Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa bencana merupakan
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana
adalah salah satu hal yang paling ditakuti oleh dunia, baik itu oleh
negara maju, negara berkembang, maupun oleh negara miskin.
Bencana dapat terjadi karena bencana alam seperti: bencana
tsunami, gempa, ataupun banjir. Ataupun bencana akibat dari
perbuatan tangan manusia seperti: terjadinya perang, krisis ekonomi di
dalam negara, atau karena konflik internal suatu negara. Semua jenis
bencana sangat ditakuti karena mempunyai dampak buruk yang
menyebar luas, baik pada saat bencana itu terjadi maupun setelah
kejadian bencana berlalu. Saat terjadi bencana, tentunya terjadi
banyak kerusakan materil seperti rusaknya rumah tinggal dan gedung-
gedung pemerintahan, rusaknya infrastruktur jalan dan rumah sakit,
sekolah, serta berbagai macam kerusakan lainnya.
Begitupun setelah bencana berlalu, meninggalkan dampak
buruk bagi masyarakatnya seperti banyaknya pengungsi yang
mengalami kerugian baik secara moril maupun materil, dan bahkan
hingga terganggunya kesehatan jiwa mereka. Pasca terjadinya sebuah
bencana kondisi para pengungsi sangat rentan untuk mengalami
gangguan kesehatan jiwa bahkan hal ini menjadi hal yang paling
rentan dihadapi oleh para pengungsi karena tekanan yang besar
akibat kehilangan harta dan keluarga serta keputusasaan karena tidak
tahu bagaimana cara melanjutkan kehidupannya. Kesehatan jiwa yang

1
terganggu terus menerus akan mengakibatkan penyakit jiwa lainnya
seperti anxiety, depresi hingga mengidap PTSD (Post Traumatic
Stress Disorder).
Untuk dapat mengenali terganggu atau tidaknya kondisi
kesehatan jiwa seseorang terlebih bagi para pengungsi akibat
bencana, maka dapat dikenali dengan memahami dimensi-dimensi
kesehatan jiwa pada yang bersangkutan dalam fase pemulihan
bencana. Oleh karena itu diperlukan pelayana keperawatan jiwa pada
situasi bencana tsunami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bencana?
2. Apa saja pelayanan keperawatan jiwa pada situasi bencana
tsunami?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang bencana
2. Untuk megetahui pelayanan keperawatan jiwa pada situasi
bencana tsunami

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana
1. Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. (http://www.bnpb.go.id).
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu ‘tsu dan ‘nami’
yang mempunyai arti secara harfiah adalah ombak besar pada
sebuah pelabuhan. Secara istilah, pengertian tsunami secara
umum dapat diartikan sebagai perpindahan air yang disebabkan
oleh adanya perubahan pada permukaan laut secara vertikal dan

3
berlangsung secara tiba-tiba. Gelombang tsunami adalah jenis
gelombang yang dapat bergerak ke segala arah dengan jarak
hingga beribu-ribu kilometer, tak heran jika dampak yang dirasakan
oleh bencana ini bisa menyapu seisi kota. Tidak hanya jaraknya
saja yang luas, namun gelombangtsunami juga mempunyai
kecepatan dari 500 – 1000 km perjam, bahkan hal tersebut
menyamai kecepatan pesawat.
2. Ciri-Ciri Tsunami
a. Kondisi air di sekitar pantai tiba-tiba surut
b. Adanya suara gemuruh dari kejauhan yang cukup keras
c. Perilaku hewan yang aneh seperti burung yang menuju tengah
lautan, hewan ternak yang terlihat stress
d. Adanya gempabumi sebelum tsunami dengan sumber dasar
laut
e. Terdapat gelombang yang tidak biasa
f. Keadaan awan yang lebih mendung daripada biasanya
g. Listrik yang menyala meskipun tidak ada aliran listrik karena
adanya gelombang elektromagnetik
3. Faktor Penyebab Tsunami
a. Gempa bumi
Kedatangan gelombang tsunami ke daratan dapat dipicu oleh
adanya gempabumi. Maka tak heran jika terdapat suatu gempa
dengan pusat dasar laut, pemerintah setempat akan
menghimbau untuk menjauhi pantai hingga peringatan aman
akan bencana tsunami. Salah satu penyebab terjadinya
gempabumi ini adalah pergerakan lempeng dan adanya sesar
aktif.
b. Erupsi Gunung api
Erupsi gunugapi atau yang biasa dikenal sebagai gunung
meletus juga memicu terjadinya tsunami karena akan
mengakibatkan gempabumi yan bersifat vulkanik. Salah satu

4
contoh tsunami yang disebabkan oleh erupsi gunungapi adalah
kejadian tsunami akibat letusan Gunung Krakatau.
c. Longsor Bawah Laut
Tidak hanya gempa dan gunungapi, longsoran bawah laut yang
disebabkan karena adanya lempeng yang bertabrakan juga
dapat menyebabkan bencana tsunami yang disebut dengan
istilah tsunami submarine landslide.
d. Meteor
Jika tiga faktor diatas adalah faktor internal dari dalam bumi,
berbeda dengan faktor terakhir ini yang berasal dari luar bumi.
Adanya hantaman meteor yang mengenai laut dapat memicu
terjadinya tsunami.
4. Jenis-jenis Tsunami
Setidaknya terdapat tiga jenis tsunami yang harus anda ketahui,
yaitu
a. Tsunami Lokal
b. Tsunami Regional
c. Tsunami Jarak Jauh
5. Akibat Dampak Tsunami
1) Dampak Negatif
1) Memakan banyak korban manusia dan hewan
2) Merusak infrastruktur bangunan, tumbuhan, dan apa saja
yang dilalui oleh gelombangnya
3) Mengeluarkan banyak dana pemerintah untuk pembangunan
pasca tsunami
4) Dapat menambah tingkat kemiskinan
5) Memakan harta benda
6) Riset tentang hubungan antara bencana dan gangguan jiwa
juga datang dari Masahiro Kokai beserta tim peneliti yang
mengangkat isu soal prevalensi morbiditas psikiatri setelah
gempa Hanshin-Awaji. Menurut laporan bertajuk "Natural
disaster and mental health in Asia" yang diterbitkan jurnal

5
Psychiatry and Clinical Neurosciences (2004) ini, istilah
morbiditas psikiatri mengacu pada kerusakan fisik dan
psikologis akibat kondisi kejiwaan. Metode yang ditempuh
Kokai dkk adalah mengobservasi korban bencana.
Hasilnya, gangguan kecemasan sebagai dampak langsung
dari kejadian yang traumatis jamak ditemukan pada pasien
pada bulan pertama setelah bencana. Umumnya, korban
bencana mengalami depresi. Namun, jumlah kasus depresi
berkurang dalam waktu satu tahun. Korban selamat yang
depresi biasanya menganggur, terus memikirkan beban
untuk kembali membangun rumahnya, mengalami kelelahan
fisik, dan kesulitan menyesuaikan diri di tempat rekolasi.
2) Dampak Positif
1) Rasa gotong royong semakin meningkat
2) Sebagai bahan pembelajaran jika terjadi tsunami lagi
3) Dapat melakukan identifikasi seberapa kuat konstruksi
bangunan yang terkena dampak
4) Lapangan pekerjaan meningkat pasca tsunami

B. Pelayanan Keperawatan Jiwa


1. Pelayanan keperawatan jiwa
Pelayanan keperawatan komprehensif diberikan pada masyarakat
pasca bencana dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam
dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan
keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif
mencangkup 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
a. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah:

6
1) Program pendidikan kesehatan, program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi, manajemen stress,
persiapan orang tua
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pendidikan kesehatan orang tua
1) Pendidijan menjadi orang tua
2) Perkembangan anak sesuai usia
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b) Cara mengatasi stress
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana
2) Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim,
kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan
rumah atau tempat tinggal, yang semua ini memungkinkan
akibat terjadi bencana.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakan dukungan masyarakat seperti menjadi
orang tua asuh bagi anak yatim piatu
3) Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing
untuk mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk
memperoleh tempat tinggal
3) Program pencegahan penyalahgunaan obat
a) Pendidikan kesehatan melatih koping pasif untuk mengatasi
stress
b) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan
perasaan tanpa menyakiti orang lain

7
c) Latihan afirmasi dengan menggunakan aspek-aspek positif
yang ada pada diri seseorang
4) Program pencegahan bunuh diri
Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah
oleh individu yang mengalami keputusan. Oleh karena itu perlu
dilakukan program:
a) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri
b) Melatih koping yang adaptif
c) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh
diri
b. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada tingkat ini adalah deteksi
dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan
dengan segera.
Tujuan pelayanan adalah mencegah dan menurunkan kejadian
gangguan jiwa
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau
gangguan jiwa (telah memiliki faktor resiko) dan memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:
1) Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim
kesehatan lain, penemuan langsung
2) Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data
fokus pada semua pasien yang berobat (pasien dengan
keluhan fisi) di Puskesmas
b) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan,
depresi maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian keperawatan kesehatan jiwa

8
c) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini
gangguan jiwa (ditempat-tempat umum)
d) Memberikan perawatan dan pengobatan cepat tentang
kasus baru yang ditemukan sesuai standar pendelegasian
program pengobatan (bekerjasama dengan dokter) serta
momonitor efek samping obat, gejala dan kepatuhan pasien
minum obat
e) Bekerjasama dengan perawt komunitas dalam pemberian
perawatan dan pengobatan lain yang dibutuhkan pasien
untuk mengatasi gangguan fisik yang memerlukan
pengobatan bekerjasama dengan dokter
f) Melibatkan keluarga dalam pemberian keperawatan dan
pengobatan, mengajarkan keluarga agar melaporkan segera
kepada perawat jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasa
dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa
g) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien
ditempat aman, melakukan pengawasan ketat menguatkan
koping dan melakukan rujukan jika mengancam
keselamatan jiwa
h) Mempertahankan pasien ditempat yang aman sebelum
dirujuk dengan menciptakan lingkungan yang tenang dan
stimulus yang minimal
i) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi
keperawatan jiwa untuk membantu pemulihan pasien seperti
terapi aktivitas kelompok, terapi keluarga, terapi lingkungan
j) Memfasilitasi self-help group (kelompok membantu pasien,
keluarga atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa
kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang
terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya
k) Hotine service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam
24 jam melalui telepon berupa pelayanan konseling
l) Melakukan tindak lanjut (follow up) dan rujuk kasus

9
c. Pencegahan Tersier
Fokus pelayanan kesehatan jiwa pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa
Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa pada tahap pemulihan
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan
Aktivitas pada pencegahan tersier adalah
1) Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-
sumber di masyarakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), pelayanan terdekat
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap
masyarakat terhadap penerimaan pasien gangguan jiwa
b) Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan
penanganan pasien yang mengalami kekambuhan
2) Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan
keluarga hingga mandiri dan produktif. Focus pada kekuatan
dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara:
a) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar
mengungkapkan dan menyelesaikan masalah dengan cara
yang tepat
b) Mengembangkan sistem pendukung dengan
memperdayakan keluarga dan masyarakat
c) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan
d) Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
e) Membantu pasien dan keluarga merencanakan masa depan
pasien
3) Program Sosialisasi

10
a) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi
b) Mengembangkan keterampilan hidup: kegiatan sehar-hari
(ADL), mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
c) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi
ketempat rekreasi
d) Kegiatan sosial dan keagamaan, contoh: arisan bersama,
pengajian, majelis taklim
4) Program Mencegah Stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat
terhadap gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu diberikan
program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan
deskriminasi terhadap gangguan jiwa
Beberapa kegiatan yang dapat dilakuka:
a) Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa serta sikap dan
tindakan menghadapi pasien gangguan jiwa
b) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang
berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa
2. Komponen Jenjang Pelayanan Kesehatan Jiwa
a. Perawatan mandiri individu dan keluarga
Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan jiwa
yang dipenuhi oleh masing-masing individu dan
keluarga. Mayarakat baik individu maupun keluarga diharapkan
dapat secara mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada
tingkat ini sangat mungkin untuk memperdayakan keluarga
dengan melibatkan mereka dalam memelihara kesehatan anggota
keluarganya.
b. Dukungan masyarakat formal dan informal diluar sektor kesehata
Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak
mampu diatasi secara mandiri ditingkat individu dan keluarga
maka upaya solusi tingkat berikutnya adalah leader formal dan

11
informal yang ada di masyarakat mereka menjadi tempat rujukan.
Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal diluar tatanan
pelayanan kesehatan merupakan target pelyanan kesehatan jiwa,
kelompok yang dimaksud adalah TOMA ( tokoh agama, tokoh wanita,
kepala desa/lurah, RT/RW )
c. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar
Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk rawat jalan dan
kunjungan ke masyarakat sesuai wilayah kerja masyarakat.
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa
adalah perawat yang telah dilatih CMHN atau perawat plus CMHN
dan dokter yang telah dilatih kesehatan jiwa ( dokter plus kesehatan jiwa )
yang bekerja secara team yang disebut team kesehatan jiwa
puskesmas.
d. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat kabupaten/kota
Tim kesehatan yang terdiri dari psikiater, psikolog klinik, perawat jiwa
CMHN dan psikolog (yang telah mendapat pelatihan jiwa)
e. Pelayanan kesehatan jiwa di RSU Diharapkan tingkat
kabupaten atau kota menyediakan pelayanan rawat

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana terbagi menjadi tiga yaitu: bencana alam (tsunami,
gempa bumi), bencana non alam (banjir), bencana sosial (terror).
Pelayanan keperawatan komprehensif diberikan pada masyarakat
pasca bencana dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam
dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan
pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

B. Saran
Diharapkan dalam memperikan perawatan pada pelayanan
keperawatan jiwa pada bencana tsunami dapat berjalan secara
komprehensif untuk mendapatkan evaluasi yang optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Honik Endan. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komprehensif. Post 9 April
2016. Diambil pada tanggal 22 November 2019, dari alamat
https://fitrianygustariny.com/pelayanan-keperawatan-kesehatan-
jiwa-komprehensif/
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana

14

Anda mungkin juga menyukai