Anda di halaman 1dari 13

MAHKAMAH KONSTIRUSI

REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2019

PERIHAL
PENGUJIAN MATERIL
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009
PASAL 359 AYAT (1) DAN AYAT (2) TENTANG PENERBANGAN
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

ACARA
PEMBACAAN PERMOHONAN

JAKARTA
Kamis, 5 DESEMBER 2019
MAHKAMAH KONSTIRUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2019

PERIHAL

Pengujian Materil Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PEMOHON
1. Ahmad Nasrullah,S.Pd.
2. Eko Saputro
3. Humairah,S.E.

ACARA
Pembacaan Permohonan

Kamis, 5 Desember 2019, Pukul 10.00-11.00 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah
Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN
1) ARIF (Ketua)
2) MUHAMMAD FAJRI (Anggota)
3) FELIA HERMAYENTI (Anggota)
4) SITI THAZKIYA (Anggota)
5) SAUFA ATIKA ULYA (Anggota)
6) HANAFI (Anggota)
7) DHIYAUL OKASHA RAFIFA (Anggota)
8) RAHMATUL NIDIRA (Anggota)
9) SALSA DWIYANA (Anggota)

Azhari Ramadhan Panitera Pengganti


Pihak yang hadir :

A. Kuasa Hukum Pemohon


1. Haykal, S.H.,M.H.
2. Laila Mustika, S.H.,M.H.

B. Pemerintah
1. Amanda Inezsia, S.H.,M.H. (Staf Khusus Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia)
2. Nesya Rayhana Putri,S.H.,M.H. (Staf Khusus Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia)

C. DPR RI
1. Ilham Hudi, S.H.,LL.M
2. Hamizah Auliana,S.H.,LL.M
1. PANITERA (AZHARI RAMADHAN)

Mohon perhatian, sidang dengan Nomor Perkara 25/PUU-X/2019 akan segera


dimulai. Kepada para pemohon dan/atau kuasanya dan termohon dan/atau kuasanya
disilahkan memasuki ruang persidangan. (Setelah para pihak memasuki ruang
persidangan)

Hadirin dimohon berdiri, Yang Mulia Majelis Hakim Konstirusi memasuki ruang
persidangan. (Setelah Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Duduk) Hadirin disilahkan
duduk kembali.

2. KETUA (ARIF)

Sidang dengan No. Perkara 25/PUU-X/2019 dibuka dan dinyatakan terbuka


untuk umum.
KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr.wb. Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan


Rahayu. Baik, agenda sidang kita hari ini adalah pembacaan permohonan oleh
Pemohon atau kuasanya.

Sebelumnya, disilahkan kepada Pemohon untuk memperkenalkan diri, siapa


saja yang hadir dalam persidangan ini?

3. PEMOHON/KUASA HUKUM (HAYKAL)

Terima kasih Yang Mulia,

Assalamualaikum wr.wb., Om swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan


Rahayu. Kami dari Para Pemohon. Perkenalkan saya sendiri Haykal sebagai Kuasa
Hukum Pemohn, Disebelah kiri saya ada Laila Mustika sebagai Kuasa Hukum
Pemohon. Selanjutnya ada Ahmad Nasrullah,S.Pd. sebagai Pemohon I; Eko Saputro
sebagai Pemohon II; Humairah, S.E. sebagai Pemohon III. Dan dalam sidang ini
Pemohon Prinsipal menitipkan salam kepada kami sebagai Kuasa Hukumnya kepada
Mahkamah serta kepada seluruh pengunjung sidang pada hari ini karena tidak
berkesempatan hadir bersama kita dalam persidangan hari ini Yang Mulia.
4. KETUA (ARIF)

Baik, selanjutnya dari DPR RI, silahkan memperkenalkan diri dan siapa saja
yang hadir dalam persidangan ini ?

5. DPR RI (ILHAM)

Terima kasih Yang Mulia,

Assalamualaikum wr.wb. Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan


Rahayu. Kami dari DPR RI, perkenalkan saya sendiri Ilham Hudi dan rekan saya
Hamizah Auliana , Kami dari Komisi III DPR RI. Terima Kasih, Yang Mulia.

6. KETUA (ARIF)

Ya, selanjutnya Kuasa Presiden?

7. PEMERINTAH (AMANDA)

Terima kasih Yang Mulia,

Assalamualaikum wr.wb. Selamat PagI, Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam


Kebajikan Rahayu. Kami dari Pemerintah, Perkenalkan saya sendiri Amanda Inezsia
dan rekan saya Nessya Rayhana Putri. Kami dari Staf Khusus Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Demikian, Yang Mulia, terima kasih.

8. KETUA (ARIF)

Baik. Kalau begitu langsung saja kepada Kuasa Pemohon untuk membacakan
pokok-pokok permohonannya. Silahkan!

9. KUASA HUKUM PEMOHON (HAYKAL)


Terima kasih, Yang mulia.
Assalamualaikum wr.wb. Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan
Rahayu.
Permohonan Pengujian Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 359 ayat
(1) dan ayat (2) tentang Penerbangan terhadap Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta, 19 November 2019, Kepada Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia.
Dengan hormat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus dari para Pemohon
menguasakan kepada kami untuk mendampingi dan mewakili para Pemohon dalam
seluruh rangkaian pemeriksaan di Mahkamah Konstitusi, baik secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Para Pemohon.
Selanjutnya Kepada Yang Mulia, Kami minta izin untuk tidak memabacakan
Kewenangan mahkamah?

10. KETUA (ARIF)


Ya, Silahkan untuk tidak dibacakan

11. KUASA HUKUM PEMOHON (HAYKAL)


Terima kasih Yang Mulia
Kami akan lanjutkan, dalam UUD NRI Tahun 1945 tepatnya pada pasal 28C
ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28F, menjamin hak setiap orang sebagai warga
negara yang mana :

a. Pasal 28C ayat (2) yang berbunyi :


“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya”
b. Pasal 28D Ayat (1) yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”
c. Pasal 28F yang berbunyi :
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”
Jika kita lihat, Para Pemohon sendiri terdiri dari perwakilan keluarga korban
yang meninggal atas jatuhnya pesawat milik PT. Lion Mentari Airlines dengan nomor
penerbangan JT-610 yang terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang dan Jatuh di
sekitaran Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada Senin, 29 Oktober 2018.
Adapun Para Pemohon yaitu :
1) Bahwa Pemohon I adalah keluarga dari korban yang merasa dirugikan hak
konstitusionalnya selaku Paman dari korban yang dalam hal ini
memperjuagkan hak-hak korban atas kecelakaan yang dialami oleh korban
karena berlakunya undang-undang a quo.
2) Bahwa Pemohon II adalah keluarga dari korban yang merasa dirugikan hak
konstitusionalnya selaku Ayah dari korban yang tidak dapat mencari keadilan
karena berlakunya undang-undang a quo.
3) Bahwa Pemohon III adalah keluarga dari korban yang merasa dirugikan hak
konstitusionalnya selaku Istri korban yang karena berlakunya undang-
undang a quo menyebabkan Pemohon III tidak dapat menuntut ganti rugi
secara perdata kepada maskapai yang mengoperasikan pesawat dalam
kecelakaan yang dialami oleh korban.
Sehingga bentuk kerugian konstitusional yang dialami Pemohon adalah tidak
adanya keterbukaan informasi publik terkait investigasi dari penyebab kecelakaan
pesawat yang terjadi dan tidak digolongkannya informasi yang disebarkan sebagai
alat bukti di persidangan. Penerapan norma a quo tersebut mengakibatkan Pemohon
tidak dapat memperjuangkan haknya secara kolektif di depan Pengadilan Negeri
Karawang dalam gugatan perdata yang diajukan oleh Pemohon terhadap PT. Lion
Mentari Airlines. Karena penerapan norma a quo Pemohon telah kehilagan
kesempatannya untuk mendapatkan informasi terkait investigasi penyebab
kecelakaan pesawat dan kesempatan untuk mencari keadilan melalui gugatan
perdata yang diajukan Pemohon kepada pengadilan. Oleh sebab itu maka Pemohon
memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan ini.
Pemohon juga melihat penerapan norma a quo juga berpotensi menyebabkan
kerugian konstitusional terjadi lagi dikemudian hari karena tidak menutup
kemungkinan ketika terjadi lagi kecelakaan pesawat komersil di Indonesia maka
korban atau keluarga korban dari kecelakaan tersebut akan mengalami kerugian yang
sama yang dirasakan oleh Pemohon seperti sekarang ini. Sehingga pengajuan
permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 yang dilakukan
Pemohon saat ini bukan hanya terkait dengan diri Pemohon secara pribadi tetapi
akan dapat terkait dengan masyarakat Indonesia secara luas.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, jelas Para Pemohon memiliki
kedudukan hukum (legal standing) sebagai pemohon pengujian Pasal 359 ayat (1) dan
ayat (2) terhadap UUD 1945 khususnya Pasal 28C ayat (2); Pasal 28D ayat (1); Pasal
28F

Adapun dalil-dalil permohonannya adalah


a. Bahwa pemohon tidak diberikan akses untuk mendapatkan informasi terkait
kecelakaan pesawat yang merupakan hasil dari investigasi yang dilakukan oleh
pihak yang berwenang, kecuali informasi yang tidak dikategorikan rahasia oleh
UU Penerbangan. Selain terbatasnya akses informasi yang dibuka kepada publik
terhadap investigasi kecelakaan pesawat dalam norma a quo, informasi-informasi
yang dibuka kepada publik juga tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam
persidangan, yang menyebabkan Masyarakat menjadi kehilangan kesempatan
untuk memperjuangkan haknya di peradilan. Padahal dalam terjadinya
kecelakaan pesawat sangat terbuka kemungkinan untuk korban atau keluarga
korban mengalami kerugian baik secara materil maupun immateril dan atas hal
tersebut korban atau keluarga korban sejatinya berhak untuk memperjuangkan
haknya di pengadilan.
b. Bahwa dalam terjadinya kecelakaan pesawat sesuai dengan UU Penerbangan
yang berhak untuk melakukan investigasi adalah pemerintah melalui komite
nasional yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Presiden Republik
Indonesia sesuai dengan pasal 357 UU Penerbangan.
c. Bahwa investigasi yang dilakukan oleh komite nasional bentukan pemerintah
akan bersinggungan langsung dengan alat bukti dalam kecelakaan pesawat yang
hasil dari investigasi tersebut sejatinya dapat menjadi alat bukti surat bagi korban
atau keluarga korban ketika melakukan gugatan perdata ke pengadilan. Namun
norma a quo tepatnya pasal 359 ayat (2) UU Penerbangan telah menyebabkan
masyarakat tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk mendapatkan alat bukti
hasil dari investigasi yang seharusnya merupakan alat bukti surat yang menjadi
satu-satunya alat bukti yang memungkinkan untuk dijadikan alat bukti dalam
persidangan.
d. Bahwa norma a quo tepatnya pasal 359 ayat (1) UU Penerbangan juga telah
menutup kesempatan bagi korban dan keluarga korban kecelakaan pesawat
untuk menjadikan informasi-informasi yang didapat diluar dari bukti surat hasil
investigasi sebagai alat bukti di persidangan
e. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka ketentuan pada Pasal 359
ayat (1) dan ayat (2) UU Penerbangan telah nyata bertentangan (inkonstitusional)
dengan Pasal 28C ayat (2); Pasal 28D ayat (1) UUD 1945

Untuk selanjutnya akan dibacakan oleh rekan saya, Yang Mulia.

13. KUASA HUKUM PEMOHON (LAILA)


Mohon izin, Yang mulia
Untuk melanjutkan pembacaan Pokok-pokok permohonannya.
14. KETUA (ARIF)
Ya, silahkan.
15. KUASA HUKUM PEMOHON (LAILA)
Terima kasih, Yang mulia
Saya akan lanjutkan,
f. Bahwa Informasi sebagai bagian dari hak asasi manusia telah ada pada rumusan
Pasal 19 Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia 1948, sebagai berikut:
“Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat,
hal mana mencakup hak untuk menganut pendapat tanpa gangguan dan
untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan gagasan melalui
media apapun tanpa memperdulikan batas negeri”. Hal serupa juga dinyatakan
dalam Pasal 19 Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik, yakni “Setiap
orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. Hak tersebut meliputi hak
kebebasan untuk mencari, menerima dan memberikan segala macam
informasi serta gagasan tanpa melihat perbatasan negara
g. Bahwa secara yuridis Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik merupakan ketentuan yang secara eksplisit
memberikan kewajiban bagi Badan Publik untuk menyediakan Informasi Publik
kepada warga negara yang mana secara a contrario melahirkan hak bagi warga
negara untuk memperoleh Informasi Publik dari Badan Publik.
h. Bahwa Keterbukaan informasi publik diakui sebagai salah satu ciri penting negara
demokratis yang menjungjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan
penyelenggaran negara yang baik. Dalam sistem demokrasi, penyelenggaraan
negara itu harus bertumpu pada partisipasi dan kepentingan rakyat.
Implementasi negara hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi.
Hubungan antara negara hukum dan demokrasi tidak dapat dipisahkan.
Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sedangkan hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna (Ridwan, 2011). Hal
mana sejalan dengan pemikiran dari J.B.J.M.ten Berge yang menyebutkan
kejujuran dan keterbukaan pemerintah untuk umum sebagai salah satu prinsip
demokrasi dalam konsep negara hukum demokrasi.Rumusan serupa dinyatakan
oleh H.D. Van Wijk yang menyebutkan keterbukaan pemerintah sebagai salah
satu dari prinsip demokrasi
i. Bahwa norma a quo tepatnya pasal 359 ayat (2) UU Penerbangan telah
menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam terjadinya kecelakaan
pesawat tidak memiliki akses sama sekali terhadap informasi-informasi terkait
hasil investigasi dari komite nasional bentukan pemerintah. Terlebih lagi kepada
korban dan keluarga korban yang kehilangan haknya untuk mendapatkan
infomasi informasi-informasi terkait hasil investigasi yang sejatinya merupakan
kebutuhan bagi korban dan keluarga korban untuk memajukan diri dalam
mencari keadilan melalui jalur-jalur peradilan yang tersedia.
j. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka ketentuan pada Pasal 359
ayat (1) dan ayat (2) UU Penerbangan telah nyata bertentangan (inkonstitusional)
dengan Pasal 28F UUD 1945

Berdasarkan dalil-dalil dan pertimbagan-pertimbangan tersebut diatas, maka


para pemohon memohonkan kepada Majelis Hakim Konstitusi yang Terhormat pada
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa dan memutus Uji Materil
sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pengujian Undang-Undang
yang diajukan PARA PEMOHON;
2. Menyatakan Pasal 359 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2); Pasal 28D ayat (1);
dan Pasal 28F UUD 1945. oleh karenanya tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
3. Memerintahkan amar putusan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia yang mengabulkan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan untuk dimuat dalam Berita Negara dalam jangka
waktu selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari kerja sejak putusan diucapkan
Apabila Majelis Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya – ex aequo et bono
16. KETUA (ARIF)

Ya, mungkin tidak ada lagi hal-hal yang ingin disampaikan lagi, maka sidang
akan kita tunda dan akan kita lanjutkan kembali (Ketua mendiskusikan dengan Hakim
Anggota mengenai penjadwalan sidang lanjutan) selama 7 hari dari sekarang dengan
agenda Mendengarkan Keterangan dari DPR RI dan Presiden. Dengan demikian sidang
hari ini di tutup.
KETUK PALU 3X

Jakarta, 5 Desember 2019


Panitera,

t.t.d

Azhari Ramadhan
NIP. 19700932 199903 1 001

Anda mungkin juga menyukai