Anda di halaman 1dari 3

1.

LO 1
a. Pemeriksaan subjektif
i. Gingivostomatitis herpetik primer ditandai malaise dan kelelahan, sakit
otot dan kadang sakit tenggorokan. Timbulnya luka yang disertai rasa
nyeri pada bibir atau bagian lain dari mulut.
b. Pemeriksaan klinis
i. Sedangkan tanda klinis dari periodontitis kronis adalah :
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status
kebersihan mulut; bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul
dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan
pendarahan spontan.
2. Poket
Secara teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket
sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke
apikal dari epithelium krevikular, tetapi pembengkakan
inflamasi sangat sering mengenai individu usia muda sehingga
poket sedalam 3-4 mm dapat seluruhnya merupakan poket
gingiva atau poket ‘palsu’. Poket sedalam 4 mm menunjukkan
adanya periodontitis kronis tahap awal.
3. Nyeri
Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah
absennya nyeri dan sakit kecuali bila keadaan tersebut
didahului oleh inflamasi. Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi
menunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan penopang,
yang paling akut bila ada pembentukan abses dimana gigi
sangat sensitif terhadap sentuhan.
2. LO 2
a. Terapi obat berupa tablet acyclovir 200 mg 5x sehari sebanyak 1 tablet,
multivitamin yang berisi vitamin B dan vitamin C (B Comp C), serta obat
kumur Benzidamin HCl 0,2% 3-4x sehari, dikumur setelah makan dan salep
acyclovir untuk dioleskan pada bibir atas dan bibir bawah.
3. LO 3 (Kiswaluyo. 2013. Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari,
Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember)
a. Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan
beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan
bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut
ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I.
i. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
ii. Scaling dan root planning.
iii. Perawatan karies dan lesi endodontik.
iv. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.
v. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).
vi. Splinting temporer pada gigi yang goyah.
vii. Perawatan ortodontik.
viii. Analisis diet dan evaluasinya.
ix. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.
b. Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal
seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor
predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah
bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
i. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:
kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal,
rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal
(bone and tissue graft).
ii. Penyesuaian oklusi.
iii. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang
hilang
c. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur
yang dilakukan pada fase ini:
i. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.
ii. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor
plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas
gigi.
iii. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal
dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.

4. LO 4

Daftar pustaka

1. Kiswaluyo. 2013. Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas


Wuluhan dan RS Bondowoso. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2. Lestari, Putu. 2016. Periodontitis. Bali: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Udayana.
3. Purnama, Kus. 2009. Gingivostomatitis herpetika primer (Laporan kasus). Surabaya:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
4. Kusumawati, Endah. 2016. Gingivostomatitis Herpetika Primer pada Ny. N Usia 32
Tahun. Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 2 Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai