OLEH :
NIM : E1A017052
KELAS : B/V
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1. Bagaimana melakukan analisis tes dan butir soal.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai
bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian.
Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, guru memberikan suatu
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh
siswa selama proses belajar mengajar mengenai materi yang disampaikan.
Idealnya sebelum suatu tes dipergunakan maka tes tersebut harus memenuhi
syarat-syarat sebagi tes yang baik, maka tes yang bersangkutan perlu diuji cobakan.
Namun sebelum diuji cobakan tes tersebut harus memperlihatkan indokator-indikator
sebagai tes yang baik. Dalam hal ini dilakukan suatu analisis butir soal.
Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas memadai. Analisis yang dilakukan atas dasar uji
coba dinamakan analisis empiris. Sedangkan analisis berdasarkan karakteristik yang
tampak pada tes tersebut tanpa uji coba dinamakan analisis rasional, karena semata-
mata dilakukan atas dasar pertimbangan rasio.
6. Analisi homogenitas.
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua
buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.
Langkah-langkah menghitung uji homogenitas :
Catatan:
Pembilang: S besar artinya Variance dari kelompok dengan variance terbesar
(lebih banyak).
Penyebut: S kecil artinya Variance dari kelompok dengan variance terkecil (lebih
sedikit).
Jika variance sama pada kedua kelompok, maka bebas tentukan pembilang dan
penyebut.
3. Membandingkan F hitung dengan Tabel F: F Tabel dalam Excel pada tabel
distribusi F, dengan:
Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk
pembilang n-1.
Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk penyebut
n-1.
Jika F hitung < Tabel F: F Tabel dalam Excel, berarti homogeny
Jika F hitung > Tabel F: F Tabel dalam Excel, berarti tidak homogen
4. Kemudian dilakukan penghitungan, dengan rumus yang ada.
5. Kemudian dicari F hitung.
7. Analisis kesukaran.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang. " dan sukar Pertimbangan pertama adalah adanya
kesembangan, yakni jumlah soal sama unluk ketiga kategon tersebut Antinya, soal
mudah, sedang. dan sukar, jumiahnya seimbang Misainya tes obiektif pilhan berganda
dalam pelajaran matematika disusun sebanyak 60 pertanyaan Dari ke-60 pertanyaan
fersebut, soal kategor mudah sebanyak 20, kalegorn sedang 20, dan kategori sukar 20
Pertimbangan kedua propors jumlah soal untuk ketiga kategon tersebut didasarkan
atas kurva normal Artinya, sebagian soal berada dalam I kategon sedang sebagian lag:
termasuk ke dalam kategon mudah dan sukar dengan proporsi yang I seimbang
Pertandingan antara soal mudah-sedano-sukar bisa dbuat 3-4-3, artinya 30 % soal
kategori mudah, 40 Ss kategon sedang. dan 30 % kaiegorn sukar Perbandingan lain
yang termasuk sejenis dengan propors d atas misalnya 3-5-2 Artinya. 30 % soal
kategori mudan. 50 % kategon sedang. dan 20 % kategon sukar. I Cara melakukan
analsis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus
I sebagat berikut :
Cara menentukan Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:
P= J x B
dengan: P adalah indeks kesukaran, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal
dengan benar, dan Jx adalah jumlah seluruh siswa peserta tes
Dalam literatur lain disebutkan bahwa Tingkat kesukaran tes adalah
pernyataan tentang seberapa mudah atau seberapa sukar sebuah butir tes itu bagi
testee atau siswa terkait. i Tingkat kesukaran merupakan salah satu ciri tes yang perlu
diperhatikan, karena tingkat kesukaran I tes menunjukan seberapa sukar atau
mudahnya buti-butir tes atau tes secara keseluruhan yang telah diselenggarakan Butir
tes yang baik adalah butir yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang. yaitu yang
dapat dijawab dengan benar oleh sekitar 40 sampai 80 % peserta tes Sebab butir tes
yang hanya dijawab oleh 10 % atau bahkan 90 % akan sulit dibedakan, manakah
kelompok yang benar-benar mampu dan kelompok yang benar-benar kurang mampu
dalam menjawab soal Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap
pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah Tingkat
kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa i Semakin sedikit jumlah siswa yang
dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya
semakin banyak siswa yang dapat menjiawab soal itu dengan benar. berarti itu
mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah.
Dalam proses analisis les, seorang guru hendakny a meninjau ulang validitas
dan susunan redaksional butir tes yang dibuatnya Jika ternyata bulir tes/soal tidak
valid maka keputusan yang harus diambil adalah membuang butir tes tersebut Dan jka
butir tes itu alid, maka perlu diadakanI revisi terhadap susunan redaksi tes Vald yang
dimaksud di sini adalah terdapat keterwakilan dan relevansi dengan kemampuan yang
harus diukur sesuai GBPP yang diberlakukan Tingkat kesukaran buitir tes dinyatakan
dengan indeks berkisar antara 0.00 sampai dengan 1.00
9. Analisis pengecoh.
Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan istilah menganalisis
pola penyebaran jawaban butir soal pada soal bentuk pilihan ganda. Pola tersebut
diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban butir
soal atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dari pola penyebaran
jawaban butir soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi dengan baik atau
tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit
dipilih oleh 5 % pengikut tes.
Cara melakukan analisis pengecoh Pertimbangan terhadap analisis pengecoh:
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali, karena kurang baik.