Sinus parasanalis
Fungsi :
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi
2. Meringankan berat tulang tengkorak
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonasi
Faring
Menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut
Laring
1. Untuk membentuk suara
2. Sebagai poteksi jalan nafas bawah dari benda asing
3. Untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk
HistologiSistemSaluranPernapasanAtas
I. HIDUNG
Ronggahidungdilapisiolehmukosa yang
secarahistologikdanfungsionaldibagiatasmukosapernapasan (mukosarespiratori)
danmukosapenghidu
(mukosaolfaktorius).Mukosapernapasanterdapatpadasebagianbesarronggahidungdanperm
ukaannyadilapisiolehepiteltorakberlapissemu yang mempunyaisilia (ciliated
1
pseudostratifiedcollumner epithelium) dandiantaranyaterdapatsel-sel goblet.
Mukosaolfaktoriusdankonka superior,
yaitusalahsatusekatbertulangdalamronnggahidung.Epitelolfaktoriusdikhususkanuntukmen
erimarangsang baud ankarenanya, berbedadenganepitelrespiratorius;
epiteliniadalahbertingkatsemusilindristinggitanpasel goblet. Epitelolfaktoriusterdapat di
ronggahidung, padakeduasisi septum, dan di dalamkonka nasal superior.6
Dibawah lamina propriaterdapatkelenjarolfaktoristubuloasinar (kelenjar
Bowman).Kelenjarinimenghasilkan secret serosa, berbedadengansekretcampurmukosadan
serosa yang dihasilkankelenjar di bagian lain rongga hidung.6
II. FARING
III. LARING
Referensi:
Antara pilek alergi dan pilek non alergi memiliki perbedaan pada faktor yang
menyebabkannya yaitu :
- Debu
- Makanan
- Cuaca
-Ketidakseimbangan hormon
-Stress
-Obat-obatan
ETIOLOGI PILEK
Pilek terjadi saat selaput lendir pada hidung yang terkena iritasi atau radang akan
memproduksi lebih banyak lendir dan mengembang, sehingga hidung menjadi tersumbat dan
pernafasan jadi sulit (Admin, 2011).
Mekanisme pilek
• Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan
ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells (APC).
• Setelah alergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen dipresentasikan ke sel
Th. Sel APC melalui penglepasan interleukin I (II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan
Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi
menjadi sel plasthma dan membentuk IgE.
• IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada
dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki
reseptor untuk IgE. Sel eosinofil, makrofag dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi
dengan afinitas yang lemah.
• Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen
yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil. Ikatan
tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang
menurunkan kadar cAMP.
• Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses degranulasi sel ini
yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul
(preformed) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil
Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang
segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh
histamin.
• Histamin menyebabkan Vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler & permeabilitas, sekresi mukus
• Sekresi mukus yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek
5. penyakit apa yang disebabkan pilek alergi dan non alergi ?
http://www.sridianti.com/cara-penularan-penyakit-influenza.html
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis alergi yang khas
ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang
encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai
dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat
merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien (Irawati,
Kasakayan, Rusmono, 2008). Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta
onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter
sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan
dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau
lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus
encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan
positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).
Dari skenario, keluhan yang dirasakan oleh pasien yakni bersin, sesak nafas,
hidung dan mata terasa berair dan gatal. Dan pasien mengalami keluhan tersebut
selama 3 minggu. Walaupun pasien bersangkutan telah berobat, masih tidak
merasakan perubahan yang signifikan. Pasien tidak mengalami demam, dan dari
hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami konjungtivitis, faring tidak hiperemis
dan tonsil tidak membesar.
Dari keluhan pasien, saya telah mencari dari sumber yang telah dianjurkan,
penyakit yang memungkinkan yakni rhinusitis alergi.
Setelah saya membaca, penyakit rhinusitis ini gejala nya dirasakan paling
sebentar yakni 4 hari dalam seminggu, dan 4 minggu dirasakan oleh
penderitanya. Kemungkinan ini berkaitan dengan pasien di skeniaro yang
mengalami gejala selama 3 minggu, dan gejala-gejala lain juga didapat kan
seperti bersin, hidung tersumbat dan gatal, mataberair dan gatal. Dari sumber
yang saya baca rhinusitis ini tidak mengalami demam pada penderita nya, dan
konjungtiva mengalami gangguan atau yang biasa disebut “konjungtivitis”.
Mungkin konjungtivitis mendekati dari keluhan yang di derita pasien, tetapi
gejala lain timbul, seperti demam akan di derita oleh pasien pada rhinosinusitis
akut. Dan keluhan pasien seperti mata berair dan gatal tidak ditemukan pada
gejala yang dikeluhkan oleh pasien pada skenario.