Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang
polar seperti silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC)
adalah salah satu bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak
dengan partikel-partikel micro or macro particulate or pellicular
(berkulit tipis 37 -44 μ).Sebagian besar dari KCKT sekarang ini dibuat
untuk mencapai partikel-partikel microparticulate lebih kecil dari 20μ .
Teknik ini biasanya digunakan untuk zat padat yang mudah larut dalam
pelarut organik dan tidak terionisasi. Teknik ini terutama sangat kuat
untuk pemisahan isomer-isomer.
Fase diam adalah adsorben dan pemisahan didasarkan pada adsorpsi berulang
dan desorpsi bahan terlarut (analit). Bahan terlarut ditambahkan ke sistem
padat (misal silika) cair (misal aseton).
Pemilihan fase gerak dalam kromatografi padat cair (adsorpsi) akan dengan
baik tercapai dengan menggunakan parameter kekuatan pelarut e0 berdasarkan
pada pekerjaan Hildebrand dan baru-baru ini diubah oleh Snyder.
Semakin aktif suatu pelarut maka semakin tinggi level panas yang
dihasilkan (atau energi bonding pelarut untuk adsorbat) dan secara
konsekuen kekuatan pelarut semakin tinggi. Oleh karena itu pelarut non-
polar seperti alkana sederhana memiliki kekuatan pelarut yang sangat
rendah. Pentana dalam skala kekuatan pelarut Snyder adalah nol. Tabel
kekuatan pelarut (e0) disusun dengan urutan meningkat, berdasarkan pada
deret Eluotropic. Alkohol dan air memiliki nilai kekuatan pelarut yang
tinggi berkaitan dengan gugus hidroksil aktif yang tinggi.
KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak
digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan
Ririn Vidiastuti
adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3,
dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam :
Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
Suction Colomn
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan
absorpsi dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan
dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia
yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi.
Rapid-Sigel
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang sedikit berdasarkan absorpsi
dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu
pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia yang
selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi.
Press Colomn
Kromatografi kolom sederhana di mana fase gerak bergerak dengan cepat
karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang
ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian produk
dari ekstrak dan berubah saat pemisahan kromatografi.
Ririn Vidiastuti
KROMATOGRAFI PLANAR
Kromatografi planar mempunyai dua bentuk, yaitu:
1.kromatografi kertas
Berdasarkan mekanismenya, tergolong ke dalam kromatografi partisi, dimana
fasa diamnya adalah air yang terikat pada selulosa kertas sedangkan fasa
geraknya adalah pelarut organik
yang bersifat nonpolar.
2.kromatografi lapis tipis.
Berdasarkan mekanismenya, tergolong ke dalam kromatografi adsorpsi.
Medium pemisahannya berupa lapisan tipis zat padat adsorben (alumina,
silica gel) pada lempeng kaca, plastik, atau alumunium.
Cara melakukannya banyak persamaannya dengan kromatografi kertas.
KROMATOGRAFI ADSORPSI
2.1 Pengertian kromatografi adsorpsi
Adsorpsi ialah gejala timbulnya konsentrasi zat yang lebih besar pada
bidang perbatasan antara dua fasa daripada dalam masing-masing fasa.
Terjadinya pemisahan ialah akibat gaya tarik fasa stasioner yang kuat
terhadap komponen – komponen yang harus dipisahkan. Gaya tarik yang kuat
ini disebabkan oleh interaksi kimiawi dan atau interaksi Van Der Walls
Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan
berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Adsorben yang umum
digunakan adalah silika gel dan alumina karena mereka dimiliki daerah yang
besar permukaan dan banyak situs aktif. Terlarut dan pelarut dalam cairan
dapat bersaing satu sama lain untuk mendapatkan situs yang aktif. Karena
ini, memilih pelarut yang tepat sangat penting untuk mendapatkan adsorpsi
maksimum zat terlarut pada situs aktif permukaan.
Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan
fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
2.2 Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis
2.2.1. Kolom kromatografi Adsorpsi
a. Prinsip
Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen –
komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang
berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan
cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh
yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama
dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada
adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan
afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada
komponen – komponen tersebut.
Ririn Vidiastuti
b. Penyarat kolom
Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di
sembarang tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini
dapat dicapai dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama (
diayak ) dan dengan cara penyaratan yang baik.
Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat keseimbangan adsorpsi akan
tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang boleh dipergunakan.
Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin besar hambatan bagi
cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan lintas bagi
cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang
menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan
dapat mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan
tekanan dalam ruang di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
c. Bentuk kolom
penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar
dilaksanakan. Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan
menjadi kurang teratur bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat
menyebabkan pembauran. Tetapi bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar.
Namun di lain pihak, kolom yang lebar dan pendek itu lebih memudahkan
dalam pemakaiannya.
Oleh karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di
bawah tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang
terbuat dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga
melengket jadi satu. Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai
penahan fasa yang stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat
kapiler penyulur dilengkapi dengan pancur. Kapiler beserta pancur
dirakitkan dengan kolom memakai suku asah sehingga mudah dilepaskan guna
membersihkan kolom dan untuk meniup kolom sehingga menjadi bersih dari
cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring harus sekecil mungkin
supaya tidak terjadi pembauran antara cairan – cairan yang keluar dari
kolom.
d. Kecepatan arus
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi
tercapainya keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya.
Bentuk zona pun menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu
rendah dapat menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus
dihindarkan sejauh mungkin.
Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan
mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang
berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran
yang harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan
dengan memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus
dijaga supaya arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah
diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam bentuk gelang – gelang
atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda melalui kolom dan ditampung
di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda
– tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor.
Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.
Ririn Vidiastuti
2.2.2. Kromatografi gas
Kromatografi Gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada
jaman instrument dan elektronika yang telah merevolusikan keilmuan selama
lebih dari 30 tahun. Sekarang kromatografi gas dipakai secara rutin di
sebagian besar laboratorium industri dan perguruan inggi. kromatografi gas
dapat dipakai untuk setiap campuran yang komponennya atau akan lebih baik
lagi jika semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu
yang dipakai untuk pemisahan.
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer
dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi
gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan
molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan
tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan
disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen,
karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang
diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring
molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom.
Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa
gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang
kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah
menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak
atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan
cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui
efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih
khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi
kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah
tujuannya analisik atau preparatif.
2.2.3. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorpsi dan adsorben
(silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oxide), kieselguhr
(diatomeous earth), dan selulosa) bertindak sebagai fase stasioner. Dalam
kromatografi lapis tipis, bahan penyalut yang digunakan beraneka macam.
Silika gel yang paling banyak dipakai (Djide , 2003).
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent
dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase
bergerak (Untuk senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dengan
air dari pada pelarut organik, dan hendaknya untuk senyawa-senyawa
tertentu menggunakan pelarut sesuai dengan kepolaran pelarut yang
digunakan dan pembuatan fase mobil harus hati-hati karena sulitnya
keterulangan dalam campuran serta pelarut jangan digunakan dalam selang
yang lama) akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram.
Dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana,
cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah
untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang dipisahkan (Petrucci, 1987).
Pelarut-pelarut yang digunakan biasanya berupa campuran satu komponen
Ririn Vidiastuti
organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa-basa
atau pereaksi komplek, utk memperbesar atau mengurangi kelarutan untuk
zat-zat tertentu (Ganiswarna, 1995). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik kromatografi adalah metode (penaikan, penurunan, mendatar), macam
kertas, pemilihan dan pembuatan eluen (fase mobil), kesetimbangan dari
bejana yang dipilih, pembuatan cuplikan, waktu pengembangan, metode
deteksi dan identifikasi (Petrucci, 1987)
DETECTOR
3. 4. Detektor (Detector) .
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi,
gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi
respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap
aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu
dapat diperoleh.
Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan
range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara
luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif
jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara
lain:
Detektor Fluorometer -Detektor Spektrofotometer Massa
Detektor lonisasi nyala -Detektor Refraksi lndeks
Detektor Elektrokimia -Detektor Reaksi Kimia
Types of detector
Ion-exchange chromatography
1. elusi
2. frontal
3. pergeseran (displacement)
Analisis Kuantitatif
Yang berperan dalam proses separasi pada system HPLC adalah kolom. Ada
kolom yang digunakan untuk beberapa jenis analisa, misalnya kolom C18 yang
dapat digunakan untuk analisa carotenoid, protein, lovastatin, dan
sebagainya. Namun ada juga kolom yang khusus dibuat untuk tujuan analisa
tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat (Agilent) yang khusus digunakan
untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polysakarida). Keberhasilan proses
separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa
mobil.
Saya pernah mengalami hal ini. Ketika bermaksud ingin melihat kandungan
Lovastatin dalam suatu sample hasil fermentasi dari Monascus, sejenis
fungi, Kromatogram yang saya peroleh mengandung banyak peak yang membuat
saya kesulitan untuk menentukan yang manakah dari peak-peak tersebut yang
merupakan peak milik Lovastatin. Setelah jalan standard Lovastatin, saya
temukan satu peak pada sample yang memilki RT yang sama dengan peak pada
Standard. Awalnya saya mengira bila peak tersebut adalah peak Lovastatin,
sehingga dari sini saya menyimpulkan bahwa sample yang saya analisa betul
mengandung Lovastatin. Namun setelah saya bandingkan spektrum 3D untuk
kedua peak, ternyata keduanya memilki spektrum 3D yang berbeda. Sehingga
Ririn Vidiastuti
meskipun peak tersebut keluar pada RT yang sama dengan standard
Lovastatin, namun itu bukanlah Lovastatin karena spektrum 3D berbeda
dengan spektrum Lovastatin.
Lantas bagaimana bila sistem HLC yang digunakan tidak dapat memunculkan
spektrum 3D?
Spektrum 3D hanya dapat ditampilkan oleh HPLC yang telah menggunakan DAD
(Diode Array Detector) sebagai detektor. Sedangkan HPLC yang masih
menggunakan detektor UV tidak dapat melihat spektrum 3D. Namun, konfirmasi
masih dapat dilakukan dengan melihat spektrum UV. Prinsipnya sama. Jika
spektrum UV kedunya sama, maka keduanya adalah zat yang sama. Tapi jika
spektrum UV sample berbeda dengan standard, maka keduanya zat yang berbeda
sekalipun memiliki RT yang sama.
Hubungan Dasar
Kurva integral dihasilkan yakni area puncak dari puncak adalah sebanding
dengan jumlah komponen yang ada. Dalam kromatogram yang ideal dimana
puncak merupakan kurva Gaussian simetrik lalu ketinggian puncak akan
sebanding dengan.
Kalibrasi
Oleh karena itu kalibrasi dapat dicapai dengan menjalankan satu rangkaian
standar yang diketahui konsentrasinya dan membandingkan respon area yang
dihasilkan antara standar dan sampel.
Area dari setiiap puncak sesuai dengan komponen spesifik dalam sampel
telah terbentuk kemudian ditambahkan untuk memberi suatu total area yang
ditetapkan pada 100%. Masing-masing area komponen kemudian dinyatakan
sebagai persen dari nilai ini.
Plate theory and Rate theory are two theories that are applicable to chromatography. Plate theory describes a
chromatography system as being in equilibrium between the stationary and mobile phases. This views the
column as divided into a number of imaginary theoretical plates. This is significant because as the number of
plates in a column increases or the height equivelant theoretical plates or HETP increases, so does the
separation of components. It also provides an equation that describes the elution curve or the chromatogram of a
solute it can also be used to find the volume and the column efficiency.
The Rate theory on the other hand describes the migration of molecules in a column. This included band shape,
broadening, and the diffusion of a solute. Rate theory follows the Van Deemter equation, which is the most
appropriate for prediction of dispersion in liquid chromatography columns. It does this by taking into account
the various pathways that a sample must travel through a column. Using the Van Deemter equation, it is
possible to find the optimum velocity and and a minimunm plate height.
H=A+B u =Cu
Where:
Ririn Vidiastuti
A = Eddy-Diffusion, B = Longitudinal Diffusion, C = mass transfer, u = linear velocity
Instrumentation
This schematic is of the basic instrumentation of a liquid-solid chromatograph. The solvent inlet brings in the
mobile phase which is then pumped through the inline solvent filter and passed through the injection valve. This
is where the mobile phase will mix with the injected sample. It then gets passed through another filter and then
passed through the column where the sample will be separated into its components. The detector detects the
separation of the analytes and the recorder, or usually a computer will record this information. The sample then
goes through a backpressure filter and into waste.
A basic LC system consists of (a) a solvent inlet filter, (b) pump, (c) inline solvent filter, (d) injection valve, (e)
precolumn filter, (f) column, (g) detector, (h) recorder, (i) backpressure regulator, and a (j) waste reservoir.
Advantages / Disadvantages
Liquid-solid column chromatography is an effective separation technique when all appropriate parameters and
equipment are used. This method is especially effective when the compounds within the mixture are colored, as
this gives the scientist the ability to see the separation of the bands for the components in the sample solution.
Even if the bands are not visible, certain components can be observed by other visualization methods. One
method that may work for some compounds is irradiation with ultraviolet light. This makes it relatively easy to
collect samples one after another. However, if the components within the solution are not visible by any of these
methods, it can be difficult to determine the efficacy of the separation that was performed. In this case, separate
collections from the column are taken at specified time intervals. Since the human eye is the primary detector
for this procedure, it is most effective when the bands of the distinct compounds are visible.
Liquid-solid column chromatography is also a less expensive procedure than other methods of separation
(HPLC, GC, etc.). This is because the most basic forms of column chromatography do not require the help of
expensive machinery like high pressure solvent pumps used in HPLC. In methods besides flash
chromatography, the flow of the mobile phase, the detection of each separation band, and the collection of each
component, are all done manually by the scientist. Although this introduces many potential instances of
experimental error, this method of separation can be very effective when done correctly. Also, the glass wear
used for liquid-solid column chromatography is relatively inexpensive and readily available in many
laboratories. Burets are commonly used as the separating column, which in many cases will work just as well as
an expensive pre-prepared column. For smaller scale chromatography, Pasteur pipettes are often used.
Ririn Vidiastuti
Flash chromatography has the potential to be more costly than the previous methods of separation, especially
when sophisticated air pumps and vacuum pumps are needed. When these pieces of machinery are not needed,
however, a vacuum line can be instead connected to an aspirator2 on a water faucet. Also, home-made
pressurized air flow controllers can be made as shown previously.