Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kita adalah makhluk tuhan yang mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk


ciptaan yang lain karena kita diberikan akal untuk berfikir dan hati untuk mengatur
emosi kita. Pada saat kita tumbuh berkembang dari anak-anak sampai dewasa kita
mencari tempat yang baik untuk dirinya maupun anak-anaknya baik pendidikan formal
dari SD sampai tingkat lanjutan atas dan perguruan tinggi maupun pendidikan
nonformal. Usaha untuk mendapatkan pendididkan yang baik inilah yang menjadi
usaha untuk mendapatkan ilmu.
Ilmu merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan
mudah. Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat netral karena ilmu tidak
mengenal sifat baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri tetapi tergantung pada orang
yang memiliki ilmu tersebut, bagaimana dia memanfaatkan ilmu yang telah
didapatkannya dan bergunakah ilmu yang telah dipelajarinya untuk kehidupan
sosialnya. Dalam hal ini ilmu yang berkaitan dengan kegunaannya akan di bahas dalam
kajian filsafat yang ketiga yaitu aksiologi.
Ilmu telah banyak berperan dalam kehidupan manusia sehingga lebih modern
dan maju. Ilmu juga telah banyak memecahkan masalah seperti hal memberantas
penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai masalah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang
benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari ilmuwan.
Seorang ilmuwan akan berpikir secara cermat untuk menghasilkan tekonolgi. Ilmuwan
dituntut untuk bertanggung jawab pada hal seperti ini. Oleh karena itu, disini akan
dijelaskan tentang nilai kegunaan ilmu yang berisi tentang nilai dan moral, tanggung
jawab sosial keilmuwan, nuklir dan pilihan moral serta revolusi genetika.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari aksiologi ?


2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan moral ?
3. Bagaimana nuklir sebagai produk sains ditinjau dari pilihan moral ?
4. Bagaimana pengaruh revolusi genetika terhadap tanggung jawab moral dan
sosial ilmuwan ?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu oleh
dosen Dra. Siti Hajar, MS, Ph. D. Dan tujuan dari perumusan masalah dari makalah
ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengertian dari aksiologi.


2. Memahami hubungan antara ilmu dan moral.
3. Memahami nuklir sebagai produk sains yang ditinjau dari moral.
4. Mendeskripsikan pengaruh revolusi genetika terhadap tanggung jawab moral
dan sosial ilmuwan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKSIOLOGI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu diartikan sebagai pengetahuan


tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem atau berhubungan menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu pula. Dalam aksiologi, hal yang paling dipermasalahkan ialah nilai. Disini
nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan sebagai
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Teori tentang nilai dalam filsafat
dibagi menjadi permasalahan etika dan estetika.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang
benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si
ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah
“dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan
tanggung jawab moral. Pernyataan di sekitar batas wewenang penjelajahan sains,
kaitan ilmu dengan moral, nilai yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung
jawab sosial ilmuan telah menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat
penting. Karena itu, salah satu aspek pembahasan integrasi keilmuan ialah aksiologi
ilmu.
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan
beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono, dalam Surajiyo,
aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.

3
2.2 HUBUNGAN ILMU DENGAN MORAL

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji


secara terbuka oleh masyarakat. Jikalau hasil penemuan perseorangan tersebut
memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan diterima sebagai bagian dari
kumpulan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan dalam masyarakat.
Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran,
diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka
masalah
moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Pada kenyataan
sekarang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat tergantung kepada
ilmu dan teknologi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka pemenuhan kebutuhan
hidup manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan
diciptakannya peralatan teknologi dibidang kesehatan, transportasi, pendidikan dan
komunikasi, maka mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaan untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun dalam kenyataan apakah ilmu selalu
merupakan berkah, terbebas dari hal-hal negatif yang membawa malapetaka dan
kesengsaraan?
Pada dasarnya perkembangan ilmu tidak terlepas dari berbagai masalah moral.
Ketika seorang ahli Copernicus mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam yang
menerangkan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” hal ini
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agama, maka timbullah interaksi antara
ilmu dan moral yang bersumber pada ajaran agama. Galileo Galilei pun juga
berpendapat demikian. Hal ini menyebabkan pengadilan agama memaksa ahli
tersebut untuk mencabut pernyataannya ataupun mendapat hukuman mati.
Dengan adanya kebebasan untuk mengembangkan ilmu secara luas, muncullah
konsep – konsep ilmiah yang cenderung abstrak sehingga berubah menjadi bentuk
konkret yang berupa teknologi. Teknolgi disini ialah penerapan ilmu untuk
memecahkan masalah. Teknologi bukan hanya untuk mempelajari dan memahami
berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi juga untuk
mengontrol dan mengarahkannya. Hal ini merupakan akhir dari ketersinggungan ilmu
dengan moral.

4
Dalam perkembangan selanjutnya ilmu dan teknologi tidak selamanya berjalan
sesuai dengan yang diharapkan yaitu dalam rangka mensejahterakan kehidupan
manusia. Masalah teknologi telah mengakibatkan proses dehumanisasi. Dari
perkembangan ilmu dan teknologi dihadapkan dengan moral, para ilmuwan terbagi
ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi
kenetralan ilmu secara total seperti pada era Galileo sedangkan golongan kedua
mencoba menyesuaikan kenetralan ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan
ilmu dan masyarakat. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal
yakni:
(1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang
dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-
teknologi keilmuan;
(2) Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan
lebih mengatahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi
penyalagunaan; dan
(3) Ilmu telah berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa
ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada
kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial (social engineering).
Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat
atau mengubah hakikat kemanusiaan.

2.3 NUKLIR SEBAGAI SAINS DITINJAU DARI MORAL

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil


penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain. Para ilmuwan bersifat
netral pada hal kemanusiaan. Mereka tegak dan bersuara sekiranya kemanusiaan
memerlukan mereka. Suara para ilmuwan bersifat universal untuk mengatasi
golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan rintangan lainnya yang bersifat sosial.
Salah satu musuh manusia adalah peperangan yang akan menyebabkan kehancuran,
pembunuhan, kesengsaraan, peperangan merupakan fakta dari sejarah. Tugas para
ilmuwan ialah untuk mengecilkan atau menghilangkan terjadi peperangan walaupun
hal ini sangat mustahil. Tetapi, seorang ilmuwan Einstein tak jemu menyerukan agar
manusia menghentikan peperangan.
5
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk
kemaslahatan kemanusiaan, atau sebaliknya disalahgunakan. Seorang ilmuwan tidak
boleh menyembunyikan hasil penemuan – penemuannya dalam bentuk apapun dari
masyarakat luas serta apapun juga yang akan menjadi konsekuensinya. Seorang
ilmuwan yang berlandaskan moral akan memilih untuk membuktikan bahwa generasi
muda kita berkesadaran tinggi atau membuktikan bahwa hasil pembangunan itu
efektif maka dalam penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri dari
semua keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Kenetralan
dalam ilmu menjadikannya bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan
ilmiah. Kemanusiaan seorang ilmuwan tidak terlepas oleh ruang bahkan waktu.
Penemuan yang kurang relevan dan tidak gunanya hari ini akan menjadi batu loncatan
menuju masa depan.
Kenetralan dalam proses penemuan para ilmuwan yang mengharuskan ilmuwan
bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan. Jika ilmu
pengetahuan dipergunakan tidak sebagaimana mestinya maka akan timbul kutukan
dan ilmuwan harus tampil ke depan serta harus bersikap.

2.4 PENGARUH REVOLUSI GENETIKA

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dalam bidang kimi dan fisik membawa
manfaat yang banyak bagi kehidupan manusia. Namun disamping manfaat positif
muncul pula penyalagunaan kemajuan ilmu kimia dan fisika sehingga menimbulkan
malapetaka. Perang Dunia I yang menghadirkan bom biologis dan Perang Dunia II
memunculkan bom atom merupakan dampak negatif penyalagunaan ilmu dan
teknologi. Ilmu dalam persfektif sejarah kemanusiaan mempunyai puncak
kecemerlangan masing- masing, namun seperti kotak Pandora yang terbuka
kecemerlangan itu membawa malapetaka. Perang Dunia I menghadiahkan bom kuman
yang menjadi kutukan ilmu kimia dan Perang Dunia II muncul bom atom produk
fisika, dan kutukan apa yang akan dibawa oleh revolusi genetika.
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia
sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu
sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah
yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu sudah banyak sekali, namun penelaahan
penelaahan ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak
6
membidik secara langsung manusia sebagai obyek penelaahan. Artinya, jika kita
mengadakan penelaahan mengenai jantung manusia, maka hal ini dimaksudkan untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan penyakit jantung. Atau
dengan perkataan lain, upaya kita diarahkan dalam mengembangkan pengetahuan
yang memungkinkan kita dapat mengetahui segenap proses yang berkaitan dengan
jantung, dan di atas pengetahuan itu dikembangkan teknologi yang berupa alat yang
memberi kemudahan bagi kita untuk menghadapi gangguan-gangguan jantung.
Dengan penelitian genetika ini menjadi sangat lain kita tidak lagi menelaah
organ-organ manusia melainkan manusia itu sendiri yang menjadi objek penelitian
yang menghasilkan bukan lagi tekhnologi yang memberikan kemudahan melainkan
teknologi yang mengubah manusia itu sendiri, apakah perubahan itu akan dibenarkan
dengan moral, yaitu sikap yang sudah dimiliki seorang ilmuan?
Jawabannya yaitu tinggal dikembalikan lagi kepada hakikat manusia itu sendiri,
karena sudah kita ketahui bahwa ilmu itu berfungsi sebagai pengetahuan yang
membantu dalam mencapai tujuan hidupnya, tujuan hidup ini berkaitan erat dengan
hakikat kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom dan terlepas dari kajian dan pengaruh
ilmiah.
Rekayasa yang cenderung menimbulkan gejala anti kemanusiaan
(dehumanisme) dan mengubah hakikat kemanusiaan menimbulkan pertanyaan
disekitar batas dan wewenag penjelajahan sains, disamping tanggung jawab dan moral
ilmuwan. Jika sains melakukan telaahan terhadap organ tubuh manusia, seperti jantung
dan ginjal barangkali hal itu tidak menjadi masalah terutama jika kajian itu bermuara
pada penciptaan teknologi yang dapat merawat atau membantu fungsi- fungsi organ
tubuh manusia. Tapi jika sains mencoba mengkaji hakikat manusia dan cenderung
mengubah proses penciptaan manusia seperti kasus dalam kloning hal inilah yang
menimbulkan pertanyaan disekitar batas dan wewenag penjelajahan sains. yang jadi
pertanyaan sekarang sejauh mana penjelajahan sains dan teknologi?
Berkaitan dengan pertanyaan di atas dimana kaitan ilmu dengan moral, nilai
yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuwan telah
menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting karena itu salah satu
aspek pembahasan mendasar dalam integrasi keilmuan adalah aksiologi yang
sebelumnya telah dibahas.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai


dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Dalam menggunakan ilmu kita
harus menggunakannya untuk kepentingan bersama karena ilmu merupakan alat
untuk meningkatkan taraf hidup dan bermanfaat bagi setiap orang apabila ilmu yang
kita dapat digunakan berdasarkan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. Maka
dari itu kegunaan dan manfaat dari ilmu itu sendiri dikaji dalam aksiologi. Dimana,
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Ilmu
menghasilkan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat.
Teknologi dalam perkembangannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi
manusia, tetapi juga dapat menjadi bencana bagi manusia.

3.2 SARAN

Dewasa ini teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat. Manusia
telah menerapkan keduanya delam kehidupannya sehari – hari. Namun, manusia juga
masih banyak menggunakan teknologi dan pengetahuan secara menyimpang maka hal
ini yang menyebabkan bencana pada manusia itu sendiri.
Dengan didukung oleh teknologi yang modern dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat seharusnya manusia memanfaatkan hal tersebut sebaik
mungkin. Manusia dapat berpikir kreatif agar memperoleh sesuatu yang diharapkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2017.

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologi

https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pengertian-aksiologi-dan-aspek-aspek-
serta-isu-aksiologi/

https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91c3df5/filsafat-
aksiologi

https://ilmufilsafat.wordpress.com/2012/05/21/hubungan-ilmu-dan-moral/

https://id.wikipedia.org/wiki/Moral

https://www.kompasiana.com/wildensyah/550045a6a333115373510582/moral-dan-
ilmu-pengetahuan

https://pengetahuan-inspiratif-hidup.blogspot.com/2016/02/nilai-kegunaan-ilmu-
revolusi-genetika.html

Anda mungkin juga menyukai