Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu
fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat diartikan
hubungan tidak langsung, sedangkan bahasa lisan dapat diartikan hubungan
langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu
dan antarkelompok. Percakapan yang terjadi mengakibatkan adanya peristiwa
tutur dan tindak tutur.
Pertuturan dapat diartikan sebagai perbuatan berbahasa yang
dimungkinkan dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian
unsur-unsur dapat pula dikatakan bahwa perbuatan yang menghasilkan bunyi
bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran yang bermakna.
Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan
gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur
banyak dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.
Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terjadi pada
satu proses yaitu proses komunikasi (Chaer dan Leony, 1995: 61). Maksud
dan tujuan berkomunikasi di dalam peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah
kalimat. Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat
diketahui pembicaraan yang diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh
penutur atau mitratutur.
Tindak tutur menurut Austin (dalam Rahardi, 2005: 104) dibedakan
menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur
lokusi dari suatu ucapan adalah makna dasar referen dari ucapan. Tindak tutur
ilokusi adalah daya yang ditimbulkan oleh pemakainya, sebagai suatu
perintah, ejekan, keluhan, pujian dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi
adalah hasil dari ucapan yang ingin diucapkan terhadap pendengarnya.

1
Selanjutnya, pendengar melakukan atau tidak melakukan kegiatan sesuai
dengan apa yang diucapkan penutur.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat kita ketahui rumusan
masalah yang harus dipecahkan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan implikatur percakapan?
2. Bagaimana sumbangan implikatur terhadap interpretasi?
3. Apa yang dimaksud dengan tindak tutur?
4. Apa saja jenis-jenis tindak tutur?

1.2 Tujuan Penulisan


Merujuk dari rumusan masalah di atas maka dapat kita ketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu;
1. Mengetahui yang dimaksud dengan implikatur percakapan.
2. Mengetahui sumbangan implikatur terhadap interpretasi.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan tindak tutur.
4. Mengetahui jenis-jenis tindak tutur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implikatur Percakapan


2.1.1 Pengertian Implikatur
Istilah implikatur diturunkan dari verba 'untuk menyiratkan
yang berarti mendeklarasikan sesuatu secara langsung. Secara
etimologis, 'menyiratkan makna membungkus atau meminjamkan
sesuatu de-ngan menggunakan sesuatu yang lain. Oleh karena itu,
percakapan adalah sesuatu yang disembunyikan dalam percakapan,
yaitu sesuatu yang tersirat dalam penggunaan bahasa aktual. Brown
dan yule (1983: 31) me- nyatakan bahwa implikatur digunakan untuk
menyetujui apa yang disetujui atau apa yang didukung oleh penutur
sebagai hal yang berbeda dari apa yang disetujui secara lengkap.
Sebagai contoh, jika seorang penutur menyatakan "Apakah Bapak
memba wa uang?" kompilasi di sebuah toko mainan, tuturan ini bukan
hanya meminta untuk bapaknya, disetujui mengimplikasikan
permintaan untuk dibelikan mainan. Hal inilah yang menjadi alasan
utama pragmatik tertarik pada kajian fenomena ini.
Dalam kaitan dengan hal ini, samsuri (1988: 3) mengemu-
kakan bahwa implikatur percakapan digunakan untuk mempercayai
apa yang dapat mendorong atau yang mendorong oleh penutur sebagai
hal yang berbeda dari apa yang dilihat melalui dialog. Sebagai contoh,
interaksi antara A dan B pada percakapan (1) berikut menunjukkan
tentang B tidak memberikan tanggapan langsung terhadap apa yang
dituturkan oleh A, tetapi per-nyataan B tentang tempat pemulihan
menyediakan implikasi bahwa A (dan B) dapat mengembalikan
beberapa saat sebelum melanjutkan perjalanan
(1) A: Aku ngantuk, capek sekal
B: Dua kilo lagi ada tempat istirahat.

Penggunaan implikatur dalam acara komunikasi dido rong


oleh kenyataan keberadaan dua tujuan komunikasi sekaligus yang

3
ingin didukung oleh penutur, yaitu tujuan pribadi, yaitu untuk
anggota peroleh sesuatu dari mitra tutur melalui tuturan yang
disampai-kannya dan tujuan sosial, demikianlah maksudnya
hubungan yang baik antara penutur dengan mitra tuturnya agar
komunikasi tetap berjalan dengan baik dan lancar.

2.1.2 Sumbangan Implikatur terhadap Interpretasi


Levinson (1995: 97-100) mengemukakan bahwa setidak-
tidaknya merupakan kontribusi emplik implikatur terhadap
interpretasi tindak tutur tidak langsung. Pertama, implikaturr
percakapan dapat memberika penjelasan fungsional yan bermakna
terhadap fakta fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori teori
limguistik formal. Sumbangan kedua iimplikatur percakapan dapat
memberikan penjelasan eksplisit terhadap adanya perbedaan anatara
tuturan yang dituturkan seecara lahiriah dengan pesan yang
maksudkan, seementara pesan yang dimaksudkkan tersebut dapat
dimengerti dan dipahami oleh penutur dan mitra tutur
A: Jam berapa sekarang?
B: Dunia dalam berita baru saja mulai.
Ketiga, implikatur percakapan dapat menyederhanakan
pemerian semantik dari perbedan antarklausa sebagai klausa-klausa
ini menggantikan dengan kata-kata hubung yang sama seperti pada
contoh-contoh berikut.
(2) Amir bangun tidur dan melipat selimutnya.
(3) Ayah membaca koran dan ibu memasak di dapur

Meskipun kedua kalimat tersebut menggunakan kata hubung


yang sama dan, kedua kalimat tersebut memiliki hubungan klausa
wang berbeda. Contoh pada kalimat (2), susunannya tidak dapat
dibalik, sedangkan pada kalimat (3), susunannya dapat dibalik
menjadi

4
(3a) Ibu memasak di dapur dan ayah membaca koran.

Hubungan klausa kedua kalimat tersebut dapat dijelaskan


secara pragmatik dengan menggunakan dua perangkat implikatur yang
berbeda, yaitu pada kalimat (2) terdapat hubungan 'lalu', sedangkan
pada kalimat (3) terdapat hubungan 'demikian juga'. Sumbangan
kecempat adalah bahwa implikatur percakapan dapat menjelaskan
berbagai fakta yang secara lahiriah tidak berhubungan dan saling
berlawanan. Implikatur percakapan dapat menjelaskan ge mengapa
kalimat pernyataan sepeti pada contoh (4) dapat saja bermakna
kalimat perintah seperti pada contoh (5).

(4) Rapi sekali kamar ini.

(5) Kacau sekali kamarmu, cepat rapikan.

Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam memahami implikatur


percakapan, penutur dan mitra tutur harus memiliki pemahaman yang
sama tentang kenyataan-keyataan tertentu yang berlaku dalam
kehidupan. Pada contoh percakapan (6), misalnya, untuk dapat
memahami implikatur dalam percakapan tersebut diperlukan
pemahaman bersama antara penutur dan mitra tutur bahwa di tempat
istirahat mereka dapat beristirahat beberapa saat sebelum melanjutkan
perjalanan mereka.

Grice, (1975: 45) mengemukakan bahwa untuk sampai pada suatu


implikatur percakapan, penutur dan mitra tutur harus mengembangkan
suatu pola kerja sama yang mengatur hak dan kewajiban penutur dan
mitra tutur sehingga terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan
mitra tutur demi keberangsungan komunikasi sesuai dengan yang
diharapkan.

Pola kerja sama tersebut dikenal sebagai prinsip kerja sama.


Prinsip kerja sama berbunyi : Buatlah sumbangan percakapan Anda
sedemikian rupa sebagaimana diharapkan: pada tingkatan

5
percakapan yang sesuai dengan tujuan percakapan yang disepakati
atau oleh arah percakapan yang sedang Anda ikuti". Prinsip ini
selanjutnya dituangkan ke dalam empat maksim, yaitu maksim
kuantitas, maksim kualitas, maksim relasi, dan maksim cara. Di
samping itu, Grice juga mengingatkan bahwa prinsip kerja sama
tersebut perlu dilengkapi dengan prinsip yang lain yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan dalam
komunikasi, yakni prinsip sopan santun.

2.2 Tindak Tutur


Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa
yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang
akan dibahas dalam tindak tutur meliputi: pengertian tindak tutur, jenis-jenis
tindak tutur, dan pendayagunaan konteks dalam tindak tutur.
2.2.1 Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang
melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembacaserta yang
dibicarakan. Dalam penerapannya tin-dak tutur digunakan oleh
beberapa disiplin ilmu. Adapun pengertian tindak tutur yang
dikemukakan oleh para ahli bahasa, antara lain, (Austin dalam buku
yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali
mengemukakan istilah tindak tutur (Speech act). Austin
mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada
penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu.
Pendapat Austin ini didukung oleh Searle (2009:74) dengan
mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat,
melainkan tindakan tertentu, seperti membuat pernyataan, pertanyaan,
perintah dan permintaan.
Searle (dalam buku Rusminto 2009:74) mengemukakan bahwa
tindak tutur adalah teori yang mencoba mengaji makna bahasa yang
didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan
oleh penuturnya. Kajian tersebut didasarkan pada pandangan bahwa:

6
a. tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan
b. tuturan memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak
komunikasi nyata, misalnya membuat pernyataan, pertanyaan,
perintah atau permintaan.

Dengan demikian, tindakan merupakan karakteristik tuturan


dalam komunikasi. Diasumsikan bahwa dalam merealisasikan tuturan
atau wacana, seseorang berbuat sesuatu, yaitu performasi tindakan.
Tuturan yang berupa performasi tindakan ini disebut dengan tuturan
performatif, yakni tuturan yang dimaksudkan untuk melakukan
tindakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak
tutur adalah teori yang mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada
hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penutur
kepada mitra tuturnya dalam berkomunikasi. Artinya, tuturan baru
bermakna jika direalisasikan dalam tindakan komunikasinya
2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur
Berkenaan dengan tuturan, Austin (1962: 91-101) mengklasifikasikan
tindak tutur atas tiga klasifikasi, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur
ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
2.3.1 Tindak Tutur Lokusi ( Locutionary Speech Act)
Tindak tutur lokusi adalah tindakan proposisi yang berada
pada kategori mengatakan sesuatu (an act saying somethings).
Oleh karena itu, yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi
tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Wujud tindak lokusi
adalah tuturan-tuturan yang berisi pernyataan atau tentang sesuatu.
Leech (1983:176) menyatakan bahwa tindak bahasa ini lebih
kurang dapat disamakan dengan sebuah tuturan kalimat yang
mengandung makna dan acuan. Sebagai contoh adalah kalimat
berikut.
1) Kucing adalah binatang menyusui
2) Jari tangan manusia berjumlah lima

7
Tuturan 1) Kucing adalah binatang yang menyusui, 2) Jari
tangan manusia pada umumnya berjumlah lima. Diutarakan oleh
penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa
tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi
lawan tuturnya. Informasi yang dituturkan adalah termaksuk jenis
binatang apa kucing itu, dan berapa jumlah jari tangan.
Bila diamati secara seksama konsep lokusi itu adalah
konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau
tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri
dari dua unsur, yakni subjek dan predikat (Nababan,1987:4).

2.3.2 Tindak Tutur Ilokusi ( Ilocutionary Speech Act)


Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya
untuk melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan
mengatakan sesuatu (an act of doing somethings in saying
somethings) tindakan tersebut seperti janji, tawaran, atau
pertanyaan yang terungkap dalam tuturan. Moore (2001:5)
menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang
sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan,
seperti janji, sambutan, dan peringatan.
Mengidentifikasi tindak ilokusi lebih sulit jika
dibandingkan dengan tindak lokusi, sebab pengidentifikasian
tindak ilokusi harus mempertimbangkan penutur dan mitra
tuturnya, kapan, dan dimana tuturan terjadi, serta saluran apa yang
digunakan. Oleh sebab itu, tindak ilokusi merupakan bagian
penting dalam memahami tindak tutur.
Contoh kalimat tuturan sebagai berikut.
1) Aku tidak bisa datang.
Tuturan pada contoh kalimat (1) Aku tidak bisa datang,
bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja
merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk
menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu yakni

8
meminta maaf. Informasi Ketidak hadiran penutur dalam hal ini
kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan/tutur
sudah mengetahui hal itu.
Leech (1983: 104) mengklasifikasikannya berdasarkan
hubungan fungsi- fungsi tindak ilokusi dengan tujuan-tujuan
sosial berupa pemeliharaan peri-laku yang sopan dan
terhormat menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Kompetitif, seperti memerintah, meminta, menuntut,
mengemis.
2) Menyenangkan, seperti menawarkan, mengajak,
mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih,
mengucapkan selamat.
3) Bekerja sama, seperti menyatakan, melapor,
mengumumkan, mengajarkan.
4) Berentangan, seperti mengancam, menuduh, menyumpahi,
memarahi.
Searle (2001: 156-160) mengklasifikasikan tindak
ilokusi menjadi lima macam, sebagai berikut.
a. Asertif ( assertives)
Tindak tutur asertif, yakni ilokusi di mana penutur terikat
pada kebenaran preposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan,mengusulkan, membual, mengemukakan
pendapat, melaporkan. Berikut ini contoh tuturan asertif
jenis pemberitahuan.
- Bagaimana kalau liburan tahun ini kita pergi ke
Lombok.
Tuturan di atas merupakan usulan untuk
memberitahukan mitra tutur bahwa penutur mengusulkan
suatu tempat yang penutur ketahui, tempat tersebut
merupakan tempat wisata yang indah.

b. Direktif (directives)

9
Tindak tutur direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan
menghasikan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan
oleh mitra tutur, (tindak ilokusi ini oleh Leech disebut
dengan tindak tutur ilokusi impositif), seperti memesan,
memerintah, meminta, merekomendasikan, dan menasihati.
Berikut uraian mengenai jenis tindak tutur direktif.
1. Meminta
Minta berarti berharap supaya diberi atau mendapat
sesuatu (Poerwadarminta, 2006: 769). Jadi, tuturan
meminta dikemukakan agar mitra tutur memberi sesuatu
(yang dimintai). Contoh tuturan meminta sebagai
berikut.
- Dwi mau buah.
Tuturan pada kalimat (1) Pita mau buah terjadi pada
pagi hari, saat sedang menonton televisi di ruang
keluarga. Tuturan ini dituturkan penutur (seorang adik)
kepada mitra tutur (kakak). Tuturan ini termasuk
tuturan meminta sesuatu kepada mitra tuturnya berupa
sebuah permintaan agar kakaknya memberi buah
kepada sang adik.
2. Memerintah
Memerintah berarti memberi perintah; menyuruh
melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 2006: 876). Jadi,
tuturan memerintah dikemukakan agar mitra tutur
melaksanakan atau mengerjakan apa yang diinginkan
pembicara. Contoh kalimat tuturan memerintah sebagai
berikut.
- Minum sana!
Tuturan pada kalimat (1) Minum sana! terjadi pada
pada malam hari, saat sang kakak sedang berbaring di
tempat tidur sambil makan keripik bersama adiknya,
lalu sang adik memerintah kakaknya supaya

10
mengambilkan minum karena sang kakak kepedasan
makan keripik. Tuturan ini termasuk tuturan
memerintah mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu
berupa sebuah tindakan agar kakaknya mengambil air
minum untuk kakaknya yang kepedasan itu.
3. Memesan
Memesan berarti memberi pesan (nasihat, petunjuk, dan
sebagainya) (Poerwadarminta, 2006: 883). Jadi, tuturan
memesan dikemukakan untuk memberi pesan kepada
orang lain. Contoh kalimat tuturan memesan sebagai
berikut.
- Pesan Ayah, kau bangun subuh.
Tuturan pada kalimat (1) Pesan Ayah, kau bangun
subuh terjadi pada malam hari.Tuturan ini dituturkan
oleh ayah yang akan pergi ke luar kota kepada anak
laki-lakinya. Tututan ini bukan hanya sebuah pesan
agar anaknya harus bangun subuh, tetapi sang ayah
menginginkan anaknya melakukan shalat subuh setiap
hari.
4. Menasihati
Menasihati berarti memberi nasihat
(Poerwadarminta, 2006: 795). Jadi, tuturan menasihati
dikemukakan untuk memberi nasihat, anjuran kepada
orang lain. Contoh tuturan menasihati sebagai berikut.
- Kalau mau pintar harus rajin ke perpustakaan.
Tuturan pada kalimat (1) Kalau mau pintar harus rajin
ke perpustakaan terjadi pada siang hari. Tuturan ini
dituturkan seorang guru kepada para murid saat belajar
di kelas. Tuturan ini berisi nasihat kepada murid kalau
ingin pintar harus rajin ke perpustakaan. Guru
menginginkan murid-murid rajin membaca dan mengisi
waktu luang dengan berkunjung ke perpustakaan.

11
5. Merekomendasikan
Merekomendasikan berarti memberi-kan rekomendasi;
menasihatkan; menganjurkan (KBBI, 2008: 1158). Jadi,
tuturan merekomendasikan dikemukakan untuk
memberikan rekomendasi dan memberitahukan kepada
seseorang atau lebih bahwa sesuatu yang dapat
dipercaya. Contoh tuturan merekomendasikan sebagai
berikut.
- Saya sebagai ketua komisi telah merekomendasikan
pembentukan Dewan Pengurus Keuangan
Tuturan pada data (11) merupakan tuturan yang
diungkapkan oleh penutur untuk merekomendasikan
pembentukan Dewan Pengurus Keuangan.
c. Komisif (commissives)
Tindak Tutur komisitif, yakni ilokusi di mana penutur
terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya
menjanjikan, menawarkan, berkaul. Contoh tindak tutur
komisif.
- Adik mau dibelikan apa jika kakak sudah bekerja
nanti?
Tuturan pada kalimat (1) Adik mau dibelikan apa jika
kakak sudah bekerja nanti?, berupa komisif penawaran.
Pada tuturan di atas penutur terikat suatu tindakan di masa
depan berupa penawaran akan membelikan sesuatu.
d. Ekspresif (expressives)
Tindak tutur ekspresif, yakni ilokusi yang berfungsi
untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya
mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,
memberi maaf, mengecam, berbela sungkawa. Contoh
ilokusi ekspresif sebagai berikut.
- Saya turut belasungkawa atas meninggalnya kakekmu.

12
Tuturan pada kalimat (1) Saya turut belasungkawa atas
meninggalnya kakekmu. Berupa ilokusi ekspresif yang
mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan
yang tersirat dalam ilokusi.
e. Deklaratif (declaration)
Tindak tutur deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan
untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan
kenyataan, misalnya membaptis, memecat, memberi nama,
menjatuhkan hukuman, mengangkat. Ilokusi deklaratif
terdapat pada contoh tuturan berikut.
- Mulai besok, silakan Anda angkat kaki dari perusahaan
ini.
Tuturan pada kalimat (1) Mulai besok, silakan Anda
angkat kaki dari perusahaan ini., merupakan tindak ilokusi
deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan
kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan.Tuturan ini
berupa tuturan pemecatan yang disampaikan oleh kepala
perusahaan kepada bawahannya.
2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi (Perlocutionary Speech Act)
Tindak tutur perlokusi adalah efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh tuturan ter-hadap mitra tutur, sehingga mitra tutur
melakukan tindakan berdasarkan isi tuturan. Levinson (1995)
menyatakan bahwa tindak perlokusi lebih mementingkan hasil,
sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan tuturan penutur.
Contoh kalimat tuturan sebagai berikut.
- Kemarin saya sangat sibuk.
Tuturan (1) Kemarin saya sangat sibuk. Diutarakan seseorang
yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang
mengundangnya. Kalimat ini mengandung tindak ilokusi
memohon maaf, dan tindak perlokusi (efek) harapan adalah orang
yang mengundang dapat memakluminya.

13
Halliday (185) mengklasifikasikan tindak tutur ke dalam
empat belas jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Tindak tutur menyapa, mengundang, menerima, dan menjamu.
2) Tindak tutur memuji, mengucapkan selamat, menyanjung,
menggoda, dan menyombongkan.
3) Tindak tutur menginterupsi, menyela, dan memotong
pembicaraan
4) Tindak tutur memohon, meminta, dan mengharapkan.
5) Tindak tutur mengelak, membohongi, mengobati kesalahan,
dan mengganti subjek.
6) Tindak tutur mengkritik, menegur, mencerca, mengomeli,
mengejek, menghina, dan memperingatkan.
7) Tindak tutur mengeluh dan mengadu.
8) Tindak tutur menuduh dan menyangkal.
9) Tindak tutur menyetujui, menolak, dan membantah.
10) Tindak tutur meyakinkan ,mempengaruhi, dan menyugesti.
11) Tindak tutur memerintah, memesan, dan meminta atau
menuntut.
12) Tindak tutur menanyakan, memeriksa, dan meneliti.
13) Tindak tutur menaruh simpati dan menyatakan bela sungkawa.
14) Tindak tutur meminta maaf dan memaafkan.
Pateda (190) secara lebih sederhana meng-klasifikasikan tuturan
atas lima klasifikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Tuturan yang berisi pernyataan.
2) Tuturan yang berisi suruhan atau penolakan.
3) Tuturan yang berisi permintaan atau penolakan.
4) Tuturan yang berisi pertanyaan atau jawaban.
5) Tuturan yang berisi nasihat.

14
2.4 Kelangsungan dan Keliteralan Tuturan
Dalam sebuah peristiwa tutur, pada kenyataannya penutur tidak
selalu mengatakan apa yang dimaksudkannya secara langsung. Dengan
kata lain, untuk menyampaikan maksud tertentu, penutur sering juga
menggunakan tidak tutur tidak langsung. Penggunaan bentuk verbal
langsung dan tidak langsung dalam mengajukan permintaan ini sejalan
dengan pandangan bahwa bentuk tutur yang bermacam-macam dapat
digunakan untuk menyampaikan maksud yang sama, sebaliknya berbagai
macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang sama (Ibrahim,
2001:320)
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi
kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita
digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk
menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah,
ajakan, permintaaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan
secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk
bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan
sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direch speech)
Sebagai contoh.
1) Rudi merawat neneknya yang sedang sakit
2) Siapa wanita yang berbaju merah itu?
3) Tolong matikan AC itu!
Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat
berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Tindak tutur tak langsung
(indirect speech act) ialah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada
mitra tutur secara tidak langsung.
Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau
kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah.
Misalnya seorang ayah menyuruh anaknya mengambil sepatu
diungkapkan dengan “ Tono, sepatunya dimana?” Kalimat tersebut selain

15
untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan
sepatu.
2.4.1 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur literal ( literal speech act) adalah tindak tutur
yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal ( nonliteral
speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan
atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Untuk jelasnya dapat diperhatikan kalimat berikut:
1) Penyanyi itu suaranya merdu
2) Suaranya bagus, ( tapi lebih baik tak usah nyanyi saja)
3) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu.
4) Radionya kurang keras. Tolong lebih keraskan lagi.
- Aku mau belajar
Kalimat 1) bila diutarakan untuk maksud memuji atau
mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan,
merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat 2) penutur
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus dengan
mengatakan tapi lebih baik tak usah nyanyi saja) , merupakan
tindak tutur tidak literal. Demikian pula kalimat 3) penutur
benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan
(membesarkan) volume radio untuk dapat secara lebih mudah
mencatat lagu yang diperdengarkannya, tindak tutur kalimat 3)
adalah tindak tutur literal. Sebaliknya, karena penutur
sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya,
tindak tutur dalam kalimat 4) adalah tindak tutur tidak literal.
2.4.2 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna
yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah
disampaikan dengan kalimat perintah, memberikan dengan kalimat

16
berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dsb. Untuk ini
dapat diperhatikan kalimat 1 s.d. 3 berikut.

1) Orang itu sangat bodoh


2) Tutup Mulutmu!
3) Jam berapa sekarang?
Tuturan (1), (2) , dan (3) merupakan tindak tutur langsung literal
bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan bahwa
orang yang dibicarakan sangat bodoh, menyuruh agar lawan tutur
menutup mulut, dan menanyakan pukul berapa ketika itu. Maksud
memberitakan diutarakan dengan kalimat berita (1), maksud
memerintah dengan kalimat perintah (2), dan maksud bertanya
dengan kalimat tanya.

2.3.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal


Tindak tutur tidak langsung literal (indirect speech act) adalah tutur
yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya
sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur
ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau
kalimat tanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kalimat (1) dan
(2) di bawah ini.
1) Lantainya sangat kotor
2) Di mana handuknya?
Dalam konteks seorang ibu rumah tangga berbicara dengan
pembantunya pada (1), tuturan ini tidak hanya informasi tetapi
terkandung maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak
langsung dengan kalimat berita.
Makna kata-kata yang menyusun (1) sama dengan maksud yang
dikandungnya. Demikian pula dalam konteks seorang suami bertutur
dengan istrinya pada (2) maksud memerintah untuk mengambilkan
handuk diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat tanya, dan

17
makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud yang
dikandung.
Untuk memperjelas maksud memerintah (1) dan (2) di atas
perluasaannya ke dalam konteks (1) dan (2) diharapkan dapat
membantu.
1) + Lantainya sangat kotor
- Baik, saya akan menyapu sekarang, Bu.
2) + Di mana handuknya?
- Sebentar, saya ambilkan.
sangat lucu dan janggal bila dalam konteks seperti (1) dan (2)
seorang pembantu dan istri menjawab seperti (1) dan (2) berikut :
3) + Lantainya sangat kotor
- memang kotor sekali ya, Bu.
4) + Di mana handukny

- Di Lemari
Jawaban ( - ) dalam (9) dan (10) akan mengagetkan sang majikan
yang memang sudah merasa jengkel melihat lantai kamar
rumahnya kotor, dan mengejutkan sang suami yang lupa membawa
handuk, dan sekarang sekarang sudah terlanjut di kamar mandi.
2.4.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang
sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya
tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan
maksud menginformasikan dengan kalimat berita. Untuk jelasnya
dapat diperhatikan dengan (11) dan (12) di bawah ini :
(11) Suaramu merdu sekali, kok
(12) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (11)
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara

18
itu dengan kalimat (12) penutur menyuruh lawan tuturnya yang
mungkin dalam hal ini anak atau adiknya untuk menutup mulut
sewaktu makan agar terlihat sopan. Data (11) dan (12)
menunjukkan bahwa di dalam analisis tindak tutur bukanlah apa
yang dikatakan yang penting tetapi bagaimana cara
mengatakannya.

2.4.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal


Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral
speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus
kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai 21 dengan maksud
yang hendak diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu
menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja dengan
nada tertentu mengutarakan kalimat (13), Demikian pula untuk
menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan volume
radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita dan kalimat
tanya (14) dan (15) berikut:
(13) Lantainya sangat bersih sekali
(14) Radionya terlalu pelan, aku tidak kedengaran
(15) Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar
Akhirnya secara ringkas dapat diikhtisarkan bahwa tindak
tutur dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atau dibedakan menjadi
: Tindak tutur langsung, Tindak tutur Tindak langsung, Tindak
tutur literal, Tindak tutur tidak literal, Tindak tutur langsung literal,
Tindak tutur tidak langsung literal, Tindak tutur langsung literal,
Tindak tutur tidak langsung tidak literal.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pertuturan dapat diartikan sebagai perbuatan berbahasa yang
dimungkinkan dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian
unsur-unsur dapat pula dikatakan bahwa perbuatan yang menghasilkan bunyi
bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran yang bermakna.
Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan
gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur
banyak dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

3.2 Saran
Kiranya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan dan penyusunannya, maka dari itu saran dan kritik dari semua
pembaca yang sangat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
atau perubahan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rusminto , Nurlaksana Eko 2015. .Analisi Wacana: kajian teoritis dan praktis ,
Yogyakarta ; Graha Ilmu

Pratiwi, D.N. (2012). ‘Penerapan Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Dan Perlokusi
Ustad Nur Maulana Pada Tayangan Islam Itu Indah Di Trans TV’, Skriptorium,
Vol. 1, No. 1, diakses melalui
http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=4345&med=45&bid=45

Indonesia, Guru. 2016. “Pengertian Tindak Tutur Menurut Para Ahli”.


http://www.guruberbahasa.com/2016/05/pengertian-tindak-tutur-menurut-
para.html

Mellasetyawan, Yogi. 2014 “Tindak Tutur”.


http://dinginp.blogspot.co.id/2014/06/tindak-tutur_23.html.

Siti, Iis Aisyah. 2014. “Tindak Tutur dan Permasalahannya”.


http://tugasskuu.blogspot.co.id/2014/02/tindak-tutur-dan-permasalahannya.html.

21

Anda mungkin juga menyukai