PENDAHULUAN
1
Selanjutnya, pendengar melakukan atau tidak melakukan kegiatan sesuai
dengan apa yang diucapkan penutur.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ingin didukung oleh penutur, yaitu tujuan pribadi, yaitu untuk
anggota peroleh sesuatu dari mitra tutur melalui tuturan yang
disampai-kannya dan tujuan sosial, demikianlah maksudnya
hubungan yang baik antara penutur dengan mitra tuturnya agar
komunikasi tetap berjalan dengan baik dan lancar.
4
(3a) Ibu memasak di dapur dan ayah membaca koran.
5
percakapan yang sesuai dengan tujuan percakapan yang disepakati
atau oleh arah percakapan yang sedang Anda ikuti". Prinsip ini
selanjutnya dituangkan ke dalam empat maksim, yaitu maksim
kuantitas, maksim kualitas, maksim relasi, dan maksim cara. Di
samping itu, Grice juga mengingatkan bahwa prinsip kerja sama
tersebut perlu dilengkapi dengan prinsip yang lain yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan dalam
komunikasi, yakni prinsip sopan santun.
6
a. tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan
b. tuturan memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak
komunikasi nyata, misalnya membuat pernyataan, pertanyaan,
perintah atau permintaan.
7
Tuturan 1) Kucing adalah binatang yang menyusui, 2) Jari
tangan manusia pada umumnya berjumlah lima. Diutarakan oleh
penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa
tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi
lawan tuturnya. Informasi yang dituturkan adalah termaksuk jenis
binatang apa kucing itu, dan berapa jumlah jari tangan.
Bila diamati secara seksama konsep lokusi itu adalah
konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau
tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri
dari dua unsur, yakni subjek dan predikat (Nababan,1987:4).
8
meminta maaf. Informasi Ketidak hadiran penutur dalam hal ini
kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan/tutur
sudah mengetahui hal itu.
Leech (1983: 104) mengklasifikasikannya berdasarkan
hubungan fungsi- fungsi tindak ilokusi dengan tujuan-tujuan
sosial berupa pemeliharaan peri-laku yang sopan dan
terhormat menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Kompetitif, seperti memerintah, meminta, menuntut,
mengemis.
2) Menyenangkan, seperti menawarkan, mengajak,
mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih,
mengucapkan selamat.
3) Bekerja sama, seperti menyatakan, melapor,
mengumumkan, mengajarkan.
4) Berentangan, seperti mengancam, menuduh, menyumpahi,
memarahi.
Searle (2001: 156-160) mengklasifikasikan tindak
ilokusi menjadi lima macam, sebagai berikut.
a. Asertif ( assertives)
Tindak tutur asertif, yakni ilokusi di mana penutur terikat
pada kebenaran preposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan,mengusulkan, membual, mengemukakan
pendapat, melaporkan. Berikut ini contoh tuturan asertif
jenis pemberitahuan.
- Bagaimana kalau liburan tahun ini kita pergi ke
Lombok.
Tuturan di atas merupakan usulan untuk
memberitahukan mitra tutur bahwa penutur mengusulkan
suatu tempat yang penutur ketahui, tempat tersebut
merupakan tempat wisata yang indah.
b. Direktif (directives)
9
Tindak tutur direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan
menghasikan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan
oleh mitra tutur, (tindak ilokusi ini oleh Leech disebut
dengan tindak tutur ilokusi impositif), seperti memesan,
memerintah, meminta, merekomendasikan, dan menasihati.
Berikut uraian mengenai jenis tindak tutur direktif.
1. Meminta
Minta berarti berharap supaya diberi atau mendapat
sesuatu (Poerwadarminta, 2006: 769). Jadi, tuturan
meminta dikemukakan agar mitra tutur memberi sesuatu
(yang dimintai). Contoh tuturan meminta sebagai
berikut.
- Dwi mau buah.
Tuturan pada kalimat (1) Pita mau buah terjadi pada
pagi hari, saat sedang menonton televisi di ruang
keluarga. Tuturan ini dituturkan penutur (seorang adik)
kepada mitra tutur (kakak). Tuturan ini termasuk
tuturan meminta sesuatu kepada mitra tuturnya berupa
sebuah permintaan agar kakaknya memberi buah
kepada sang adik.
2. Memerintah
Memerintah berarti memberi perintah; menyuruh
melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 2006: 876). Jadi,
tuturan memerintah dikemukakan agar mitra tutur
melaksanakan atau mengerjakan apa yang diinginkan
pembicara. Contoh kalimat tuturan memerintah sebagai
berikut.
- Minum sana!
Tuturan pada kalimat (1) Minum sana! terjadi pada
pada malam hari, saat sang kakak sedang berbaring di
tempat tidur sambil makan keripik bersama adiknya,
lalu sang adik memerintah kakaknya supaya
10
mengambilkan minum karena sang kakak kepedasan
makan keripik. Tuturan ini termasuk tuturan
memerintah mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu
berupa sebuah tindakan agar kakaknya mengambil air
minum untuk kakaknya yang kepedasan itu.
3. Memesan
Memesan berarti memberi pesan (nasihat, petunjuk, dan
sebagainya) (Poerwadarminta, 2006: 883). Jadi, tuturan
memesan dikemukakan untuk memberi pesan kepada
orang lain. Contoh kalimat tuturan memesan sebagai
berikut.
- Pesan Ayah, kau bangun subuh.
Tuturan pada kalimat (1) Pesan Ayah, kau bangun
subuh terjadi pada malam hari.Tuturan ini dituturkan
oleh ayah yang akan pergi ke luar kota kepada anak
laki-lakinya. Tututan ini bukan hanya sebuah pesan
agar anaknya harus bangun subuh, tetapi sang ayah
menginginkan anaknya melakukan shalat subuh setiap
hari.
4. Menasihati
Menasihati berarti memberi nasihat
(Poerwadarminta, 2006: 795). Jadi, tuturan menasihati
dikemukakan untuk memberi nasihat, anjuran kepada
orang lain. Contoh tuturan menasihati sebagai berikut.
- Kalau mau pintar harus rajin ke perpustakaan.
Tuturan pada kalimat (1) Kalau mau pintar harus rajin
ke perpustakaan terjadi pada siang hari. Tuturan ini
dituturkan seorang guru kepada para murid saat belajar
di kelas. Tuturan ini berisi nasihat kepada murid kalau
ingin pintar harus rajin ke perpustakaan. Guru
menginginkan murid-murid rajin membaca dan mengisi
waktu luang dengan berkunjung ke perpustakaan.
11
5. Merekomendasikan
Merekomendasikan berarti memberi-kan rekomendasi;
menasihatkan; menganjurkan (KBBI, 2008: 1158). Jadi,
tuturan merekomendasikan dikemukakan untuk
memberikan rekomendasi dan memberitahukan kepada
seseorang atau lebih bahwa sesuatu yang dapat
dipercaya. Contoh tuturan merekomendasikan sebagai
berikut.
- Saya sebagai ketua komisi telah merekomendasikan
pembentukan Dewan Pengurus Keuangan
Tuturan pada data (11) merupakan tuturan yang
diungkapkan oleh penutur untuk merekomendasikan
pembentukan Dewan Pengurus Keuangan.
c. Komisif (commissives)
Tindak Tutur komisitif, yakni ilokusi di mana penutur
terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya
menjanjikan, menawarkan, berkaul. Contoh tindak tutur
komisif.
- Adik mau dibelikan apa jika kakak sudah bekerja
nanti?
Tuturan pada kalimat (1) Adik mau dibelikan apa jika
kakak sudah bekerja nanti?, berupa komisif penawaran.
Pada tuturan di atas penutur terikat suatu tindakan di masa
depan berupa penawaran akan membelikan sesuatu.
d. Ekspresif (expressives)
Tindak tutur ekspresif, yakni ilokusi yang berfungsi
untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya
mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,
memberi maaf, mengecam, berbela sungkawa. Contoh
ilokusi ekspresif sebagai berikut.
- Saya turut belasungkawa atas meninggalnya kakekmu.
12
Tuturan pada kalimat (1) Saya turut belasungkawa atas
meninggalnya kakekmu. Berupa ilokusi ekspresif yang
mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan
yang tersirat dalam ilokusi.
e. Deklaratif (declaration)
Tindak tutur deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan
untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan
kenyataan, misalnya membaptis, memecat, memberi nama,
menjatuhkan hukuman, mengangkat. Ilokusi deklaratif
terdapat pada contoh tuturan berikut.
- Mulai besok, silakan Anda angkat kaki dari perusahaan
ini.
Tuturan pada kalimat (1) Mulai besok, silakan Anda
angkat kaki dari perusahaan ini., merupakan tindak ilokusi
deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan
kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan.Tuturan ini
berupa tuturan pemecatan yang disampaikan oleh kepala
perusahaan kepada bawahannya.
2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi (Perlocutionary Speech Act)
Tindak tutur perlokusi adalah efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh tuturan ter-hadap mitra tutur, sehingga mitra tutur
melakukan tindakan berdasarkan isi tuturan. Levinson (1995)
menyatakan bahwa tindak perlokusi lebih mementingkan hasil,
sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan tuturan penutur.
Contoh kalimat tuturan sebagai berikut.
- Kemarin saya sangat sibuk.
Tuturan (1) Kemarin saya sangat sibuk. Diutarakan seseorang
yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang
mengundangnya. Kalimat ini mengandung tindak ilokusi
memohon maaf, dan tindak perlokusi (efek) harapan adalah orang
yang mengundang dapat memakluminya.
13
Halliday (185) mengklasifikasikan tindak tutur ke dalam
empat belas jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Tindak tutur menyapa, mengundang, menerima, dan menjamu.
2) Tindak tutur memuji, mengucapkan selamat, menyanjung,
menggoda, dan menyombongkan.
3) Tindak tutur menginterupsi, menyela, dan memotong
pembicaraan
4) Tindak tutur memohon, meminta, dan mengharapkan.
5) Tindak tutur mengelak, membohongi, mengobati kesalahan,
dan mengganti subjek.
6) Tindak tutur mengkritik, menegur, mencerca, mengomeli,
mengejek, menghina, dan memperingatkan.
7) Tindak tutur mengeluh dan mengadu.
8) Tindak tutur menuduh dan menyangkal.
9) Tindak tutur menyetujui, menolak, dan membantah.
10) Tindak tutur meyakinkan ,mempengaruhi, dan menyugesti.
11) Tindak tutur memerintah, memesan, dan meminta atau
menuntut.
12) Tindak tutur menanyakan, memeriksa, dan meneliti.
13) Tindak tutur menaruh simpati dan menyatakan bela sungkawa.
14) Tindak tutur meminta maaf dan memaafkan.
Pateda (190) secara lebih sederhana meng-klasifikasikan tuturan
atas lima klasifikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Tuturan yang berisi pernyataan.
2) Tuturan yang berisi suruhan atau penolakan.
3) Tuturan yang berisi permintaan atau penolakan.
4) Tuturan yang berisi pertanyaan atau jawaban.
5) Tuturan yang berisi nasihat.
14
2.4 Kelangsungan dan Keliteralan Tuturan
Dalam sebuah peristiwa tutur, pada kenyataannya penutur tidak
selalu mengatakan apa yang dimaksudkannya secara langsung. Dengan
kata lain, untuk menyampaikan maksud tertentu, penutur sering juga
menggunakan tidak tutur tidak langsung. Penggunaan bentuk verbal
langsung dan tidak langsung dalam mengajukan permintaan ini sejalan
dengan pandangan bahwa bentuk tutur yang bermacam-macam dapat
digunakan untuk menyampaikan maksud yang sama, sebaliknya berbagai
macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang sama (Ibrahim,
2001:320)
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi
kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita
digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk
menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah,
ajakan, permintaaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan
secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk
bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan
sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direch speech)
Sebagai contoh.
1) Rudi merawat neneknya yang sedang sakit
2) Siapa wanita yang berbaju merah itu?
3) Tolong matikan AC itu!
Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat
berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Tindak tutur tak langsung
(indirect speech act) ialah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada
mitra tutur secara tidak langsung.
Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau
kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah.
Misalnya seorang ayah menyuruh anaknya mengambil sepatu
diungkapkan dengan “ Tono, sepatunya dimana?” Kalimat tersebut selain
15
untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan
sepatu.
2.4.1 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur literal ( literal speech act) adalah tindak tutur
yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal ( nonliteral
speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan
atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Untuk jelasnya dapat diperhatikan kalimat berikut:
1) Penyanyi itu suaranya merdu
2) Suaranya bagus, ( tapi lebih baik tak usah nyanyi saja)
3) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu.
4) Radionya kurang keras. Tolong lebih keraskan lagi.
- Aku mau belajar
Kalimat 1) bila diutarakan untuk maksud memuji atau
mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan,
merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat 2) penutur
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus dengan
mengatakan tapi lebih baik tak usah nyanyi saja) , merupakan
tindak tutur tidak literal. Demikian pula kalimat 3) penutur
benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan
(membesarkan) volume radio untuk dapat secara lebih mudah
mencatat lagu yang diperdengarkannya, tindak tutur kalimat 3)
adalah tindak tutur literal. Sebaliknya, karena penutur
sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya,
tindak tutur dalam kalimat 4) adalah tindak tutur tidak literal.
2.4.2 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna
yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah
disampaikan dengan kalimat perintah, memberikan dengan kalimat
16
berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dsb. Untuk ini
dapat diperhatikan kalimat 1 s.d. 3 berikut.
17
makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud yang
dikandung.
Untuk memperjelas maksud memerintah (1) dan (2) di atas
perluasaannya ke dalam konteks (1) dan (2) diharapkan dapat
membantu.
1) + Lantainya sangat kotor
- Baik, saya akan menyapu sekarang, Bu.
2) + Di mana handuknya?
- Sebentar, saya ambilkan.
sangat lucu dan janggal bila dalam konteks seperti (1) dan (2)
seorang pembantu dan istri menjawab seperti (1) dan (2) berikut :
3) + Lantainya sangat kotor
- memang kotor sekali ya, Bu.
4) + Di mana handukny
- Di Lemari
Jawaban ( - ) dalam (9) dan (10) akan mengagetkan sang majikan
yang memang sudah merasa jengkel melihat lantai kamar
rumahnya kotor, dan mengejutkan sang suami yang lupa membawa
handuk, dan sekarang sekarang sudah terlanjut di kamar mandi.
2.4.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang
sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya
tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan
maksud menginformasikan dengan kalimat berita. Untuk jelasnya
dapat diperhatikan dengan (11) dan (12) di bawah ini :
(11) Suaramu merdu sekali, kok
(12) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (11)
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara
18
itu dengan kalimat (12) penutur menyuruh lawan tuturnya yang
mungkin dalam hal ini anak atau adiknya untuk menutup mulut
sewaktu makan agar terlihat sopan. Data (11) dan (12)
menunjukkan bahwa di dalam analisis tindak tutur bukanlah apa
yang dikatakan yang penting tetapi bagaimana cara
mengatakannya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pertuturan dapat diartikan sebagai perbuatan berbahasa yang
dimungkinkan dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian
unsur-unsur dapat pula dikatakan bahwa perbuatan yang menghasilkan bunyi
bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran yang bermakna.
Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan
gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur
banyak dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.
3.2 Saran
Kiranya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan dan penyusunannya, maka dari itu saran dan kritik dari semua
pembaca yang sangat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
atau perubahan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Rusminto , Nurlaksana Eko 2015. .Analisi Wacana: kajian teoritis dan praktis ,
Yogyakarta ; Graha Ilmu
Pratiwi, D.N. (2012). ‘Penerapan Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Dan Perlokusi
Ustad Nur Maulana Pada Tayangan Islam Itu Indah Di Trans TV’, Skriptorium,
Vol. 1, No. 1, diakses melalui
http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=4345&med=45&bid=45
21