
g) Set O2 lengkap
h) Suction set
i) Meja tindakan.
3) Obat-obatan dan cairan
a) Obat-obatan hemodialisa: heparin, frotamin, lidocain untuk
anestesi.
b) Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
c) Dialisat
d) Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
e) Obat-obatan emergency.

8. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (lyer dkk, 1996
dalam Nursalam, 2001).
Pengkajian dasar Gagal Ginjal Kronik:
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status
kesehatan
b. Kaji derajat kerusakan Ginjal
c. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan
darah, suhu badan) Sistem saraf, sistem integumen, dan sistem
musculoskeletal.
d. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrim, Kelemahan, Malaise, Gangguan tidur,
(Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, Penurunan rentang gerak.
e. Sirkulasi
Riwayat Hipertensi lama atau berat, Palpitasi , Nyeri dada (Angina )
Tanda : Hipertensi, DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan
pitting pada kaki, telapak tangan. Disritmia Jantung, Nadi Lemah
Halus, hipotensi, Pucat, kulit Coklat kehitaman, kuning, Kecendrungan
perdarahan
f. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres contoh Finansial, hubungan dan sebagainya,
Perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan, tidak ada harapan
Tanda : Menolak, Ansietas, Takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
g. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap
lanjut) Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat.
Oliguria dapat menjadi anuria.
h. Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), Malnutrisi
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Tanda : Distensi abdomen/asites, Pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit kelembaban, Edema Ulserasi gusi, perdarahan
gusi dan mulut Penurunan otot, penurunan lemak sub kutan,
penampilan tak bertenaga.
i. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, Kram otot/ kejang,
Kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
j. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
k. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman
(kusmaul) Batuk produktif dengan sputum merah muda
l. Keamanan
Gejala : Kulit gatal Ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, Demam, sepsis dehidrasi, Normotermia dapat
secara atual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium
pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi
m. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas Interaksi sosisal
Tanda : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan gagal
ginjal kronik adalah (Nursalam, 2006).

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, nausea, vomitus, perubahan membrane mukosa oral.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin
dalam kulit, gangguan turgor kulit, penurunana aktivitas atau
imobilisasi.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah.
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan
dengan kurang terpajannya informasi.

10. Intervensi Keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
Tujuan :
Menghindari resiko penurunan curah jantung
Kriteria hasil :
1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4) Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi :
1) Pantau tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum melalui tanda vital
pasien
2) Pantau tanda penurunan curah jantung
Rasional : mengetahui tanda-tanda penurunan curah jantung
pasien
3) Posisikan head up 30 derajat
Rasional : memperbaiki aliran darah balik ke jantung
4) Batasi aktivitas
Rasional : mengurangi beban kerja jantung
5) Bantu dalam berativitas
Rasional : mengurangi beban jantung pasien
6) Inruksikan untuk menghindari aktivitas yang beresiko
Rasional : mengurangi beban kerja jantung
7) Kolaborasi pemberian obat penurun tensi
Rasional : menurnkan tekanan darah pasien
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan :
Menurunkan nyeri
Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional : mengetahui karakteristik nyeri
2) Posisikan pasien dengan nyaman
Rasional : mengurangi sensasi nyeri
3) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Rasional : mengurangi nyeri dengan teknik no farmakologis
4) Ukur TTV
Rasional : mengetahui perkembangan TTV
5) Kolaborasi obat penurun tensi
Rasional : menurunkan tekanan darah

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi
Tujuan :
mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
kriteria hasil :
1) memepertahankan pembatasan diet dan cairan
2) menunjukan turgor kulit normal tanpa edema
3) menunjukan tanda-tanda vital normal
4) menunjukan tidak adanya distensi vena leher
Intervensi :
1) Kaji status cairan
 Timbang berat badan harian
 Keseimbangan masukan dan haluaran
 Turgor kulit dan adanya edema
 Distensi vena leher
 Tekanan darah, denyut dan irama nadi
Rasional : pengkajian merupakan data dasar dan
berkelanjutan untuk memantau Perubahan dan mengevaluasi
intervensi
2) Batasi pemasukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh
ideal, haluaran urin dan respon
3) Identifikasi sumber potensial cairan
 Medikasi cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan
intravena
 Makanan
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui
dapat diidentifikasi.
4) Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pembatasan cairan
Rasional : Untuk peningkatan kerja sama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan
5) Tingkatkan dan dorong oral hiegyne oral dengan sering
Rasional : Hiegine mengurangi kekeringan membran mukosa
mulut
6) Berikan medikasi antihipertensi sesuai indikasi
Rasional : Medikasi antihipertensi berperan penting dalam
penanganan hipertensi yang berhubungan dengan gagal ginal
kronik.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, Nausea, vomitus, perubahan membran mukosa oral.
Tujuan :
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
kriteria hasil :
1) Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis yang tinggi
2) Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
3) Melaporkan peningkatan nafsu makan menunjukan tidak adanya
penurunan berat badan yang cepat
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi :
 Pola berat badan
 Pengukuran antropometik
 Nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein,
transferin dan kadar besi )
Rasional : Menyediakan data untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intrvensi
2) Kaji pola diet nutrisi pasien :
 riwayat diet
 Makanan kesuakaan
Rasional : pola diet dahulu dan sekarang dapat di
pertimbangkan dalam menyusun menu
3) Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :
 Anoreksia, nausea, vomitus
 Diet, yang tidak menyenangkan bagi pasien
 Depresi
 Kurang memahami pembatsan diet
 Stomatitis
Rasional : menyedikan informasi mengenai faktor lain yang
dapat di ubah atau di hilangkan untuk meningkatkan masukan diet
4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Rasional : mendorong peningkatan masukan klien
5) Anjurkan makanan yang tinggi kalori, rendah protein, rendah
natrium diantaranya waktu makan
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang di batasi
dan menyediakan kalori untuk energi, membatasi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan
6) Jalaskan rasional pembatasan diet dan hubungnnya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kalium
Rasional : Maningkatkan pemahaman pasien tentang
hubungan antara diet, kadar kreatinin dengan penyakit renal
7) Sediakan daftar makanan yang di anjurkan secara tertulis dan
anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium dan
kalium untuk pasien dan keluarga dapat di gunakan di rumah
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan
positif terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi
8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
Rasional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan
dan menimbulkan anoreksia dihilangkan
9) Timbang berat badan harian
Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi
10) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat:
 Pembentukan edema
 Penyembuhan yang lambat
 Penurunan kadar albumin serum
Rasional : masukan protein yang tidak normal dapat
menyebabkan albumin protein lain pembentukan edema dan
perlambatan penyembuhan
11) Berikan anti emetik sesuai dengan indikasi
Rasional : Dibiarkan untuk menghilangkan mual/ muntah
dan dapat menigkatkan pemasukan oral
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin
dalam kulit, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas atau
imobilisasi.
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan kulit utuh
2) Menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah
3) Kerusakan/cedera kulit.
Intervensi :
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular.
Perhatikan kemerahan, eksoriasi. Observasi terhadap ekimosis,
purpura.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan
yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa.
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas pada tingkat
seluler.
3) Inspeksi area tergantung terhadap edema
Rasional : Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4) Ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan: beri
bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit domba, pelindung
siku/tumit.
Rasional : Menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia. Peninggian
meningkatkan aliran balik stasi vena terbatas/pembentukan edema.
5) Berikan peralatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep
atau krim ( mis, lanolin, aquaphor ).
Rasional : Lousion dan salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kering, robekan kulit.
6) Pertahankan linen kering, bebas keriput.
Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan
kulit.
7) Selidiki keluhan gatal.
Rasional : Meskipun dialysis mengalami masalah kulit yang
berkenan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah
rute ekskresi untuk produk sisa, misalnya Kristal
fosfat ( berkenan dengan hiperparatiroidisme pada
penyakit tahap akhir ).
8) Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan ( dari pada garutan ) pada area pruritus.
Pertahankan kuku pendek, berikan sarung tangan selama tidur bila
diperlukan.
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan
menurunkan resiko cidera dermal.
9) Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar
Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi


produk sampah
Tujuan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat di toleransi
kriteria hasil :
1) berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
2) melaporkan peningkatan rasa kesejateraan
3) berpartisipasi dalam aktivitas dalam perawatan mandiri yang pilih
Intervensi :
1) Kaji faktor yang menimbulkan
 Anemia
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Retensi produk sampah
 Depresi
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi
tingkat keletihan
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi : bantu jika keletihan terjadi
Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan
memperbaiki harga diri.
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
Rasional : Mendorong aktivitas dan latihan pada batas-batas
yang dapat di toleransi dan isrirahat yang adekuat
4) Berikan terapi komponen darah sesuai indikasi
Rasional : Terapi komponen darah mungkin diperlukan jika
pasien simtomatik
5) Berikan indikasi sesuai resep mencakup suplemen zat besi dan
asam folat dan multivitamin
Rasional : Sel darah merah membutuhkan zat besi , asam folat
dan multivitamin untuk produksi
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ganggaun mekanisme regulasi
Tujuan :
menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
1) haluaran urin adekuat, membrane mukosa lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital bandingkan dengan hasil normal
sebelumnya
Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat di
gunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (misalnya tekanan
darah < 90 mmHg, dan nadi > 110 di duga 25 % penurunan volume
atau kurang lebih 1000 ml)
2) Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelembaban, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, takipnea, peningkatan suhu
3) Rasional : Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur
barat badan atau lamanya episode perdarahan. Memburuknya
gejala dapat menunjukan berlanjutnya perdarahan atau tidak
adekuatnya penggantian cairan.
4) Observasi perdarahan sekunder misalnya hidung atau gusi,
perdarahan terus menerus dari area suntikan, ekimosis setelah
trauma kecil.
Rasional : Kehilangan atau tidak adekuatnya penggantian
faktor pembekuan dapat mencetuskan terjadinya KID (congenital
intravascular desiminata)
5) Hindari kafein dan minuman karbonat
Rasional : Kafein dan minuman karbonat, merangsang
produksi asam hidroklorida, kemungkinan potensial perdarahan
ulang
6) Berikan cairan atau darah sesuai indikasi :
 Darah lengkap segar/kemasan sel darah merah
Rasional : darah lengkap segar diindikasikan untuk
perdarahan akut
 Plasma beku segar dan atau trombosit
Rasional : Trombosit adalah sumber baik factor pembekuan,
penggantian trombosit dapat merangsang pembentukan trombosit
pada sisi cedera.
7) Awasi pemeriksaan laboratorium
 Hemoglobin/hematokrit, jumlah sel darah merah
Rasional : alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah
dan mengawasi keefektifan terapi, misalnya 1 unit darah lengkap
harus meningkatkan hematokrit 2-3 poin
 BUN/kadar kreatinin
Rasional : BUN > 40 dengan kadar kreatinin normal
menunjukan.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan


dengan kurang terpajannya informasi.
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan kondisi dan penangan yang bersangkutan
Kriteria Hasil :
1) Menyatakan hubungan antara penyebab gagal ginjal dan
konsekuensinya
2) Pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi
ginjal
3) Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk
kesiapan belajar
4) Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya
sedapat mungkin.
Intervensi :
1) Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik,
konsekuensinya dan penanganannya
 Penyebab gagal ginjal pasien
 Pengertian gagal ginjal
 Pemahaman mengenai fungsi renal
 Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan
penanganannya.(hemodialisa, dialysis peritoneal dan
transplantasi ginjal ).
Rasional : Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan
penyuluhan lebih lanjut
2) Jelaskan fungis renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai denga
tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
Rasional : Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan
penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima
diagnosis dan konsekuensinya.
3) Bantu pasien untuk mengidentifiaksi cara-cara untuk memahami
berbagai perubahan akibat panyakit dan penangan yang
mempengaruhi dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya
Rasional : Pasien dapat melihat bahwa tidak harus berubah
akibat penyakit
4) Sediakan informasi baik tertulis maupun lisan dengan tepat
tentang:
 fungsi dan kegagalan renal
 pembatasan cairan diet
 medikasi
 melaporkan masalah tanda dan gejala
 jadwal tindak lanjut
 sumber komunikasi
 pilihan terapi
Rasional , pasien memiliki informasi yang dapat digunakan
untuk klasifikasinya di rumah
11. Daftar Pustaka

Mansjoer, A dkk 2007. KapitaSelektaKedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius
Muttaqin, A 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International 2019. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC
2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
PriceS.,WilsonL 2005.Patofisiologi:KonsepKlinisProses-ProsesPenyakit.
Editor: Huriawati Hartono, dkk. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC
Rab, T 2008. Agenda GawatDarurat (Critical Care). Bandung: Penerbit
PT Alumni

Anda mungkin juga menyukai