Anda di halaman 1dari 8

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Anonimous, 2011).

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes
adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat (Anonimous, 2011).

Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan fungsinya secara homeostatik. Sifat dan susunan
urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis, misalnya masukan diet, bebagai proses dalam tubuh, suhu
lingkungan, stress, mental dan fisik (Scanlon dan Sanders, 2000).

Faktor yang mempengaruhi urin adalah: 1)jumlah air yang diminum, 2) sistem saraf, 3) hormon
ADH, 4)banyak garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap, 5)pada
penderita diabetes mellitus, pengeluaran glukosa diikuti oleh kenaikan volume urin
(Thenawijaya, 1995).

Pembentukan urin pada Vertebrata melalui tiga proses, yaitu(1) ultrafiltrasi


glomerular,(2)reabsorpsi tubular, dan (3)sekresi tubular. Pada manusia, secara normal kecepatan
filtrasi glomerular mencapai 120 ml per menit, dan ultra filtrat yang terbentuk setiap hari rata
adalah 200 liter, sedangkan urin yang dikeluarkan hanya 1,5 sampai 2 liter per hari (Wulangi,
1990).

Ginjal semua Vertebrata: ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, dalam hal prinsip-prinsip
fungsi filtrasi-reabsorpsi dan sekresi tubular adalah sama. Ada keuntungan dan kerugian
mekanisme filtrasi. Ultrafiltrasi primer mengandung semua senyawa yang ada dalam darah,
kecuali zat-zat bermolekul besar, misalnya protein. Banyak senyawa yang difiltrasi masih
berguna bagi hewan misalnya asam amino, glukosa, vitamin dan senyawa tersebut tidak boleh
dibuang. Oleh karena itu zat-zat tersebut harus direabsorpsi (Wulangi, 1990).

Ginjal filtrasi-reabsorbsi dapat memproses cairan tubuh dalam jumlah besar, dan sering lebih
dari 99 % volume yang difilter direabsorbsi dan kurang dari 1 % disekresikan sebagai urin.
Ginjal semua vertebrata terdiri atas unit-unit fungsional yang disebut nefron. Pada manusia
setiap ginjal tersususn atas satu juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, yaitu unit
paling kecil didalam ginjal yang mampu melakukan fungsi ginjal, yaitu membentuk urin dan
dengan fungsi tersebut nefron juga memelihara kekonstanan komposisi cairan ekstraseluler tubuh
(Wulangi,1990).

Zat buangan yang mengandung nitrogen pada umumnya merupakan hasil metabolisme protein
dan asam nukleat. Misalnya amino adalah zat buangan yang asalnya dari deaminasi asam amino
(Scanlon dan Sanders, 2000).

Deaminasi merupakan suatu proses pemisahan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang
dibarengi dengan oksidasi dari molekul yang tersisa membentuk karbohidrat. Amino yang
terbentuk kemudian digunakan untuk pembentukan adenine dan guanine, diubah menjadi urea,
suatu zat yang besifat larut dalam air (Kimball,1991).

2 NH3 + CO2 → C=O + H2O

Amino urea

Kadar normal urea dalam darah mamalia adalah 2,5-6 mmol per liter darah. Sumber utama zat
buangan mengandung nitrogen dari deaminasi asam amino akan menghasilkan amino yang
bersifat sangat toksik dan karena itu harus dibuang. Karena bersifat sangat larut dalam air, amino
dapat segera dikeluarkan dari dalam tubuh dan tidak berbahaya serta aman bila diencerkan
dengan air (Scanlon dan sanders, 2000).

Jumlah urin dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH banyak garam
yang harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya stabil apada penderita diabetes
mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti kenaikan volume urine. Ginjal berperan dalam
pengaturan dalam karakteristik cairan tubuh termasuk ; volume darah, cairan luar sel,
osmodalitas cairan tubuh konsentrasi spesifik berbagai keseimbangan asam basa (Kimball,
1996).

Setiap hari lebih kurang 1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan terbentuklah lebih
kurang 150- 170 liter urin primer. Meskipun demikian hanya 1- 1,5 liter urine yang kita
keluarkan setiap hari. Banyak sedikitnya urine seseorang dikeluarkan setiap harinya dipengaruhi
oleh hal-hal sebagai berikut: zat-zat diuritict seperti kopi dan alcohol dan akan menghambat
reabsorsi ion Na+ sehingga reabsorsi terhambat dan volume air meningkat, urine yang
dikeluarkan menjadi lebih banyak. Suhu yang tinggi akan menurunkan volume air dalam tubuh,
aliran darah dalam filtrasi menurun sehingga mengurangi volume urine (Kimball, 1996).

Analisa urine yang teratur meliputi test berikut: warna kejernihan, bau, berat jenis dan adanya
sustansi lain. Hal –hal yang mempengaruhi warna yaitu keseimbangan cairan, makanan, obat-
obatan dan penyakit. Jernih atau keruhnya urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin
B dapat mengenbalikan warna kuning cerah urine. Urin tidak normal memiliki bau yang sangat
menyengat. Berat jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkandung di dalamnya.
Makin tinggi berat jenis maka semakin banyak mater atau partikel yang terkandung didalamnya.
Protein dan gula biasanya tidak ditemukanan di dalam urine. Glukosa dapat ditemukan pada
urine jika terjadi kerusakab pada ginjal (Sabariah, 1995).
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain
glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl (Anonimous, 2011).

Terdapat dua jenis diabetes utama : Jenis 1 – “Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus” (bergantung pada Insulin), Biasanya berlaku pada kanak-kanak dan remaja dan tidak
dapat menghasilkan insulin. Jenis 2 – “Diabetes atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus”
(tidak bergantung pada insulin), jenis paling biasa ditemui dan lebih daripada 90% penghidap
diabetes adalah pada orang yang berumur dan berat badan berlebihan (Anonimous, 2011).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin
adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah (Anonimous, 2011).

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 – 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit
United Kingdom)} atau 4 – 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1
mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan
dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami
hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia
adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah
normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai
level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8
jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara
random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level
antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl (Anonimous, 2011).

Menurut Despopoulus (1998), urine yang ditambahkan larutan glukosa akan memberikan hasil
reaksi berupa warna. Semakin tinggi konsentrasi glukosa diberikan maka perubahan warna yang
terjadi akan semakin pudar. Hal ini didukung oleh Nielsen (1979), reaksi pemberian glukosa
terhadap urine menusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine manusia
normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine sehingga akan terjadi perubahan warna
jika sebelumnya diperlakukan dengan benedict.

Pada uji tester didapatkan hasil yang sama dengan uji benedict, yaitu kadar glukosa pada urine
penderita diabetes dan urine normal sama. Namun, protein yang terdapat pada urine penderita
diabetes adalah protein tace, sedangkan protein yang terdapat pada urine normal adalah negative.
Hal ini sesuai dengan literature yaitu Protein dan gula biasanya tidak ditemukan pada urine jika
terjadi kerusakan pada ginjal (Sabariah, 1995). Analisa urine yang teratur meliputi test sebagai
berikut: warna, kejernihan, bau, berat jenis dan adanya sustansi lain. Hal – hal yang
mempengaruhi warna yaitu keseimbangan cairan, makanan, obat0obatab dan penyakit. Jernih
atau keruhnya urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin B dapat mengembalikan
warna kuning cerah urine. Urine yang tidak normal memiliki bau yang sangat menyengat. Berat
jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkansung di dalamnya. Makin tinggim berat
jenis maka semakin banyak mater atau partikel yang terkandung di dalamnya (Sabariah, 1995).

Sedimen yang terdapat pada urine penderita diabetes lebih bayak daripada urine normal.
Menurut Wilson (1979), urine normal akan mengandung Leucine dan Kristal lena. Namun pada
praktikum yang terlihat hanya lapisan sareat tumbuhan, sedangkan didalam urine yang diduga
sakit akan mengandung Kalsium Oksalat, Dialomen, lapisan mukosa, serta leukosit dan Kristal
posfat.

Pada urin orang normal terdapat bentuk benang lendir, phosfat amorf dan urin amorf. Hal ini
disebabkan oleh sekresi tubular, selain mereabsorpsi zat-zat dalam jumlah besar dari filtrat
plasma, tubulus ini juga dapat mensekresikan zat-zat tertentu kedalam cairan tubular (Wulangi,
1990).

Kristal dalam urine tidak selalu berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih, kristal
merupakan hasil metabolisme normal dari tubuh. Jenis makanan, kecepatan metabolisme dan
kepekatan urin serta banyaknya makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi adanya kristal
dalam urine. Epitel ibarat batu bata di dinding saluran kemih kita, jumlahnya akan meningkat
apabila didapatkan adanya infeksi,radang dan batu saluran kemih. Bahan terakhir yang diperiksa
dari urine lengkap ini adalah adanya benda-benda keton (keton bodies). Benda ini terdiri dari
aseton,asam asetoasetat dan asam 13-hidroksibutirat. Puasa yang lama,diabetes mellitus (kencing
manis) dan gangguan metabolisme lemak akan meningkatkan jumlah benda keton dalam urine
(Anonimous, 2011).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan :

1. Kadar glukosa pada urin penderita diabetes lebih tinggi daripada kadar glukosa pada
urine normal.
2. Protein pada urin penderita diabetes adalah protein trace, sedangkan pada urine normal
adalah negative.
3. Uji benedict dan tester didapatkan hasil yang sama.
4. Sedimen pada urin penderita diabetes lebih banyak daripada sedimen pada urine normal.
5. DAFTAR PUSTAKA
6. Anonimous. 2011. Gudanginspirasi.wordpress.com/2011/…/membaca-tes–urine-
lengkap. Diakses tanggal 27 september 2011
7. Juncquiera, L, Carlos dkk. 1997. Histologi Dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
8. Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
9. Probosunu, N. 1994 . Fisiologi Umum. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
10. Soebroto ,G. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian rakyat
11. Kimball, Jonh W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta
12. Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga: Jakarta
13. Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB: Bandung
14. Dahelmi. 1991. Fisiologi Hewan. UNAND. Padang.
15. Despopoulus,A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta
16. Kimball, J.W. 1996. Biologi. Erlangga : Jakarta.
17. Sabariah, Ike. 1995. Penuntun Biologi. Ganesha exact. Bandung
18. Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
19. Wattimena,JR dan Elin Yuilinah S. 1989. Fisiologi Manusia II Sistem Transfort dan
Metabolisme. ITB : Bandung
20. Wilson, J. A. 1979. Prinsiple of Animal Physiology. Collier Mc Millan. S
Publisher:London
21. Penyebab Penyakit Diabates Turunan
22. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga pengidap diabetes, dapat beresiko lebih tinggi
untuk terkena diabetes penyakit keterunan, baik itu diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe
2. Namun tak semua anak yang memiliki orangtua dengan diabetes, akan
mengembangkan penyakit yang sama dikemudian hari. Hal ini sangat tergantung pada
faktor lain yang tak kalah penting yaitu faktor lingkungan serta kebiasaan gaya hidup
yang kita jalani.
23. Meskipun seseorang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, akan tetapi ia bisa
menerapkan pola hidup yang dapat mencegah perkembangan penyakit ini. Maka
kemungkinan besar orang tersebut tidak akan mengalami diabetes. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah:
24. 1. Berat badan
25. Diabetes dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan (obesitas).
Untuk itu, sebaiknya orang-orang yang beresiko terkena penyakit membahayakan ini
selalu menjaga berat badannya agar tetap ideal. Hal ini dapat dilakukan dengan olah raga
secara rutin, maupun mengkonsumsi makanan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran,
maupun biji-bijian.
26. 2. Pola makan
27. Faktor ini juga sangat berpengaruh pada besarnya resiko penyebab diabetes penyakit
keturunan. Dimana seseorang yang rajin mengkonsumsi makanan maupun minuman yang
terlalu manis, mengandung banyak lemak, serta kolesterol dapat beresiko lebih tinggi
untuk mengembangkan diabetes.
28. 3. Istirahat
29. Seseorang yang memiliki frekuensi dan kualitas istirahat yang buruk juga dapat
mengembangkan resiko timbulnya diabetes. Hal ini disebabkan oleh kurangnya istirahat
dapat mempengaruhi atau meningkatkan nafsu makan seseorang, sehingga pada akhirnya
dapat menimbulkan bahaya obesitas.
30. 4. Stress
31. Stress yang berlebihan akan menimbulkan dampak terjadinya obesitas maupun tekanan
darah tinggi (hipertensi) yang memicu peningkatan resiko diabetes penyakit keturunan.
Dengan mendapatkan istirahat yang cukup, berolahraga, maupun melakukan refresing
dapat membantu terhindar dari gangguan stress.
32. 5. Gerakan fisik
33. Seseorang yang kurang gerak dapat meningkatkan resiko terkena gangguan diabetes.
Karena kurang gerak dapat menyebabkan terjadinya obesitas, maupun tidak lancarnya
peredaran darah dalam tubuh yang pada akhirnya dapat memicu stress maupun hipertensi.
Untuk itu, sangat dianjurkan bagi kita untuk meluangkan waktu disela-sela kesibukan
untuk melakukan latihan (olah raga) seperti aerobik, senam, jogging, berenang, maupun
olah raga lainnya yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan jumlah maupun
aktivitas insulin dalam tubuh.

Diabetes mellitus:Apa itu diabetes, apakah Anda sudah mengetahui penyakit apa ini dan
proses terjadinya diabetes? Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit peningkatan gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu atau kurang memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh
Pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin
dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang
diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam
darah.Diabetes / diabainein = tembus atau pancuran air dan Mellitus = rasa manis. Jadi Diabetes
Mellitus atau Kencing Manis adalah penyakit gangguan kesehatan dimana kadar gula dalam
darah seseorang menjadi tinggi karena gula darah tak dapat digunakan oleh sel tubuh
untuk aktifitas (Hiperglikemia). Ini disebabkan oleh tidak adanya atau sedikitnya insulin di dalam
tubuh. Sisa gula yang tinggi pada peredaran darah akan dibuang melalui air seni. Lalu karena
tidak adanya energi untuk aktifitas akan menyebabkan seseorang menjadi lemas,lapar,haus,
sering BAK, gatal-gatal dll.

Diabetes insibidus :

erjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon antidiuretik (antidiuretic


hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus,
yaitu jaringan khusus di otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh
hipotalamus.

Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini saat kadar air di dalam tubuh
terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri
berarti produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh
dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk urine.

Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi hormon antidiuretik yang
berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik.
Akibatnya, ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang
pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak
karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.

Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:


 Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi.
Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari.
Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau
tumor otak.
 Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh
memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ
ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang
digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan
diabetes insipidus jenis ini.

3 Proses Pembuatan Urine


1. Filtrasi (Penyaringan)

1. Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme
yang dapat menjadi racun bagi tubuh.
2. Filtrasi terjadi di badan malpighi yang terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman
3. Glomerulus berfungsi untuk menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan urea.
4. Hasil filtrasi di glomerulus akan mengalir menuju kapsula bowman dan menghasilkan
urine primer.
5. Urine primer mengandung air, gula, asam amino, garam/ion anorganik dan urea

2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)

1. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan menghasilkan urine sekunder.


2. Urine primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal dan terjadi reabsorpsi.
3. Pada proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi
tubuh oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.
4. Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino, dan ion-ion
anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43- dan SO43-)
5. Urine sekunder mengandung sisa limbah nitrogen dan urea.
6. Urine sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di lengkung
henle desenden sehingga volume urine sekunder berkurang dan menjadi pekat. Ketika
urine sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari
tubulus, sehingga urine menjadi lebih pekat dan volume urine tetap.
Advertisement

3. Augmentasi (Pengendapan)

1. Dari lengkung henle asenden, urine sekunder akan masuk ke tubulus distal untuk masuk
tahap augmentasi (pengendapan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh).
2. Zat sisa yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium
(K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH yang tetap
dalam darah.
3. Selama melewati tubulus distal, urine banyak kehilangan air sehingga konsentrasi urine
makin pekat.
4. Selanjutnya urine memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke
vesica urinaria, untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urine diatur oelh otot-
otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.
5. Hasil akhir dari tahap Augmentasi adalah urine yang sesungguhnya.
6. Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa pembongkaran
protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan, hormon,
serta garam mineral.
7. Jika terdapat bahan atau zat lain maka hal tersebut adalah indikasi bahwa terdapat
masalah di ginjal.

Singkatnya, penyaringan darah oleh ginjal atau proses pembentukan urine teridi dari tiga tahap.
Yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi (pengendapan).

Anda mungkin juga menyukai