Anda di halaman 1dari 7

114 Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No.

2, Juli 2009 : 114-120

Solusi Analitik Persamaan Schrödinger Sistem Osilator Harmonik 1 Dimensi


dengan Massa Bergantung Posisi menggunakan Metode Transformasi

Analytical Solution of Schrödinger Equation of the Harmonic Oscillator System


with Position Dependent Mass Using Transformation Method

Sutisna
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember

ABSTRACT

The Schrodinger equation with position-dependent mass (PDM) becomes one of interesting subjects in the study
of quantum systems, because of its wide applications in many physical problems. Meanwhile, harmonic
oscillator becomes important model in most physical problems. In this paper, analytical solutions of the PDM
Schrodinger equation, i.e. energy eigenvalues En and eigenfunctions  n  x  , of a one dimensional harmonic
oscillator system using transformation method has been studied. The results showed that there was no difference
between the energy eigenvalues, En of the harmonic oscillator systems with and without PDM, whereas it is not
for the eigenfunctions,  n  x  of these two harmonic oscillator systems. This difference was due to the
1
presence of dimensionless mass function m  x  4 and the changes of x becomes  variable for the
eigenfunctions of the harmonic oscillator system with PDM. Moreover, the differences in the eigenfunctions
will affect the dynamical properties of the quantum systems. It can be concluded that the harmonic oscillator
system with PDM is the generalization of the harmonic oscillator system with constant mass.

Keywords : Schrödinger equation, position-dependent mass, transformation method

PENDAHULUAN dalam sistem akan muncul suatu potensial baru


Vm. Sehingga, potensial efektif sistem
Dalam kajian kuantum, persamaan Schrödinger merupakan penjumlahan dari potensial riil V
dengan massa bergantung posisi atau position- dan potensial baru Vm (Gönül & Koçak, 2005).
dependent mass (PDM) telah menarik banyak Dalam semikonduktor, sistem PDM digunakan
perhatian karena mempunyai aplikasi yang luas untuk mempelajari gerakan pembawa muatan
dalam berbagai riset ilmu fisika seperti sistem bebas (elektron dan lubang) dengan komposisi
kuantum N-partikel, sistem material kimia material yang tidak seragam (Von Roos
terkondensasi, semikonduktor, dan sebagainya 1983).
(Quesne et al. 2005). Penelitian solusi analitik dari sistem
Dalam sistem PDM, diperkenalkan istilah kuantum PDM terus meningkat dalam tahun-
massa efektif. Konsep pendekatan massa tahun terakhir ini. Banyak metode yang
efektif ini berasal dari kajian semikonduktor dikembangkan untuk sistem massa konstan
dan material dengan struktur yang kompleks. telah diperluas dan digunakan untuk sistem
Kita ketahui bahwa potensial kristal memiliki PDM dan sejumlah hasil menarik telah
bentuk yang tidak sederhana. Dengan tinjauan diperoleh. Metode-metode tersebut diantaranya
massa efektif (yang secara prinsip adalah metode operator, transformasi
menggambarkan massa dari sistem kristal koordinat, mekanika kuantum supersimetri
tersebut) maka kajiannya akan menjadi lebih (SUSYQM), pendekatan aljabar Lie,
sederhana. Untuk kasus satu dimensi, massa pendekatan integral lintasan, dan sebagainya.
efektif dinyatakan sebagai sebuah fungsi Namun, hingga kini hanya ada dua metode
M (x ) , yang dituliskan sebagai berikut yang sering digunakan yaitu transformasi
M ( x )  mo m ( x ) , (1) koordinat dan SUSYQM karena dapat
digunakan secara luas untuk berbagai kasus
dengan mo adalah massa konstan dan
fisis yang ada dibandingkan dengan metode-
M (x ) adalah sebuah fungsi yang bergantung metode yang lain (Tanaka 2005, Guo-Xing
posisi dan tidak berdimensi. Sebagai akibat 2005, Ju et al. 2005, Roy et al. 2002, Gonul et
massa yang bervariasi terhadap posisi ini, maka al. 2002).
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120 115

Dalam makalah ini, kita akan mencari


solusi analitik persamaan Schrödinger PDM
1

Tˆ  M  (r ) Pˆ . M  (r ) Pˆ M  (r )  M  (r ) Pˆ . M  (r ) Pˆ M  (r )
4

sistem osilator harmonik 1 dimensi. Persoalan (3)
osilator harmonik menjadi penting karena dengan α, β, dan γ adalah parameter-parameter
sering dijadikan sebagai model pendekatan yang memenuhi kondisi
dalam banyak kasus. Metode yang digunakan       1 ; ,  ,   R .
dalam menyelesaikan persamaan Schrödinger Beberapa operator energi kinetik telah
PDM ini adalah metode transformasi, yaitu diusulkan dalam berbagai literatur. Dalam
dengan cara mentransformasi persamaan makalah ini, akan diambil bentuk operator
Schrödinger ke dalam bentuk persamaan energi kinetik seperti yang diusulkan oleh Ben
diferensial orde kedua yang sudah diketahui Daniel dan Duke. Operator energi kinetik yang
solusinya (Alhaidari 2002). Solusi yang diusulkan oleh Ben Daniel dan Duke
diperoleh untuk sistem PDM tersebut haruslah mengambil nilai-nilai     0 dan   1
merupakan generalisasi dari solusi sistem
(dalam Von Roos 1983), sehingga diperoleh:
osilator harmonik dengan massa konstan.
1 2   1 
Tˆ  Pˆ . Pˆ   .  
METODE 2M (r ) 2 mo   m(
(4) r ) 
Dengan memilih sistem satuan
Pembahasan dalam makalah ini dilakukan dengan
pendekatan teoretik. Secara garis besar, langkah  
m 0  h  1 dan hanya meninjau kasus satu
pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dimensi, maka persamaan Schrodinger (2)
mencari solusi persamaan Schrodinger PDM sistem menjadi:
osilator harmonik secara analitik, yaitu berupa nilai
d 2 x  m' d x 
eigen energi (En) dan fungsi eigen (Ψn), dengan
dx 2

m dx

 2m E  Veff x   x   0 
menggunakan metode transformasi. Langkah kedua
adalah melakukan aproksimasi m(x)=1 dan µ(x)=x (5)
untuk melihat apakah hasilnya mereduksi menjadi Pada persamaan di atas, tanda ‘(aksen)
hasil untuk sistem osilator harmonik dengan massa menyatakan turunan terhadap x, dan Veff
konstan. Langkah kedua ini sekaligus sebagai adalah energi potensial efektif untuk sistem
verifikasi apakah hasil yang didapat konsisten atau PDM.
tidak. Pada bagian akhir akan ditinjau pula Salah satu cara untuk dapat menyelesaikan
beberapa bentuk fungsi massa yang bergantung
posisi dan potensial yang dibangkitkannya, serta
persamaan (5) adalah dengan menggunakan
interpretasinya secara fisis. metode transformasi, yaitu menulis ulang
persamaan tersebut menjadi persamaan
diferensial orde kedua yang lebih umum dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
solusinya sudah diketahui. Dalam kasus ini,
melihat kemiripannya, kita akan memilih
Nilai eigen energi En dan fungsi eigen Ψ(x)
persamaan diferensial Hermit sebagai berikut
sistem osilator harmonik PDM
Tinjau persamaan Schrodinger bebas waktu (Boas 1983)
dari sebuah partikel di bawah pengaruh energi H n'' g x   2 g x H n' g x   2nH n g x   0
potensial V(r) (6)

Tˆ  V (r)  (r)    2m   V (r)  (r)  E (r)


2 Supaya persamaan (5) dapat kita bawa ke
2
bentuk persamaan (6), kita pilih sebuah solusi
  persamaan Schrödinger PDM (5) berbentuk
(2)  n x   f x  H n g x , (7)
dimana  (r ) adalah fungsi gelombang partikel, dengan f(x) adalah fungsi transformasi, g(x)
m massa partikel, V(r) energi potensial, E adalah fungsi sembarang dari x, dan H(g(x))
energi total partikel, dan Tˆ adalah operator adalah polinomial Hermit. Hasil substitusi
energi kinetik. Ketika massa partikel persamaan (7) pada persamaan (5) dituliskan
bergantung pada posisi M  r   m 0 m  r  , sebagai berikut
d 2 H n  g ' ' 2 f ' m'  dH n  f ' '
    
m' f '

 
2m E  Veff x  
 H 0
maka perumusan operator energi kinetik dan dg 2  g '2 fg ' mg '  dg  f g '2 mf g '2  g ' 2  n
energi potensial akan mengalami perubahan. (8)
Bentuk umum operator energi kinetik untuk Jika kita bandingkan persamaan (6) dengan
sistem PDM dirumuskan sebagai berikut (Von persamaan (8), maka kita akan dapatkan bahwa
Roos 1983):
116 Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120

 g ' ' 2 f ' m'  panjang, kita perkenalkan sebuah fungsi bantu
 2g   2   
berikut
  g '
(9)
fg ' mg' 
 x    mx  dx .
x
dan
 f '' m' f ' 2m E  Veff x     (18)
2n      Sebelumnya akan menjadi lebih mudah bila
 f g ' mf g '  g ' 2 
2 2
(10) persamaan-persamaan yang terkait juga
g dinyatakan dalam bentuk μ(x). Dengan
Dengan mengalikan persamaan (9) oleh , menggunakan persamaan (16), fungsi
2
 dg   dg 
kita dapatkan G  g   G    G     dapat kita tulis
f' 1
   2 gg '
g ' ' m' 
 
 dx   d
f 2 g ' m  (11) menjadi
2
Dari persamaan (11) dapat kita peroleh fungsi d2  dg   d  dg  
  ' d    ' 
transformasi f(x), sehingga fungsi eigen Ψn(x) G  g ' 
dx 2    3  dx  d  
dg 2 dg 
(persamaan (7)) dapat kita peroleh. '  ' 
d  d 
 
Sementara itu, dengan sedikit pengaturan
d  d 2 g d 
2
dg  dg d 2 g d 
pada persamaan (10) akan memberikan  ' ' '    '' ' 
dx  d d 2 dx  3  d d 2 dx 

E  Veff x  
g '2 2n  f ''

m' f '  
'
dg
 
2
 '
dg 
 2  
f  g ' mf g ' 
2 d  d 
2m 
(12)
Jika kita diferensiasi persamaan (11) satu kali  d 3 g   d 2g 
2

  ''' 3   '' 2   d 3
 
d 2
 
terhadap x, maka kita dapatkan G  g '         ' 
2
 3  
' 2   '    dg  2  dg  
1 d  2 g  g ' ' ' g ' '  f '2  
2
f '' f ' g' ' m' '  d 


 d 
 
     2 2   
f  g ' 2g ' g ' f  g ' f  g ' 2 m g '
2 3 4 3 2
2 dg  dg 
G  g '  G  '   ' G .
2

 2 2
m' 2
m' g ' '
.
 d 

2 m  g '  2 m g '  Substitusi pesamaan di atas ke persamaan (17)


3

(13) menghasilkan
E  Veff x  
g '2 2n  1  g 2   1   dg  
Dan dengan mengkuadratkan persamaan (9) G '   ' G   Gm
2

2m 4m   d  
akan memberikan
g ' '2  f ' g ' '  m' g ' '   f '2  m'2 (19)
   2 g  
f ' m' 1 2

fmg '
2
4 4g '
4
f g ' 2mg '
3 3
f 2  g '  4m 2  g ' 
2 2 Dari persamaan (19) inilah kita akan
(14) mendapatkan bentuk nilai eigen energi En,
Substitusi persamaan (13) dan (14) ke dengan terlebih dahulu mencari fungsi g(x).
persamaan (12), menghasilkan Fungsi g(x) merupakan sebuah fungsi
g '2 2n  1 d  2 g   1 4 g 2    g ' ' '  3 g ' '2  m' '  3 m'2  sembarang dari x, di mana bentuknya
E  Veff x     4mg' 8m 2 
2m  2 dg 4   g ' 4m 2 8 m 3  bergantung pada sistem yang ditinjau. Untuk
mendapatkan nilai dari fungsi g(x), kita
g '2 2n  1 d  2 g   1 4 g 2   1  g ' ' '  3  g ' '    m' '  3  m'  2  .
2

   lakukan perbandingan antara persamaan (19)


2m  2 dg 4  4m g '
  2  g '   m 2  m  
  dengan selisih nilai eigen energi En dan
(15) potensial V(x) untuk sistem massa konstan
Jika sekarang kita misalkan (Griffiths 1994), yaitu
E  V x   n  12   12  2 x 2
2
z' ' 3  z' 
Gz      (20)
z 2 z  (16) Pada persamaan di atas, n bernilai bulat 0, 1, 2,
maka persamaan (15) menjadi lebih sederhana
k
E  Veff x  
g '2 2n  1  g 2  1 Gg '  Gm
  3, … dan  
m0
adalah frekuensi sudut
2m 4m (17)
osilasi. Konstanta k dalam sistem kuantum
Dalam kasus PDM, pemilihan fungsi M(x) memiliki interpretasi bergantung pada sistem
mempunyai kriteria bahwa akar pangkat dua osilator yang ditinjau. Sebagai contoh, jika kita
dari fungsi M(x) dapat diintegralkan secara tinjau satu dari atom Hidrogen dalam molekul
analitik. Karena diantara bentuk fungsi M(x)
air (H2O) yang bervibrasi secara termal, maka
memerlukan penyelesaian integral yang konstanta k dihubungkan dengan kekuatan dari
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120 117

ikatan H-O dalam molekul tersebut. Dalam mereduksi kembali menjadi potensial untuk
persamaan (20) kita telah memilih sistem sistem massa konstan.
satuan (mo= ħ = 1). Langkah selanjutnya adalah menentukan
Dari perbandingan persamaan (19) dan (20) fungsi gelombang sistem osilator harmonik
diperoleh PDM, dengan terlebih dulu mencari fungsi
g x     x  (21)
transformasi f(x). Untuk mendapatkan fungsi
transformasi f(x), langkah pertama yang harus
dengan ω > 0, dan suku kedua pada ruas kanan dilakukan adalah mengintegrasikan persamaan
persamaan (19) kita anggap sebagai suku (11) sehingga kita peroleh persamaan berikut
tambahan untuk kasus PDM, sehingga kita 1 m
 1 2 ln  
 g 
f x   e 2  g ' 
abaikan.  2 
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan e . (26)
(21) ke persamaan (19) memberikan
Selanjutnya dari sifat a  e
b b ln a
dan dengan
E  Veff x   n     2  x   Gm  G '
1 1 2 1
2 2 4m meninjau persamaan
(22) (21) maka kita dapat
Syarat agar persamaan Schrödinger PDM dapat tuliskan
1
diselesaikan secara eksak adalah dengan  2
f x   m
1
2
menuliskan ruas kanan persamaan (22) menjadi
4
e (27)
dua bagian. Bagian yang tidak bergantung pada 
1
x menyatakan nilai eigen energi En dari sistem, Karena  4
hanya sebuah konstanta saja.
sedangkan bagian yang bergantung pada x Dengan mensubstitusikan persamaan (27) ke
menyatakan potensial efektif Veff(x) sistem. persamaan (7), akhirnya kita dapatkan solusi
Sebagai hasilnya, kita dapatkan bahwa nilai persamaan Schrodinger PDM sebagai berikut:

 
eigen energi En sistem ini adalah 1
 2
 1  n x   m e Hn  .
1
2
En   n   
4

 2 (28)
(23) Dalam persamaan (28), Hn adalah polinomial
yang ternyata mempunyai bentuk yang sama Hermit yang dinyatakan oleh (Boas 1983)
dengan nilai eigen energi En untuk sistem
massa konstan dengan memilih sistem satuan Hn      (1) d n e   n
e 
2  2

h  1 . Karena untuk sistem PDM nilai energi d n
totalnya berupa bilangan yang tidak bergantung dimana n adalah bernilai bulat 0, 1, 2, 3, ….
pada m(x), maka semua jenis fungsi massa Fungsi eigen (28) memiliki bentuk yang
m(x) hanya akan berpengaruh pada potensial berbeda dengan fungsi eigen sistem osilator
efektif Veff(x) dan energi kinetik sistem. harmonik dengan massa konstan dalam sistem
Kedua energi ini dapat saling bertransformasi satuan  m 0  h  1 yaitu (Griffiths 1994)

 
satu sama lain, tetapi penjumlahan keduanya
2 x
 n  e Hn x
1 2
selalu konstan.
Kemudian dari persamaan (22) kita . (29)
dapatkan juga potensial efektif Veff(x) Dalam persamaan (29), kita tidak menuliskan
1  m' ' 7  m'  
2 1

Veff x     x  
1 2    4 n  12
       2 n ! .
2
 tetapan normalisasi
2 8m  m 4  m    
(24) Perbedaan antara persamaan (28) dengan
Suku kedua persamaan (24) kita tulis sebagai persamaan (29) tersebut terletak pada hadirnya
potensial Vm faktor pengali pada fungsi eigen untuk sistem
osilator harmonik PDM yang berupa fungsi
1  m' ' 7  m '  
2
massa tak berdimensi m(x)1/4, serta perubahan
Vm      
8m  m 4  m   (25) variabel x menjadi µ.
Dari fungsi eigen Ψn(x) persamaan (28)
inilah kita dapat mengetahui perilaku partikel
Sebagai akibat variasi massa terhadap posisi. sistem osilator harmonik PDM. Yaitu dengan
Ketika massa sistem dibuat konstan (m(x)=1), cara menerapkan operator dari besaran fisis
maka persamaan (25) menghilang dan µ(x)=x, yang bersangkutan terhadap fungsi gelombang
sehingga potensial efektif sistem Veff(x) akan sistem.
118 Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120

Aproksimasi m(x)=1 dan μ(x)=x dalam banyak kajian bidang semikonduktor


Untuk mengetahui hasil perhitungan fungsi (Alhaidari 2002, Plastino et al. 1999, Roy
eigen Ψn(x) untuk sistem osilator harmonik 2002). Fungsi massa berbentuk:
2
PDM yang diperoleh telah konsisten, maka kita  b  x2 
akan melakukan aproksimasi massa konstan m( x)   
2 
terhadap persamaan dalam kasus PDM. Jika  1 x  (33)
persamaan yang terkait mereduksi menjadi Substitusi persamaan (33) ke (18) dan (25)
persamaan untuk kasus massa konstan, maka diperoleh:
hasil yang diperoleh sudah konsisten.  ( x)  x  (b  1) arctan x (34)
Sementara itu, konsistensi hasil untuk nilai dan
eigen energi sudah terbukti dengan samanya
Vm 

(b  1) 3x 2  2(2  b) x 2  b 
bentuk solusi untuk sistem osilator harmonik
2(b  x 2 ) 4 (35)
PDM dan sistem osilator harmonik massa
konstan. Dapat dilihat bahwa Vm =0 ketika b=1, yang
Dari persamaan (1) agar nilai massa bersesuaian dengan sistem massa konstan. Plot
bergantung posisi M(x) mereduksi menjadi grafik dari fungsi (35) untuk beberapa nilai b
massa konstan mo, maka aproksimasi yang terlihat seperti pada Gambar 1. Dapat kita lihat
diambil adalah m (x )  1 . Sehingga nilai massa dari gambar 1 bahwa untuk beberapa nilai b<1,
Vm bersifat seperti potensial perintang yang
bergantung posisi menjadi
M  x   mo
nilainya berkurang terhadap parameter b.
(30) Sementara untuk beberapa nilai b>1, Vm
bersifat seperti potensial sumur, yang akan
dan seperti sebelumnya kita akan memilih nilai membatasi gerak dari partikel. Fungsi
m 0  1 untuk memudahkan perhitungan. gelombang yang bersesuaian untuk fungsi
massa ini adalah:
Fungsi bantu persamaan (18) mereduksi
  x  (b  1) arctan x.
1/ 2
 b  x2  1
   x  ( b 1) arctan x  2
menjadi  n x    
2 
e 2
Hn
 1 x 
 x   x. (31) (36)
Dari persamaan (36) inilah semua informasi
Selanjutnya kita substitusikan persamaan (30) tentang dinamika partikel (seperti momentum,
dan (31) pada persamaan fungsi eigen sistem energi kinetik, dan sebagainya) sistem yang
PDM (28), menghasilkan bersangkutan dapat diperoleh.

  x
1 Fungsi massa berbentuk:
 x 2
 n x   e
b x
2
Hn m (x )  e (37)
. (32) dimana b ≥ 0 untuk menjamin bahwa massa
akan berhingga ketika x→±∞. Substitusi
Persamaan (32) di atas ternyata memiliki persamaan (37) ke persamaan (18) dan (25)
bentuk yang sama dengan fungsi gelombang memberikan
osilator harmonik dengan massa konstan  2  b2 x
(persamaan (29). Ini membuktikan bahwa  e , (b  0, x  0)
 bb
fungsi eigen Ψn(x) sistem osilator harmonik 2 x
 ( x)   e 2 , (b  0, x  0)
PDM merupakan generalisasi dari fungsi eigen b
sistem osilator harmonik massa konstan. x , (b  0)
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa 
 (38)
solusi nilai eigen energi En dan fungsi eigen dan
Ψn(x) untuk sistem osilator harmonik PDM 3 2 bx
yang diperoleh telah konsisten dengan solusi Vm   b e .
untuk sistem osilator harmonik massa konstan. 32 (39)
Dapat dilihat bahwa Vm =0 ketika b=0, yang
Beberapa fungsi massa dan potensial bersesuaian dengan sistem massa konstan.
Pada bagian ini kita akan membahas potensial Plot grafik persamaan (39) dapat dilihat pada
Vm dan sifat-sifatnya yang disebabkan gambar 2, yang untuk beberapa nilai parameter
kebergantungan massa pada posisi untuk b bersifat seperti potensial penghalang yang
beberapa fungsi massa. Fungsi-fungsi massa lebarnya berkurang dengan bertambahnya nilai
yang diperkenalkan di sini telah digunakan parameter b.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120 119

(a)

(b)

Gambar 1. Potensial Vm untuk fungsi massa (33) untuk beberapa nilai parameter b. (a) b = 0,5, b
= 0,6, b = 0,7; (b) b = 2,5, b = 3,0, b = 3,5.

Fungsi gelombang yang bersesuaian untuk Terlihat bahwa untuk nilai b=0, fungsi
fungsi massa ini adalah: gelombangnya sama dengan fungsi gelombang
untuk sistem osilator harmonik massa konstan.

 1 b x  1   42 e b x    2 b x  KESIMPULAN
e 4 e 2  b 
H n   ln   e 2  , (b  0, x  0)
  
  b 
 1 b x  1   4 eb x    x  Persamaan Schrödinger PDM adalah
 4
b
 n x    e e 2  b  H n   ln  e 2   , (b  0, x  0)
2 2
  persamaan yang menyatakan dinamika suatu
  b 
  1 x 2

 e 2 H n  ln x  , (b  0).
sistem kuantum PDM. Dengan menggunakan
metode transformasi untuk sistem osilator


harmonik 1D diperoleh solusi sistem PDM
(40) berupa fungsi eigen Ψn(x) berikut

 .
1
 2
 n x   m e Hn 
1
4 2
120 Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 114-120

Perbedaannya dengan fungsi eigen untuk dapat memprediksi adanya proses deformasi
sistem osilator harmonik massa konstan adalah bumi pada waktu yang akan dating selama
bahwa dalam hasil yang diperoleh ini muncul erupsi lumpur berlangsung.
tambahan faktor pengali berupa fungsi posisi
yang tidak berdimensi m(x), serta perubahan DAFTAR PUSTAKA
variabel x menjadi µ. Perbedaan ini berdampak
pada perbedaan sifat dinamika dari sistem. Alhaidari AD. 2002. Solutions of The
Sementara itu, persamaan nilai eigen energi En Nonrelativistic Wave Equation With Position-
untuk sistem osilator harmonik PDM dan Dependent Effective Mass. Phys. Rev. A 66
massa konstan memiliki bentuk yang sama, 042116.
Boas LM. 1983. Mathematical Methods in The
yaitu:
Physical Sciences. 2nd Edition. New York: John
Wiley & Son.
 1
E n   n   . Gönül B & Koçak M. 2005. Explicit Solutions for N-
 2 Dimensional Schrödinger Equations with
Position-Dependent Mass.
Konsistensi hasil-hasil yang diperoleh http://www.arxiv.org/vc/quant-
dilakukan dengan aproksimasi massa konstan ph/papers/0512/0512035v1.pdf [25 Mei 2008].
Gonul B & Gonul B. 2002. Supersymetric Approach
terhadap persamaan-persamaan terkait (kasus
to Exactly Solvable Systems with Position-
PDM) yaitu dengan mengambil bentuk m(x)=1 Dependent Effective Masses.
dan μ(x)=x pada persamaan fungsi eigen http://arxiv.org/abs/quant-ph/0211112.
Ψn(x) dan nilai eigen energi En sistem osilator Griffiths JD. 1994. Introduction to Quantum
harmonik PDM. Sebagai hasilnya persamaan- Mechanics. New Jersey :Prentice hall.
persamaan tersebut mereduksi menjadi Guo-Xing Ju, Xiang Y & Ren Z. 2005. The
persamaan-persamaan untuk kasus massa Localization of s-Wave and Quantum Effective
konstan. Sehingga terbukti bahwa hasil Potential of a Quasi-Free Particle with Position-
perhitungan yang diperoleh sudah konsisten Dependent Mass. http://arxiv.org/pdf/quant-
ph/0601005 [26 Juni 2008].
dengan solusi sistem massa konstan. Dengan
Plastino AR, Rigo A, Casas M, Garcias F & Plastino
kata lain bahwa sistem osilator harmonik PDM A. 1999. Supersymmetric approach to quantum
merupakan generalisasi dari sistem osilator systems with position-dependent effective mass.
harmonik massa konstan. Phys. Rev. A 60: 4318-4325.
Hasil sebaran zona konduktif dengan Quesne C, Bagchi B, Banerjee A & Tkachuk VM.
pengukuran VLF-EM pada semua sesi lintasan 2005. Hamiltonians with Position-Dependent
menujukkan adanya indikasi patahan atau Mass, Deformations and Supersymmetry.
rekahan atau sesar. Pengukuran semua sesi http://arxiv.org/ pdf/quant-ph/0512046 [25 Mei
lintasan dengan menggunakan variasi interval 2008].
Roy B. 2002. A Lie Algebraic Approach To
pada pengukuran memberikan citra atau
Effective Mass Schrodinger Equations, J. Phys.
resolusi yang sangat signifikan, sehingga dapat A:Math.Gen. 353961-3969.
digunakan untuk memprediksi rekahan yang Tanaka T. 2005. N-fold Supersymmetry in Quantum
terjadi secara horisontal dan vertikal pada Systems with Position-Dependent Mass.
lintasan pengukuran oleh karena itu teknik http://arxiv.org/pdf/quant-ph/0509132 [26 Juni
deteksi High resolution pada reaktif patahan 2008].
dangkal dengan VLF-EM dapat teramati Von Roos, O. 1983. Position-Dependent Effective
dengan jelas dan sangat signifikan. Hasil Masses in Semiconductor Theory. Phys. Rev. B
overlay ke dalam peta di semua lintasan dengan 27: 7547–7552.
URL:http://link.aps.org/abstract/PRB/ v27/ p7547.
sebaran zona konduktif VLF menunjukkan
[29 Mei 2007].
kelurusan antar setiap lintasan dan tampak
berasosiasi dengan penampakan rekahan yang
dipermukaan sehingga dapat hasil overlay ini

Anda mungkin juga menyukai