Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Meningitis Tuberkulosis

Disusun Oleh :
Nanda Nurdara Tahara
1102012189

Pembimbing :
dr. Nino Widjayanto, Sp. S

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta Utara
Periode 24 Juni – 27 Juli 2019
STATUS NEUROLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
a) Nama : Tn. A
b) Umur : 41 Tahun
c) Jenis Kelamin : Laki - Laki
d) Alamat : Jl. Rawabinangun 1
e) Status Pernikahan : Menikah
f) Status Pendidikan : SMP
g) Suku :-
h) Agama : Islam
i) No. RM : 00223968
j) Tanggal Masuk : 30 Juni 2019

II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara alloanamnesis dengan istri pasien pada hari Rabu tanggal 3 Juli 2019 di
Bangsal Neuro Lantai 6 Selatan RSUD Koja

a) Keluhan Utama

Nyeri kepala hebat sejak 1 minggu SMRS

b) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 1 minggu SMRS. Nyeri
kepala makin lama makin memberat dan dirasa seperti di ikat dan dipukul, menjalar
dari kepala atas ke bawah sampai ke pundak. Sakit kepala dirasa pasien hilang timbul,
dan pasien merasa kaku dan sakit saat menggerakan lehernya seperti menunduk.
Keluhan nyeri kepala disertai demam yang mendadak tinggi, pasien dibawah ke Rumah
Sakit oleh istrinya karena nyeri kepala hebat yang membuat pasien gelisah dan
mengamuk-ngamuk sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien memiliki penurunan nafsu
makan, menurut keterangan istri pasien tidak ada keluhan mual dan muntah serta
penurunan kesadaran ataupun kelemahan anggota gerak disangkal, akan tetapi pasien
sulit diajak berkomunikasi dan cenderung tidak nyambung jika diajak bicara.

Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien telah menjalani operasi TB
kelenjar di RSUD Tugu, pasien sempat mendapat pengobatan TB paru yang sudah
berjalan selama 1 tahun, akan tetapi pasien sempat putus obat dan hanya mengkonsumsi
obat TB selama 4 bulan karena pasien merasa sudah sembuh dan keluhan yang
dirasakan pasien sudah berkurang.
Sebelumnya pasien tidak pernah mempunyai keluhan seperti ini. Sebelum
datang ke RSUD Koja, pasien belum berobat kemanapun dan hanya mengkonsumsi
obat-obatan warung untuk meredakan sakit kepalanya.

c) Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit
kencing manis, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung disangkal.

d) Riwayat Pribadi

Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi rokok kretek sebanyak 1


bungkus dalam 1 hari. Kebiasaan merokok sudah dilakukan oleh suaminya sejak
masih muda.

e) Riwayat Keluarga

HUBUNGAN JENIS USIA STATUS PENYAKIT


DGN KELAMIN
KELUARGA
Istri Perempuan 40 tahun Hidup Hipertensi,
kolestrol
Anak Pertama Perempuan 18 tahun Hidup Tidak ada
Anak Kedua Perempuan 15 tahun Hidup Tidak ada

f) Riwayat Sosial
Keseharian pasien bekerja sebagai buruh bangunan, dan tinggal Bersama
seorang istri dan dua orang anak perempuan.

III. OBJEKTIF
A. Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 130/100 mmHg
2. Nadi : 80 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 38 C
iii. Berat Badan : 40 Kg
iv. Tinggi Badan : 160 cm
v. Status Gizi : 15,625 (berat badan kurang)
vi. Kepala : normochepal, warna rambut hitam, tidak mudah
dicabut, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
vii. Leher :
viii. Thorax
1. Jantung :
Inspeksi : iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula
sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula
sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis
dextra
Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis
sinistra
Auskultasi : BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)

2. Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : tidak dapat dilakukan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

ix. Abdomen

Inspeksi : bentuk datar


Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada

x. Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

B. Status Psikis (MMSE)


C. Status Neurologis
i. Glasgow Coma Scale : E: 4 M:6 V:5 (15)
ii. Tanda Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : POSITIF
2. Laseque : NEGATIF
3. Kernig : NEGATIF
4. Brudzinsky I : POSITIF
5. Brudzinsky II : NEGATIF
iii. Nervi Cranialis
a) Nervus I (Olfactory nerve)
KANAN KIRI
Penghidu SULIT DINILAI SULIT DINILAI

b) Nervus II (Optic nerve)


KANAN KIRI
Visus
Pengenalan Warna TIDAK ADA KELAINAN TIDAK ADA KELAINAN
Lapang Pandang TIDAK ADA KELAINAN TIDAK ADA KELAINAN
Ukuran pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Kesamaan pupil Isokor Isokor
Refleks cahaya Langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +

c) Nervus III, IV, VI (Oculomotor, Trochler, Abducens nerve)


KANAN KIRI
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerak Mata Normal Normal

Sela Mata 1 cm 1 cm
Strabismus Negatif Negatif
Diplopia Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
Eksoftalmus Negatif Negatif

d) Nervus V (Tigeminal nerve)


KANAN KIRI
Sensibilitas muka SIMETRIS SIMETRIS
Atas
Tengah
Bawah
Menggigit SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Membuka mulut SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Mengunyah SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Reflex kornea SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Reflex bersin SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Jaw-jerk test SULIT DINILAI SULIT DINILAI

e) Nervus VII (Facial nerve)

KANAN KIRI
Mengerutkan dahi SIMETRIS SIMETRIS
Menutup mata SIMETRIS SIMETRIS
Memperlihatkan gigi SIMETRIS SIMETRIS
Lekukan nasolabialis SIMETRIS SIMETRIS
Mencembungkan pipi SIMETRIS SIMETRIS
Daya kecap lidah 2/3 depan SULIT DINILAI SULIT DINILAI

f) Nervus VIII (Vestibulocochlear nerve)

KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Mendengar detik arloji SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Test Rinne SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Test Weber SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Test Schwabach SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Kesan SULIT DINILAI SULIT DINILAI

g) N. IX (Glossopharyngeal nerve) dan N X (Vagus Nerve)


1) Arkus faring : SIMETRIS
2) Daya kecap lidah 1/3 belakang : SULIT DINILAI
3) Refleks muntah : SULIT DINILAI
4) Fonasi : SULIT DINILAI

h) Nervus XI (Accessory nerve)

KANAN KIRI
Memalingkan kepala SULIT DINILAI SULIT DINILAI
Mengangkat bahu SULIT DINILAI SULIT DINILAI

i) Nervus XII (Hypoglossal nerve)

1) Tremor : SULIT DINILAI


2) Fasikulasi : SULIT DINILAI
3) Atrofi papil lidah : SULIT DINILAI
4) Pergerakan lidah : SULIT DINILAI
5) Artikulasi : SULIT DINILAI

iv. Sistem Motorik

Anggota Gerak Atas


KANAN KIRI
Tremor NEGATIF NEGATIF
Fasikulasi NEGATIF NEGATIF
Trofi TIDAK TIDAK
DILAKUKAN DILAKUKAN
Gerakan involunter NEGATIF NEGATIF
Tonus otot
Kekuatan otot 5555 5555

Anggota Gerak Bawah


KANAN KIRI
Tremor NEGATIF NEGATIF
Fasikulasi NEGATIF NEGATIF
Trofi TIDAK DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
Gerakan involunter NEGATIF NEGATIF
Tonus otot NORMOTONUS NORMOTONUS
Kekuatan otot 5555 5555

v. Sistem Sensorik

SENSIBILITAS TANGAN KAKI


Kanan Kiri Kanan Kiri
Taktil SULIT DINILAI SULIT DINILAI SULIT SULIT DINILAI
DINILAI
Nyeri SULIT DINILAI SULIT DINILAI SULIT SULIT DINILAI
DINILAI
Suhu SULIT DINILAI SULIT DINILAI SULIT SULIT DINILAI
DINILAI
Vibrasi SULIT DINILAI SULIT DINILAI SULIT SULIT DINILAI
DINILAI
Diskriminasi 2 SULIT DINILAI SULIT DINILAI SULIT SULIT DINILAI
titik DINILAI

vi. Refleks Fisiologis

REFLEKS KANAN KIRI


Biceps reflex POSITIF POSITIF
Triceps reflex POSITIF POSITIF
Knee patela reflex POSITIF POSITIF
Archilles reflex POSITIF POSITIF
Refleks kulit perut POSITIF POSITIF

vii. Refleks Patologis

REFLEKS KANAN KIRI


Hoffman reflex NEGATIF NEGATIF
Trommer refleks NEGATIF NEGATIF
Babinsky reflex NEGATIF NEGATIF
Chaddock reflex NEGATIF NEGATIF
Oppenheim reflex NEGATIF NEGATIF
Schaeffer reflex NEGATIF NEGATIF
Gordon reflex NEGATIF NEGATIF
Mendel reflex NEGATIF NEGATIF
Rossolimo reflex NEGATIF NEGATIF

viii. Klonus
KANAN KIRI
Patella NEGATIF NEGATIF
Archilles NEGATIF NEGATIF

ix. Fungsi Cerebellum


1. Cara Berjalan : SULIT DINILAI
2. Test Romberg : SULIT DINILAI
3. Ataksi : SULIT DINILAI
4. Rebound Fenomen : SULIT DINILAI
5. Dismetri
i. Tes telunjuk-hidung: SULIT DINILAI
ii. Tes tumit-lutut : SULIT DINILAI
6. Disdiadokhokinesis : SULIT DINILAI

x. Gerakan-gerakan abnormal
1. Tremor : NEGATIF
2. Athetose : NEGATIF
3. Mioklonik : NEGATIF
4. Chorea : NEGATIF

xi. Alat vegetatif


1. Miksi : NORMAL
2. Defekasi : NORMAL
3. Refleks anal : TIDAK DILAKUKAN
4. Refleks kremaster : TIDAK DILAKUKAN
5. Refleks bulbokavernosa : TIDAK DILAKUKAN

xii. Fungsi Luhur


1. Orientasi : Tempat : NORMAL Waktu : NORMAL
Orang : NORMAL Situasi : NORMAL
2. Afasia : Negatif

D. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Darah rutin
Hemoglobin 13,3 g/dL 13,5 – 18,0
Leukosit 11,90 x 10^3/uL 4,00 -10,50
Hematokrit 40.2 % 42,0 – 52,0
Trombosit 480x 10^3/uL 163 – 337

ii. Foto Rontgen


iii. CT Scan
V. RINGKASAN

Tn. A usia 41 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 1 minggu
SMRS. Nyeri kepala makin lama makin memberat dan dirasa seperti di ikat dan
dipukul, menjalar dari kepala atas ke bawah sampai ke pundak. Keluhan nyeri kepala
disertai demam mendadak tinggi yang membuat pasien gelisah dan mengamuk-ngamuk
sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien memiliki penurunan nafsu makan, tidak ada
keluhan mual dan muntah serta penurunan kesadaran ataupun kelemahan anggota gerak
disangkal. Pasien sulit diajak berkomunikasi dan cenderung tidak nyambung jika diajak
bicara. Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien telah menjalani operasi TB
kelenjar di RSUD Tugu, pasien sempat mendapat pengobatan TB paru tidak tuntas dan
hanya mengkonsumsi obat TB selama 4 bulan karena pasien merasa sudah sembuh dan
keluhan yang dirasakan pasien sudah berkurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk dan brudzinsky I positif, hasil
laboratorium Leukosit 11,90 x 10^3/uL, Hematokrit 40.2 % dan Trombosit 480x
10^3/uL

VI. ASSESMENT

a. Diagnosis 1

i. Diagnosis Klinis : Meningitis

ii. Diagnosis Topis : Selaput meningen

iii. Diagnosis Etiologis : Mycobacterium Tuberculosa DD Hidrocephalus Akut

iv. Diagnosis Patologis :

b. Diagnosis 2 : TB Paru

VII. PLANNING

a. Diagnostik : Lumbal Pungsi, Konsul Spesialis Paru

b. Terapi :
Inf NaCL 0,9 %
Paracetamol 3 x 1gr iv
Deksametason 4 x 5mg iv
Ceftriakson 2x2gr iv

c. Monitoring :
TTV
Defisit Neurologis
d. Edukasi

- Minum obat TB teratur dan sampai tuntas sesuai dengan arahan dokter
- Menjelaskan ke pasien bahwa TB paru dapat menyebar dan menimbulkan gejala yang
banyak salah satunya itu meningitis yang disebabkan oleh bakteri M. Tuberculosis

VIII. PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad malam
c. Ad functionam : dubia ad bonam

Jakarta, …………………...... 2018


Dokter muda,

(......………………………………)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu
Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang lain.1

2.2 Epidemiologi

Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan mortalitas


penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB terjadi setiap 300 TB
primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990 morbiditas meningitis TB 6,2%
dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB sebanding dengan TB primer, umumnya
bergantung pada status sosio-ekonomi, higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik
yang menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi TB
adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan
diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada usia dibawah
6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.5

2.3 Anatomi Fisiologi3

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal.
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

 Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini.
 Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
 Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat.
3.4 Etiologi8

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri,


jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :

1. Bakteri:
 Pneumococcus
 Meningococcus
 Haemophilus influenza
 Staphylococcus
 Escherichia coli
 Salmonella
 Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
 Enterovirus
3. Jamur :
 Cryptococcus neoformans
 Coccidioides immitris

Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.

3.5 Patogenesis

Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke meningen. Dalam


perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak atau meningen
akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran secara
hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan. Selanjutnya
meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa (lesi permulaan
di otak) akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang subarakhnoid.
Meningitis TB biasanya terjadi 3–6 bulan setelah infeksi primer.5

Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi6

Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa


BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi
Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun



Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS

3.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor


yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi yang
ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu
beberapa minggu.5

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s dan
Brudzinsky positif.8
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.8

Gejala meningitis meliputi :8

 Gejala infeksi akut


 Panas
 Nafsu makan tidak ada
 Lesu
 Gejala kenaikan tekanan intracranial
 Kesadaran menurun
 Kejang-kejang
 Gejala rangsangan meningeal
 kaku kuduk
 Kernig
 Brudzinky I dan II positif

Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :2

Stadium I : Stadium awal


 Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam,
anoreksia
Stadium II : Intermediate
 Gejala menjadi lebih jelas
 Mengantuk, kejang,
 Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial(terutama N.III dan N.VII,
gerakan involunter
 Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
 Penurunan kesadaran
 Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi

3.7 Diagnosis

Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :8

1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan penderita TB


2. Lumbal pungsi

Gambaran LCS pada meningitis TB :

 Warna jernih / xantokrom


 Jumlah Sel meningkat MN > PMN
 Limfositer
 Protein meningkat
 Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah
Pemeriksaan tambahan lainnya :
 Tes Tuberkulin
 Ziehl-Neelsen ( ZN )
 PCR ( Polymerase Chain Reaction )

2. Rontgen thorax
 TB apex paru
 TB milier
3. CT scan otak
 Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
 Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
 Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex.
Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif
hanya pada kira-kira setengah dari penderita

3.8 Penatalaksanaan8
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :
 Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
 INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
 Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
 Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
 Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS

Nama Obat DOSIS

INH Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari Anak : 20 mg/kgBB/hari


+ piridoksin 50 mg/hari

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama


Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20


mh/kgBB/hari
3.9 Prognosis

Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung : 6

o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.

3.10 Kesimpulan

Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena


morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi
penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah
karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya
sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid.

Meningitis tuberculosa adalah penyulit dari tuberkulosa yang mempunyai morbiditas


dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh karena itu penyakit ini memerlukan
diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang cepat, tepat dan rasional.8

Anda mungkin juga menyukai