Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Program Keselamatan Pasien di rumah sakit Rumah sakit


merupakan tempat yang paling kompleks, terdapat ratusan macam obat,
ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar belakang sumber
daya manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam
secara terus menerus (Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi
layanan kesehatan harus memperhatikan dan menjamin keselamatan
pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko tinggi terhadap
terjadinya incident keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan
manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling sering disebabkan oleh
kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal keselamatan, dan hal ini
disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja
(Reason, 2009).

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko.


Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien
dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial
bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of
Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a
planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the
use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya
kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis
yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan
(yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai
suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
(misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi
pasien.

Payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis


untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat
bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke
lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi
adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi
dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang
terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan
informasi antar media.

II. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan KTD ?


2. Bagaimana respon terhadap KTD ?
3. Apa itu teknologi kesehatan untuk pasien ?
4. Bagaimana penggunaan teknologi untuk meningkatkan
keselamatan pasien ?

III. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu KTD


2. Memahami respon terhadap KTD
3. Mengetahui apa itu teknologi kesehatan untuk pasien
4. Memahami penggunaan teknologi untuk meningkatkan
keselamatan pasien
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kejadian Tak Diharapkan (KTD)

Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar


menimbulkan masalah dan ancaman keselamatan pasien. Ancaman
tersebut jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara
berkelanjutan seperti terjadinya adve KTD adalah suatu kejadian
yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien (Depkes RI, 2008).

Kejadian nyaris cidera/ Near Miss adalah kejadian memberikan


tindakan atau penghilangan yang dapat membahayakan pasien tetapi
tidak terjadi bahaya disebabkan kerena keberuntungan, dibatalkan, dan
peringanan (Aspen, et al. 2004 cited in Wagner, et al 2006). Sedangkan
menurut Depkes RI (2008), kejadian nyaris cidera adalah suatu
kesalahan akibat melaksanakan suatau tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang
dapat menciderai pasien tetapi cidera tidak serius terjadi karena:

1. Keberuntungan, misalnya perawat memberikan obat kepada pasien


tanpa mengidentifikasi pasien dan obat terlebih dahulu. pasien
menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak reaksi obat.
2. Pencegahan, misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan oleh perawat, tetapi perawat lain sempat
mengidentifikasi dan membatalkan pemberian obat tersebut.
3. Peringanan, misalnya perawat tanpa melakukan identifikasi
memberikan obat dengan overdosis lethal, setelah dan diketahui
secara dini lalu diberikan antidotenya.rse events atau kejadian tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (KNC), dan kejadian
tidak cidera (KTC). (Depkes RI, 2011).
4. Dalam menjalankan perannya, perawat mungkin melakukan

Kesalahan. Nursing error adalah kegagalan merencanakan


tindakan menjadi lengkap seperti yang diharapkan atau penggunaan
rencana keperawatan yang salah untuk mencpai tujuan. (Institute of
Medicine, 1999 cit. Silveira, 2008). Kebijakan atau prosedur yang
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi, khususnya yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat, pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi pasien seperti nama pasien, nomor identitas
menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas
pasien) dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien
tidak bisa digunakan untuk identifikasi (Komisi Akreditasi Rumah
Sakit, 2012).

B. Jenis-jenis Insiden di Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan


Insiden keselamatan pasien/ patient safety incident merupakan
kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat
dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai berikut :

1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden


yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu
insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu 11 tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat
terjadi karena:
3. “keberuntungan” (misalnya pasien yang menerima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat).
4. “pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan
diberikan suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).
5. “peringanan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah
diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara
dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan
cidera yang berarti).

Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam


literatur safety management sebagai suatu kejadian yang
berhubungan dengan keamanan pasien yang berpotensi atau
mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang dapat dicegah
sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden,
2004). KNC juga diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi
menimbulkan cedera atau kesalahan, yang dapat dicegah karena
tindakan segera atau karena kebetulanm dimana hasil akhir pasien
tidak cedera (Medical Human Reseources, 2008).

KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan kejadian tidak


diharapkan, frekuensi kejadian ini tujuh sampai seratus kali lebih
sering terjadi. Data KNC harus dianalisis agar pencegahan dana
pembentukan sistem dapat dibuat sehingga cedera aktual tidak
terjadi. Sebagian besar kasus KNC memberi dampak pada pada
penyebab insiden atau proses hingga kejadian nyaris cedera itu
terjadi (Mustikawati, 2011). Terciptanya keselamatan pasien sangat
didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali inisiden
terjadi. Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit didapatkan
jika tidak didukung oleh dokumentasi yang baik (sistem
pelaporan). Hal ini dapat mengakibatkan langkah pencegahan dan
implementasi untuk perbaikan sulit dilakukan (Cahyono,2008)

Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit Standar Keselamatan


pasien berdasarkan “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang diterbitkan pada tahun 2006. Menguraikan
tentang Standar Keselamatan Pasien, yang dimana standar tersebut
terdiri dari tujuh standar, yaitu :

1. Hak pasien,

2. Mendidik pasien dan keluarga,

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan,

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien,

6. Mendidik staf 13 tentang keselamatan pasien, dan

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai


keselamatan pasien.

C. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan
pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat
dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang
terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan ini
dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang
melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi
laten akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan berupa
kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang
menyebabkan kematian atau cedera serius (sentinel). Berhenti
sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan mutu
dan keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana
melakukan suatu 20 pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga
dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak terulang
kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden keselamatan pasien
adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian penting
dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari
kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan
panduan yang ada.

Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan


pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD),
kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan
insiden dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan internal
dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien
rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan
eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-
RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan
pasien rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah
dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah
sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
D. Jenis dan Metode Pelaporan
Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti
secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan
mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di
lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan
dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam
lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit
melakukan pencatatan 21 kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit.

Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko,


salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sistem
pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien.
Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak
semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi
bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait
pelaporan insiden sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai berikut:

1. Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi


awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
2. Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat
suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan
prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada
seluruh karyawan.
3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah
terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.
4. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit
yang pertama menemukan kejadian atau yang terlibat
dalam kejadian.
5. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem
pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan
manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara
mengisi 22 formulir laporan insiden, kapan harus
melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan
dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

E. Pengertian Teknologi Keselamatan Pasien


Teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin “texere”
yang berarti menyusun atau membangun. Sehingga istilah
teknologi seharusnya tidak terbatas pada penggunaan mesin,
meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jika secara umum teknologi dibagi atas teknologi
informasi dan komunikasi, maka dalam penerapannya dalam
bidang kesehatan teknologi dijelaskan dalam teknologi kesehatan.
Menurut Feeny (1986), teknologi kesehatan didefinisikan sebagai
seperangkat teknik-teknik, obat-obatan, prosedur yang digunakan
oleh profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan medis
kepada perorangan dan pelayanan kesehatan di masyarakat. Dalam
UU RI No.39 tahun 2009 ayat (2) disebutkan bahwa teknologi
kesehatan mencakup segala metode dan yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya penyakit,
meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan,memperkecil komplikasi dan memulihkan
kesehatan setelah sakit.

Teknologi kesehatan dibagi dalam 5 kelompok sebagai


berikut :
a. Obat-obat; meliputi : bahan-bahan kimia dan subtansi
biologis yang dipakai untuk dimakan, diinjeksikan ke tubuh
manusia untuk kepentingan medis;
b. Alat-alat (device) meliputi : alat-alat khusus untuk tujuan :
diagnostik,terapi;
c. Prosedur bedah dan medis atau kombinasinya yang sering
kali sangat komplek;
d. Sistem penunjang atau support system : adalah teknologi
yang digunakan untuk memberikan pelayanan medis di rumah
sakit.;
e. Sistem organisasional, adalah teknologi yang digunakan
untuk menjamin penyampaian pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien
Adanya teknologi dibidang kesehatan memberi dampak
yang cukup besar dalam perkembangan pelayanan kesehatan
baik pada bidang kuratif maupun preventif. Dampak yang
dimaksud disini ialah teknologi dapat memudahkan dalam
penyebaran informasi kesehatan dan kemajuan dalam segi
pengobatan. Seiring dengan perkembangan zaman menuju arah
yang lebih modern maka teknolgi yang sudah ada harus terus
dikembangkan agar tetap sesuai dengan pergerakkan zaman
guna memenuhi kebutuhan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat itu sendiri.

F. Teknologi Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Telehealth
Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam
pelayanan: store forward dan real time tekhnologi.

a. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward)


misalnya : gambar yang didapatkan dari elektonik seperi
tekhnologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis untuk
diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah
pindah.Radiologi, dermatologi, patologi adalah contoh
spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan tekhnologi
ini.
b. Tekhnologi real time

Real time adalahtekhnologi yang membuat pasien dan


provider berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak alat
telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah
menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth.
Tekhnologi realtime juga dapat membuat alat untuk
menstransimisikan gambar dari tempat yng berbeda.
Misalnya kamera untuk mengobservasi keadaan klien.
Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik
audio maupun video, yang bisa digunakan dalam telehealth.

2. Electronic Health Record


Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai
pada pengelolaan informasi keuangan yang mulai
berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi
komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada
akhir era 60-an Sistim informasi rumah sakit sudah
memasukkan data tentang diagnosa serta informasi lain
dalam rencana perawatan pasien.

Tekhnologi yang digunakan dapat mengurangi kerja


dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi
serta menghemat waktu perawat. Salah satu awal program
komputer yang bagus untuk perawatan pasien adalah
Problem Oriented Medical Record Information System
(PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari
University Medical Center Burlington tahun 1968. Sistem
ini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan
kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini
menggunakan kerangka kerja POMR ( problem oriented
medical record).

Anda mungkin juga menyukai