Anda di halaman 1dari 17

Tugas Crtical Jurnal Riview

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“Sistem Endokrin”

Oleh :

ANGGRIANI SUPRIANA SIANTURI

NIM.4163341008

EKSTENSI A 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hiayat-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Riview mata
kuliah Biologi Molekuler tentang “Using DNA Barcoding to Identify species within
Euphorbiaceae” dengan baik. Terimaksih Penuis ucapkan kepada:

1. Drs. Hasruddin, M.Pd ketua jutusan biologi


2. Endang S. Gultom, M.Si,. M.Si, Apt sekretaris jurusan biologi
3. Dra. Cicik Suriani, M.Si ketua program studi biologi
4. Dra. Uswatun Hasanah, M.Si, dosen mata kuliah anatomi fisiologi manusia
5. bapak/ibu dosen jurusan biologi
6. teman-teman yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
7. orang tua yang tidak bosan-bosannya mencari nafkah untuk memberikan dana kepada
kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya
dalam bidang pendidikan.

Medan, 19 Mei 2019

Anggriani Supriana Sianturi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1

BAB II. RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN ..............................................

2. 1 Jurnal Pertama............................................................................................................. 2
2. 2 Jurnal Kedua ............................................................................................................... 4
2. 3 Jurnal Ketiga ............................................................................................................... 6

BAB III. KEUNGGULAN PENELITIAN...........................................................................

3.1 Kegayutan Antar Elemen ............................................................................................. 10


3.2 Originalitas Temuan..................................................................................................... 10
3.3 Kemutakhiran Masalah ................................................................................................ 10
3.4 Kohesi dan Koherensi Penelitian ................................................................................. 10

BAB IV. KELEMAHAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN ..........................................

4.1 Kegayutan Antar Elemen ............................................................................................. 11


4.2 Originalitas Temuan..................................................................................................... 11
4.3 Kemutakhiran Masalah ................................................................................................ 11
4.4 Kohesi dan Koherensi Penelitian ................................................................................. 11

BAB V. IMPLIKASI TERHADAP TEORI ........................................................................

5. 1 Teori ............................................................................................................................ 12
5. 2 Program Pembangunan Indonesia............................................................................... 12
5. 3 Pembahasan dan Analisis ............................................................................................ 12

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem control kelenjar tanpa saluran yang memproduksi hormon.
Hormon adalah senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam arilaran darah menuju ke sel-
sel atau jaringan tubuh. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur
aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus
reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.

Kelenjar endokrin pada manusia meliputi hipofisis (pituitari), epifisis, tiroid, paratiroid,
adrenal, pankreas, pineal, timus, dan pencernaan. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam
menghasilkan hormn berbeda-beda, ada yang seumur hidup misalnya hormone metabolisme dan
ada yang bekerja sampai masa tertentu misalnya hormone pertumbuhan. Sekresi hormone dapat di
stimulasi atau dihambat oleh kadar hormone lainnya dan senyawa nonhormon.

Salah satu kelenjar endokrin adalah kelenjar Pankreas. Pankreas merupakan organ tubuh
berbentuk pipih, terletakn di bagian belakang bawah lambung. Pankreas sebagai endokrin
menghasilkan hormone glukagon, insulin dan somatostatin.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai jurnal yang menyajikan materi hormone
insulin. Hormon isulin dihasilkan oleh sel beta, berfungsi menurunkan katabolisme lemak dan
protein, menurunkan kadar gula darah, serta meningkatkan sintesis protein dan lemak.

1.2.Tujuan
1. Mengetahui sisntesi insulin pada tubuh.
2. Mengetahui peningkatan penyakit diabetes mellitus pada seseorang

1
BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

2. 1 Jurnal Pertama
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Sel Beta Pankreas Sintesis dan Sekresi Insulin
Penulis : Eka Banjarnahor dan Sunny Wangko
Email : www.ekabanjarnahor@yahoo.com
Jenis Jurnal : Jurnal Biomedik
Volume, Nomor : 4, Nomor 3
Bulan,Tahun : November, 2012
Halaman : 156-162
Tempat Terbit : Bagian Anatomi-Fisiologi FK Universitas Sam Ratulangi Manado
B. Ringkasan Artikel
Abstrak

Sintesis dan sekresi insulin dilakukan oleh sel beta pankreas. Sintesis insulin diawali oleh
salinan gen pada kromosom 11, yang akan menghasilkan insulin, di kemas di dalam granul-granul
sekretorik. Sekresi insulin diinduksi oleh perubahan kadar glukosa, yang berakibat terjadinya
reaksi intrasel yang diikuti adanya perbedaan rasio ATP/ADP yang memicu reaksi depolarisasi
membran plasma. Sebagai akibat lanjut Ca2+ ekstrasel akan masuk ke dalam sel beta yang
berfungsi mengaktifkan eksositosis. Sampai saat ini masih banyak ditemui masalah baik dalam hal
sintesis maupun sekresi insulin yang mengakibatkan kebutuhan insulin tubuh tidak terpenuhi.

Gambaran Histologik Pulau Langerhans

Pulau Langerhans merupakan mikro-organ endokrin multihormonal di pancreas. Pulau-


pulau Langerhans tersusun oleh beberapa jenis sel berbeda yang meng-hasilkan hormon berbeda
pula. Sel alfa (α), sel beta (β), sel delta (δ), dan sel polipeptida pankreas (PP) yang memro-duksi
glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreatik secara berurut.

Fase sekresi insulin

2
Pelepasan insulin dari pulau-pulau La-ngerhans. Insulin dilepaskan dalam bentuk bifasik
yang terdiri dari fase pertama yang terjadi singkat (berlangsung sekitar 10 menit) dan diikuti oleh
fase kedua yang berkelanjutan. Fase pertama sekresi insulin melibatkan difusi kantung kecil dari
granul-granul pada membran plasma. Fase kedua sekresi insulin umumnya ditimbulkan oleh peng-
aruh nutrisi, dan melibatkan mobilisasi dari granul-granul intrasel ke tempat membran target
soluble N-ethylmaleimide-sensitive factor attachment protein receptor (t-SNARE) pada membran
plasma untuk bisa memasuki bagian distalnya dan menjalani langkah-langkah fusi ekso-sitosis.

Sinyal sekresi insulin

Sekresi insulin dari sel-sel beta pulau Langerhans diatur oleh sejumlah faktor, tetapi sinyal
stimulasi yang dominan ialah peningkatan glukosa darah yang terjadi dengan me-ngonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat. Selain glukosa yang merang-sang terjadinya sekresi
insulin pada sel beta secara langsung, hal ini dimungkinkan juga oleh fungsi potensial dari efektor
lainnya seperti asam lemak bebas, asam amino, dan hormon inkretin (glucagon-like peptide-1,
GLP-1). Peningkatan glukosa darah meng-induksi peningkatan metabolisme glukosa dalam sel
beta, sehingga terjadi peningkat-an produksi ATP melalui beberapa sumber: glikolisis, oksidasi
glukosa mitokondria, dan pengangkutan aktif ekuivalen reduksi dari sitosol ke rantai transpor
elektron mitokondria.

Bahasan

Sintesis dan sekresi insulin terjadi di dalam sel beta. Proses ini melibatkan bebe-rapa
komponen yang berperan dalam sin-tesis untuk menghasilkan insulin dan me-nyekresikannya ke
luar sel. Pada keadaan tertentu komponen-komponen tersebut da-pat mengalami disfungsi dan
mengakibat-kan terjadinya penyakit. Masalah yang dapat terjadi pada sintesis insulin antara lain:

1) Ketidakmampuan pulau-pulau Langerhans untuk menghasilkan insulin, mengakibatkan insulin


yang keluar dari sel beta dan beredar di dalam darah kurang atau bahkan tidak ada
2) Adanya stres pada RE yang melibatkan the un-folded protein response (UPR). Stres yang terjadi
pada RE akan meng-akibatkan terjadinya mutasi pada pembe-lahan proinsulin yang berakibat
kegagalan pelipatan insulin, sehingga sel tidak dapat menghasilkan jumlah insulin yang sesuai
untuk mempertahankan homeostasis.

3
Disamping masalah sintesis, terdapat juga masalah sekresi. Penurunan sekresi insulin
berkaitan dengan tiga fenomena berbeda: 1) desensitasi terhadap glukosa; 2) kelelahan
(exhaustion) sel beta; dan 3) glucose toxicity. Untuk mempertahankan fungsi sel beta terdapat
berbagai jenis obat yang dapat digunakan dengan tempat-tempat kerja yang berbeda. Thiazolidine-
diones (TZDs) meningkatkan kepekaan in-sulin dengan bertindak sebagai ligan untuk reseptor
hormon peroxisome proliferators activated reseptor-γ (PPARγ) yang meng-atur aktivitas
transkripsi GLUT-4 sehingga meningkatkan uptake glukosa.

Simpulan

Sel beta merupakan tempat terjadinya sintesis dan sekresi insulin. Awal sintesis berawal
dari salinan gen pada kromosom 11 kemudian salinan tersebut akan meng-alami proses yang
akhirnya akan meng-hasilkan insulin yang dikemas di dalam granul-granul sekretorik. Sekresi
insulin diinduksi oleh kadar glukosa, kemudian terjadi reaksi di dalam sel. Perubahan rasio
ATP/ADP akan me-micu reaksi depolarisasi membran plasma, diikuti masuknya Ca2+ ekstrasel
yang berfungsi mengaktifkan eksositosis.

2. 2 Jurnal Kedua
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Hubungan Pengetahuan Tentang Terapi Insulin Dengan Inisisasi
Insulin Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah
Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado
Penulis : Grasela Singal, Mario E. Katuuk, dan Yolanda B. Bataha
Email : gracelasingal@gmail.com
Jenis jurnal : Jurnal Keperawatan
Volume, Nomor : 5, Nomor 1
Bulan, Tahun : Mei, 2017
Tempat Terbit : Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Sam Ratulangi
Manado

4
B. Ringkasan Jurnal
a. Latar belakang masalah
Sebagian besar pasien DM menolak insulin walaupun sudah disarankan untuk
menggunakan insulin. Kurangnya pengetahuan tentang DM menyebabkan pasien
cenderung sulit mengambil keputusan dalam menggunakan insulin.
b. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan pengetahuan tentang terapi insulin dengan inisiasi insulin di pasien
diabetes melitus tipe 2 Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.
c. Desain Penelitian
Menggunakan observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu suatu penelitian yang diukur secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu
kali waktu.
d. Teknik pengambilan Sampel
Menggunakan Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil uji
statistic Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan diperoleh p value 0,016
< 0,05.
e. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar usia responden yang
menyandang DM tipe 2 yaitu responden yang berumur 57-67 tahun dengan jumlah 20 responden
(33,3%). Ganong (2008) menjelaskan bahwa peningkatan resiko diabetes sesuai dengan usia
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan
intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β
pankreas dalam memproduksi insulin. Penelitian ini diperoleh bahwa sebagiancbesar responden
mempunyai pendidikan SMA dengan jumlah 21 responden (35%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang terapi insulin dengan inisiasi insulin pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Pancaran Kasih GMIM Manado. Penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz, dkk (2016) bahwa kurang
adekuatnya informasi dan kesalahpahaman berkonstribusi pada penolakkan terhadap inisiasi
insulin. Jika pasien sudah dianjurkan untuk menggunakan insulin, maka insulin menjadi hal yang
dibutuhkan, sehingga penting untuk mengubah sikap dari pasien terutama pada pasien dengan

5
pendidikan rendah seperti diberikan edukasi mengenai perkembangan sifat natural dari diabetes,
peran insulin dan mekanisme kerja insulin.
f. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yangcdilakukan Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado
pada pasien DM Tipe II mulai dari tanggal 20 Maret 2017 sampai 7 April 2017 disimpulkan bahwa
sebagianbesar usia responden penyandang DM tipe 2 yaitu 57-67 tahun, jenis kelamin perempuan
dengan pendidikan SMA dan lamanya DM 1-5 tahun, sebagian besar responden memiliki
pengetahuan buruk tentang terapi insulin, sebagian besar responden menolak untuk menggunakan
insulin dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang terapi insulin dengan
inisiasi insulin.

2. 3 Jurnal Ketiga
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : The Role of Carbohydrates in Insulin Resistance
Penulis : Daniel H. Bessesen
Alamat : https://doi.org/10.1093/jn/131.10.2782S
Jenis jurnal : Jurna Nutrisi
Volume, Nomor : 133, Nomor 10
Halaman : 2782-2786
Bulan, Tahun : Oktober, 2001
Tempat Terbit :Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Colorado, Pusat Nutrisi
Manusia dan Kesehatan Medis Denver
B. Ringkasan Jurnal

Resistensi insulin adalah gangguan metabolisme yang meningkat di seluruh dunia dan
dikaitkan dengan beberapa dari penyakit paling umum yang mempengaruhi masyarakat modern
termasuk diabetes, hipertensi, obesitas, dan coroner penyakit jantung. Meskipun pendekatan
farmakologis untuk mengelola resistensi insulin sedang dianjurkan oleh beberapa, pendekatan
kesehatan masyarakat yang melibatkan perubahan dalam diet dan aktivitas fisik menarik karena
biayanya yang lebih rendah dan risiko. Meningkatnya prevalensi gangguan yang terkait dengan
resistensi insulin, termasuk diabetes, obesitas dan hipertensi.

6
Pandangan tradisional tentang aksi insulin menempatkan hormon ini di pusat adaptasi
beberapa organ dengan konsumsi nutrisi, khususnya, karbohidrat diet. Insulin merangsang
pembuangan glukosa yang dicerna ke dalam otot rangka dan jaringan adiposa dan mengurangi
produksi glukosa oleh hati dengan mengurangi glikogenolisis dan gluconeogenesis.
Studi terbaru pada tikus di mana reseptor insulin telah dihapus dari jaringan tertentu
termasuk otot rangka, jaringan adiposa, hati, sel-sel p pankreas (b KO KO reseptor insulin spesifik
sel; BIRKO) dan otak (insulin saraf) reseptor knockout; NIRKO telah menekankan saling
ketergantungan dari jaringan-jaringan ini dalam mempertahankan kadar glukosa normal.
Singkatnya, resistensi insulin bukanlah fenotipe sederhana. Jaringan yang berbeda
mungkin memiliki tingkat sensitivitas terhadap insulin yang berbeda, dan di dalam jaringan
tunggal, tindakan insulin tertentu mungkin lebih atau kurang terlibat dalam proses resistensi
insulin. Sangat mudah untuk membayangkan bagaimana kompleksitas ini dalam biologi aksi
insulin dapat menyebabkan kompleksitas dalam menafsirkan studi yang mencoba untuk menguji
hubungan antara perubahan dalam komposisi makanan dan aksi insulin. Tampaknya tidak
mungkin ada.
Komposisi makronutrien dari diet dalam sensitivitas insulin
Ketika hubungan antara perubahan dalam diet dan sensitivitas insulin diperiksa, masalah
pertama yang dihadapi adalah bahwa setiap perubahan dalam satu komponen diet disertai dengan
perubahan timbal balik pada komponen lain dari diet.
Dalam penelitian ini, kadar insulin dan glukosa puasa meningkat meskipun tidak ada
perubahan yang terjadi dalam tindakan insulin yang diukur dengan penjepit hiperinsulinemia.
Studi epidemiologi baru-baru ini telah melihat hubungan antara komposisi makanan dan timbulnya
diabetes tipe 2, hubungan yang mungkin melibatkan perubahan aksi insulin serta sekresi insulin.
Dalam studi di San Luis Valley, tidak ada hubungan yang ditemukan antara karbohidrat makanan
dan hiperinsulinemia atau timbulnya diabetes jujur.
Baru-baru ini, cSwinburn et al. Diperlihatkan dalam sebuah penelitian prospektif bahwa
diet rendah lemak (26% energi), karbohidrat tinggi (54% energi cof) dikaitkan dengan peningkatan
toleransi glukosa dan dapat mengurangi perkembangan diabetes pada sekelompok individu dengan
gangguan glukosa. toleransi. Secara keseluruhan, data ini mendukung gagasan bahwa diet tinggi
karbohidrat, paling tidak, tidak mempengaruhi sensitivitas insulin dan mungkin bermanfaat untuk

7
sensitivitas insulin. Sebaliknya, asupan tinggi lemak makanan, terutama lemak jenuh, memang
muncul dalam beberapa studi yang dikaitkan dengan penurunan sensitivitas insulin.
Gula sederhana
Gula sederhana termasuk monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) dan dissakarida
(sukrosa, maltosa dan laktosa). Banyak penelitian pada hewan telah meneliti hubungan antara aksi
insulin dan asupan fruktosa dan sukrosa yang tinggi. Secara umum, studi-studi ini telah
menunjukkan bahwa pengaruh buruk sukrosa dan fruktosa adalah fungsi dari dosis yang digunakan
dan durasi paparan sehingga jika dosis yang lebih rendah digunakan, durasi paparan harus lebih
lama untuk menghasilkan efek. Selain itu, efek sukrosa pada aksi insulin tampaknya lebih sedikit
pada tikus gemuk yang sudah memiliki tingkat resistensi insulin moderat, dan pada tikus yang
sudah resisten insulin sebagai akibat dari konsumsi diet tinggi lemak.
Fruktosa tampaknya diambil secara hati-hati dan dimetabolisme oleh hati. Penyerapan dan
metabolisme ini menghasilkan keadaan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan
penyerapan glukosa oleh hati, yang mengarah ke berbagai peristiwa seluler, seperti perubahan
dalam ekspresi enzim glukoneogenik yang menghasilkan resistensi insulin. Studi pada manusia
yang meneliti kemampuan sukrosa makanan untuk menghasilkan resistensi insulin hampir tidak
meyakinkan.
Rekomendasi nutrisi terbaru dari American Diabetes Association tidak menganjurkan atau
mencegah penggunaan pemanis ini berdasarkan data yang tersedia. Mereka berhati-hati tentang
perkembangan hipertrigliseridemia dengan diet fruktosa tinggi. Studi epidemiologis juga gagal
menunjukkan hubungan antara konsumsi fruktosa atau sukrosa dan perkembangan diabetes tipe 2.

Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks adalah polimer panjang glukosa atau monosakarida lainnya.
Nomenklatur yang dikaitkan dengan senyawa ini dapat membingungkan. Polimer glukosa dapat
terjadi dalam bentuk bercabang yang dikenal sebagai amilopektin atau bentuk linier yang dikenal
sebagai amilosa. Resistant starch adalah istilah yang digunakan untuk pati yang tidak langsung
diserap tetapi melakukan perjalanan ke usus besar di mana mereka dapat difermentasi oleh flora
usus untuk menghasilkan asam lemak rantai pendek seperti butyrate dan propionate. Pati dapat
diproses untuk meningkatkan jumlah relatif pati resisten. Jenis lain dari karbohidrat karbohidrat
dengan monomer nonglucose seperti xylose tidak dapat dicerna. Molekul karbohidrat kompleks

8
ini adalah unsur dari serat yang larut atau tidak larut. Mereka termasuk lignin, b glukan, permen
karet dan hemiselulosa seperti arabinoxylan, komponen utama dari serat sereal. Serat memberikan
energi minimal tetapi dapat berinteraksi dengan nutrisi lain di saluran pencernaan.
Kesimpulan
Resistensi insulin dan penyakit yang terkait dengannya merupakan tantangan kesehatan
masyarakat utama di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Meskipun akan menarik untuk
menemukan diet yang ideal untuk pencegahan dan pengobatan keadaan resistensi insulin, ini
mungkin harapan yang tidak realistis. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian pada hewan dan
manusia tentang efek karbohidrat sederhana dan kompleks pada aksi insulin meningkat. Namun,
setiap perubahan dalam komposisi karbohidrat dari diet dapat menghasilkan perubahan timbal
balik di bagian lain dari diet.
Penting untuk diingat bahwa pada keseimbangan, peningkatan asupan energi dan
keseimbangan energi positif mungkin merupakan faktor gizi yang paling disalahkan atas resistensi
insulin melalui produksi obesitas. Selain itu, pembatasan energi, terlepas dari komposisi makanan,
mungkin merupakan pendekatan nutrisi terbaik untuk mengobati resistensi insulin.
Studi yang menghubungkan makanan tertentu dengan keadaan penyakit tertentu dapat
memberikan informasi yang paling berguna untuk keputusan kebijakan gizi. Jika hubungan antara
nutrisi dan sensitivitas insulin akan diperiksa, maka tindakan spesifik dari tindakan insulin dalam
jaringan yang kemungkinan akan terpengaruh atau kemungkinan terkait dengan risiko penyakit
harus dilakukan. Cukup menggunakan insulin dan kadar glukosa tidak mungkin memberikan
wawasan yang berarti dalam hubungan ini. Hubungan antara diet dan aksi insulin tetap merupakan
area penting untuk penyelidikan di masa depan.

9
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

3.1. Kegayutan Antar Elemen

Dari jurnal yang sudah dibahas menurut saya jurnal tersebut memiliki dasar elemen yang
benar. Teori yang digunakan merupakan teori yang dapat dibenarkan. Setiap paragraf pada
penelitian selalu berhubungan, paragraf satu dengan paragraf lainnya menunjukkan kaitan yang
tepat.

3.2. Originalitas Temuan

Menurut saya penelitian yang dilakukan memang benar dilakukan dan originalitasnya
dapat dipastkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan sudah terpublish nya jurnal secara internasional,
dan memiliki DOI (Digital Object Identifier). Keoriginalitasannya juga dapat dipastikan dimana
peneliti menguasai penelitiannya dan telah menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk
dipakai oleh banyak kalangan. Hasil penelitian juga disertakan dengan table hasil penelitian.

3.3. Kemutakhiran Masalah

Masalah yang diambil oleh peneliti adalah mengenai insulin terhadap diabetes mellitus.
Masing-masing menjelaskan bagaimana pasien diabeten mellitus membutuhkan insulin untuk
pengobatannya. Menurut saya masalah yang diangkat oleh peneliti benar-benar masalah yang
sering terjadi di masyarakat. Jadi, masalah yang diambil sudah mutakhir.

3.4. Kohesi dan Koherensi Penelitian

Kohesi, hubungan antar unsur dalam penelitian sudah serasi. Pilihan kata-kata yang
digunakan oleh peneliti dapat dengan mudah dipahami sehingga maksud ataupun tujuan yang ingin
diutarakan oleh peneliti dapat langsung dengan mudah diketahui. Pilihan kata yang sederhana
namun baku menjadikan hasil penelitian dapat dinikmati dengan baik.

Koherensi, fakta-fakta yang dibahas oleh peneliti serta gagasan dan ide yang dimunculkan
menjadikan hasil penelitian yang baik.

10
BAB IV

KELEMAHAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

4.1. Kegayutan Antar Elemen

Kegayutan antar elemen atau paragraph sudah baik. Sehingga ketiga jurnal dapat dengan
mudah dipahami. Beberapa kata pada masing-masing jurnal ditandai dengan penomoran, artinya
kata tersebut merupakan kata yang penting. Jadi menurut saya tidak ada kelemahan diantar ketiga
jurnal yang dibahas.

4.2. Originalitas Temuan

Pada jurnal pertama tidak dijelaskan tujuan jurnal sehingga terkesan kurang lengkap.
Namun, pada jurnal yang kedua dan ketiga sudah lengkap. Penelitian dilengkapi dengan tabel-
tabel seperti pada jurnal kedua.

4.3. Kemutakhiran Masalah

Menurut saya masalah yang dijadikan penelitian oleh peneliti merupakan masalah yang
benar-benar sangat penting untuk dibahas. Jadi mengenai kemutakhirannya tidak ada kelemahan.
Karena masalah lingkungan merupakan masalah yang besar apabila penyelesaiannya tidak
kunjung dapat berjalan lancar

4.4. Kohesi dan Koherensi Penelitian

Dalam jurnal terdapat beberapa kata yang tergolong baru saya ketahui. Sebaiknya peneliti
memberi penjelasan mengenai pilihan kata tersebut. Agar pemahaman setiap kalimat dapat secara
runtut dipahami dan tidak terlewatkan.

11
BAB V

IMPLIKASI TERHADAP TEORI

5.1. Teori

Teori-teori yang digunakan peneliti untuk mendukung penelitiannya sudah sangat bagus.
Pada jurnal juga dapat diketahui bahwa penelit juga banyak sekali mengutarakan kalimat atau
pemahaman sendiri sehingga pemahaman penelit dapat dijadikan teori tambahan untuk membuat
penelitian selanjutnya. Karena jurnal tersebut dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian.

5.2. Program Pembangunan Indonesia

Dari ketiga jurnal semua mendukung pembangunan Indonesia. Kebutuhan hormone insulin
untuk penderita diabetes mellitus dapat meningkatkan Indonesia yang lebih sehat. Pembentukan
Insulin juga dapat membangun fasilitas kesehatan yang lebih baik dan maju dari biaya penggunaan
insulin.

5.3. Pembahasan dan Analisis

Jurnal atau hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau pustaka untuk melakukan analisis yang
lebih baik.

12
BAB VI

KESIMPULAN

Sel beta merupakan tempat terjadinya sintesis dan sekresi insulin. Awal sintesis berawal
dari salinan gen pada kromosom 11 kemudian salinan tersebut akan meng-alami proses yang
akhirnya akan meng-hasilkan insulin yang dikemas di dalam granul-granul sekretorik. Sekresi
insulin diinduksi oleh kadar glukosa, kemudian terjadi reaksi di dalam sel. Perubahan rasio
ATP/ADP akan me-micu reaksi depolarisasi membran plasma, diikuti masuknya Ca2+ ekstrasel
yang berfungsi mengaktifkan eksositosis.

Peningkatan resiko diabetes sesuai dengan usia khususnya pada usia lebih dari 40 tahun
karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin

13
DAFTAR PUSTAKA

Banjarnahor, Eka dan Sunny Wangko. 2012. Sel Beta Pankrean Sintesis dan Sekresi Insulin.
Jurnal Biomedik. Vol.4 (3)

Bessesen, Daniel H. 2001. The Role Of Carbohydrates in Insulin Resistance. The Journal of
Nutrition. Vol. 131 (10).

Lestari, D. T (2013). Faktor-faktor Yang mempengaruhi Insiasi insulin pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Tesis Magistes Ilmu
Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Program Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Singal, Grasela. Dkk. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Terapi Insulin Dengan Inisisasi
Insulin Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan. Vol. 5 (1)

14

Anda mungkin juga menyukai