Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya mewujudkan negara yang maju dan mandiri serta


masyarakat adil dan makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan
dan sekaligus peluang memasuki millenium ke-3 yang dicirikan oleh proses
transformasi global yang bertumpu pada perdagangan bebas dan kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sementara itu, di sisi lain
tantangan yang paling fundamental adalah bagaimana untuk keluar dari krisis
ekonomi yang menghantam bangsa Indonesia sejak tahun 1997 dan
mempersiapkan perekonomian nasional dalam percaturan global abad 21.
Dalam rangka, menjawab tantangan dan pemanfaatan peluang tersebut,
diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi,
produktivitas tenaga kerja dalam peningkatan kontribusi yang signifikan dari
setiap sektor pembangunan.

Bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan,


pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut,
bangunan kelautan, dan jasa kelautan, merupakan andalan dalam menjawab
tantangan dan peluang tersebut. Pernyataan tersebut didasari bahwa potensi
sumber daya kelautan yang besar yakni 75% wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah laut dan selama ini telah memberikan
sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sumbangan yang sangat berarti dari sumber daya kelautan tersebut, antara
lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa dan pembangunan daerah.
Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan sumber daya alam serta
sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia, kelautan sesungguhnya
memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif dan keunggulan
kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan
nasional di masa depan.

Berbicara mengenai kelautan, tentunya tidak terlepas dari keberadaan


pengangkutan untuk menunjang berbagai aktivitas kelautan yang berlangsung
dalam suatu negara. Angkutan muatan laut adalah suatu usaha perusahaan
pelayaran niaga yang bergerak di bidang jasa. Angkutan muatan laut

1
merupakan bidang usaha yang luas bidang kegiatannya dan memegang
peranan penting dalam usaha memajukan perdagangan dalam dan luar negeri.
Oleh karena itu peran dan fungsi pengangkutan adalah sangat vital dalam
dunia perdagangan, mengingat sarana ini adalah alat penghubung dari
produsen ke konsumen,dari pelabuhan ke gudang, dari tempat pelelangan
ikan ke pasar, dari toko ke bangunan yang sedang didirikan serta hal-hal lain
dalam perdagangan barang yang melibatkan jasa pengangkutan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana perkembangan pembangunan perhubungan laut di indonesia ?
2. Bagaimana meningkatkan pembangunan perhubungan laut di Indonesia ?
3. Bagaimana membangun kelautan untuk mengembalikan kejayaan
Indonesia sebagai negara maritim ?
4. Bagaimana mengatasi masalah dalam pembangunan perhubungan laut di
Indonesia ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui perkembangan pembangunan perhubungan laut di Indonesia


2. Mengetahui dan memahami cara meningkatkan pembangunan
perhubungan laut di Indonesia
3. Mengetahui membangun kelautan untuk mengembalikan kejayaan
Indonesia sebagai negara maritim
4. Mengetahui cara mengatasi masalah dalam pembangunan perhubungan
laut di Indonesia

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui


bagaimana perkembangan pembangunan perhubungan laut di negara kita dan
bagaimana kita meningkatkan pembangunan tersebut serta kita dapat mengatasi
masalah-masalah yang ada.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Pembangunan Laut

Dalam tiga tahun ini, Pemerintah telah melakukan sejumlah


pembangunan di wilayah Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya
terfokus di Pulau Jawa melainkan juga di luar Pulau Jawa, termasuk wilayah
Indonesia Timur.

"Dalam waktu tiga tahun ini, Pemerintah telah melakukan sejumlah


pembangunan tidak hanya di pulau Jawa melainkan juga di luar pulau Jawa,
termasuk wilayah Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan program Nawa Cita
Presiden Jokowi-JK yakni membangun Indonesia dari pinggiran," ujar
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam dialog di Bangsal
Sewokoprojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta pada Sabtu (12/8).

Lebih lanjut Menhub memberikan contoh pembangunan yang


dilakukan Pemerintah di wilayah pegunungan Papua."Kita lihat masyarakat di
pegunungan Papua itu hidupnya sangat bergantung pada koneksitas
transportasi udara. Oleh karenanya Kemenhub membangun sejumlah bandara
supaya mereka bisa merasakan kemerdekaan sama seperti masyarakat lain di
pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan," jelas Menhub.

Selain pembangunan bandara, Pemerintah juga melakukan kebijakan


BBM 1 harga di wilayah Papua."Papua itu daerah terjauh dan sulit dijangkau.
Harga BBM di sana 50 ribu per Liter, namun kalau lagi langka harga BBM
bisa 100 ribu per Liter. Oleh karenanya, Pemerintah lakukan kebijakan BBM
1 harga. Sekarang BBM bisa dijangkau dengan harga 6.500 per Liter.
Selanjutnya Pemerintah masih terus berupaya selain harga BBM, harga bahan
pokok juga menurun," jelas Menhub.

Menanggapi hal ini, Bupati Illaga Puncak Papua Willem Wandik


menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada Pemerintah atas
perubahan yang terjadi di daerah puncak Papua. "Saya atas nama masyarakat
Papua menyampaikan terimakasih kepada kinerja Pemerintah yang luar biasa.
Kami bangga karena sudah cukup lama menanti. Kami merasakan tahun 2016
harga BBM di kab.Puncak dan daerah pegunungan 50 ribu per liter, kalau lagi
langka harganya menjadi 100 ribu per liter. Namun sekarang harganya sudah

3
turun menjadi 6.500 per liter," ujar Willem. Willem menambahkan selain
harga BBM, harga semen di kab.Puncak Papua juga mengalami penurunan
dari 2.500.000 per sak menjadi 1.050.000 per sak.

Lebih lanjut Menhub juga menjelaskan pembangunan yang dilakukan


Pemerintah di wilayah Miangas, Sulawesi utara. "Ada lagi wilayah Miangas.
Posisinya ada di utara Sulawesi Utara. Kira-kira jarak dari Manado sekitar
400 km dan Filipina 70 km. Kalau Pemerintah tidak urus mereka, nanti bisa-
bisa mereka jadi orang Filipina. Makanya Pemerintah bangun bandara di
sana," jelas Menhub. Seorang Guru di Miangas Hibor Arundaa
menyampaikan perubahan yang terjadi setelah adanya bandara."Bandara di
Miangas mulai beroperasi 13 Maret 2017 Pak. Jadi 5 bulan inilah kami sudah
bisa menggunakan bandara. Dulu transportasi keluar masuk Miangas pakai
kapal laut yang jadwalnya tidak pasti terantung cuaca Pak. Namun sejak ada
bandara jadwalnya pasti, seminggu sekali," jelas Hibor.

Sementara itu Nelayan di Miangas Petrus Mambu juga menyampaikan


perekonomian warga Miangas meningkat setelah adanya bandara. "Sebagai
seorang nelayan dengan adanya transportasi bandara, saya senang dan bangga
bisa dapat kehidupan yang layak Pak. Perekonomian kami meningkat. Dulu
kalau cuaca tidak memungkinkan, 2 minggu kapal Pelni baru masuk ke
Miangas, Pak" terang Petrus. Mendengar pernyataan tersebut, Menhub
menilai ini salah satu bentuk keberhasilan pembangunan di wilayah
pinggiran. "Saya senang mendengar teman-teman dari Miangas memiliki
produktivitas yang meningkat dengan adanya bandara. Saya pikir inilah
bentuk keberhasilan pembangunan yang dilakukan Pemerintah di wilayah-
wilayah pinggiran," tutup Menhub.

*Pembangunan Bandara di Gunung Kidul*

Pemerintah terus berupaya membangun infrastruktur transportasi di


Indonesia. Salah satunya dengan rencana pembangunan bandara di Kab.
Gunung Kidul, Yogyakarta. Menhub menyatakan pembangunan bandara
tersebut dimulai pada tahun 2018 dan ditargetkan selesai paling lambat tahun
2019. "Bandara Gading kan dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. Kalau KSAU
setuju, pembangunannya akan dimulai pada tahun 2018 dan paling lambat
2019 sudah bisa selesai," kata Menhub.

Lebih lanjut Menhub menjelaskan rencana Pemerintah dalam


pembangunan bandara tersebut. "Pertama Pemerintah akan kulanuwun
(menghadap) ke KSAU bahwa ada bandara yang belum dikelola dengan baik.
Kemudian akan merencanakan menjadi bandara kegiatan-kegiatan turis dan

4
akan segera membangun infrastruktur pendukung. Panjang landasan
terbangnya sekitar 1.600 meter," jelas Menhub.

Menhub menambahkan hanya jet pribadi dan pesawat jenis ATR yang
bisa mendarat di landasan tersebut. Menhub juga mengungkapkan
pembangunan bandara ini sejalan dengan rencana Gunung Kidul menjadikan
pariwisata sebagai industri unggulan. "Saya salut dengan kabupaten Gunung
Kidul. Di sini akan ada Bandara Gading, sebagai bandara kedua selain
Kulonprogo. Hal ini sejalan dengan Gunung Kidul yang merencanakan
pariwisata sebagai industri unggulan. Untuk itu, koneksitas udara sangat
penting," ungkap Menhub.

Sementara itu Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi


menyambut baik rencana pembangunan tersebut. "Kami akan mendukung
penuh program Pemerintah. Dampaknya sudah kami perhitungkan.
(Penerbangan) dari Australia akan memberikan efek luar biasa dari wisman
(wisata mancanegara)," tutup Immawan. Turut hadir dalam dialog tersebut
Bupati Illaga Puncak Papua Willem Wandik, Wakil Bupati Gunung Kidul
Immawan Wahyudi, Kepala UPBU Melonguane Fanani Zuhri, Akademisi
Yoyok Soesatyo, Guru di Kab.Miangas Hibor Arundaa, dan Nelayan di Kab.
Miangas Petrus Mambu.

2.2 Peningkatan Pembangunan Tol Laut di Indonesia

Sektor transportasi laut berperan dalam menghubungkan satu pulau


dengan pulau lainnya sehingga aktivitas perekonomian dapat berjalan secara
lancar. Disamping itu, sektor transportasi laut berperan dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tertingal (konsep transport promote the
trade) dan sebagai sarana penunjang perekonomian bagi daerah-daerah yang
telah berkembang (konsep transport follow the trade). Dengan kata lain
transportasi laut berperan dalam menggerakkan dinamika pembangunan
melalui mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi
nasional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor transportasi
(khususnya transportasi laut bagi negara kepulauan seperti Indonesia) adalah
merupakan fundamen (dasar) dari seluruh kehidupan ekonomi dan kualitas
hidup suatu bangsa.Untuk dapat mengelola sektor transportasi laut secara
optimum sehingga kerugian-kerugian seperti yang terjadi pada masa lalu
dapat diperkecil, dibutuhkan adanya sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi khusus yang tinggi dalam bidang transportasi laut.

5
Salah satu cara peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Hal ini sejalan dengan
program pemerintah dalam upaya memberdayakan industri pelayaran
nasional, yaitu melalui program penerapan asas cabotage, dimana salah satu
pilar (dari enam pilar) kesuksesan penerapan program ini adalah melalui
pendidikan.

Transportasi laut memiliki peran yang sangat penting bagi negara


kepulauan. Mengingat Indonesia memiliki 17.000 pulau dan disatukan oleh
lautan yang luas, transportasi laut menjadi “urat nadi” bagi perekonomian
Indonesia. Karena sangat vitalnya transportasi bagi perekonomian, maka
transportasi laut harus dikembangkan dengan baik dan benar untuk
menunjang pertumbuhan perekonomian. Jika transportasi laut terganggu,
maka perekonomian nasional juga akan ikut terganggu.

Tantangan pembangunan transportasi sangat kompleks, termasuk


transportasi laut, sebagai dampak perkembangan ekonomi global dalam
beberapa tahun terakhir. Karena itu, pembangunan transportasi laut tidak
boleh hanya berorientasi pada skala nasional saja, namun juga harus
berorientasi pada skala regional dan internasional. Indonesia memiliki 2.392
pelauhan resmi dan lebih banyak lagi pelabuhan tidak resmi. Setiap 40
kilometer panjang terdapat satu pelabuhan. Hal itu sebenarnya sah-sah saja
karena memang Indonesia merupakan negara kepulauan.Untuk
mengantisipasi tantangan transportasi laut yang cukup berat, aparatur
Kementerian Perhubungan dituntut untuk mampu beradaptasi dan melakukan
perubahan ke arah yang lebih.

Terkait dengan tantangan transportasi laut, peningkatan kinerja


keselamatan pelayaran adalah hal yang sangat penting untuk dapat
diwujudkan karena mencerminkan semangat untuk senantiasa
mengedepankan pelayanan yang terbaik di bidang pelayaran. Transportasi
Laut mempunyai peran vital dalam pembangunan nasional dan merupakan
infrastruktur dan tulang punggung kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.3 Membangun Kelautan Untuk Mengembalikan Kejayaan Indonesia


Sebagai Negara Maritim

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat


luas, sekitar 2/3 wilayah negara ini berupa lautan. Dengan cakupan wilayah
laut yang begitu luasnya, maka Indonesia pun diakui secara internasional

6
sebagai Negara Maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS 1982 yang
memberikan kewenangan dan memperluas wilayah laut Indonesia dengan
segala ketetapan yang mengikutinya. Selain itu juga terjadi perluasan hak-hak
berdaulat atas kekayaan alam di ZEE serta landas kontinen serta Indonesia
juga masih memiliki hak atas pengelolaan natural reseources di laut bebas dan
di dasar samudera. Kesemuanya ini menjadikan Indonesia sebagai negara
yang sangat kaya.

Dekalarasi Djuanda 1957 yang menegaskan konsepsi Wawasan


Nusantara memberikan kita anugerah yang luar biasa baik itu laut, darat
maupun udara. Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah teritorial
sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) 2,7 juta km2. Selain itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan
garis pantai sepanjang 95.181 km.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, semangat maritim sudah


menggelora, bahkan beberapa kerajaan jaman dahulu mampu menguasai
lautan dengan armada perang dan kapal dagang yang besar. Namun semangat
maritim tersebut menjadi luntur tatkala Indonesia mengalami penjajahan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Pola hidup dan orientasi bangsa “dibelokkan”
dari orientasi maritim ke orientasi agraris (darat).

Disamping itu, secara geografis Indonesia terletak di antara dua


benua, Asia dan Australia dan dua samudra, Hindia dan Pasifik yang
merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara
ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut menempatkan
Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor kelautan, dan
sangat logis jika ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi pembangunan
ekonomi nasional.

Dengan cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja laut
Indonesia mengandung keanekaragaman sumberdaya alam laut yang sangat
potensial, baik hayati dan non-hayati yang tentunya memberikan nilai yang
besar pada sumberdaya alam seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan
biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wisata bahari, sumber energi terbarukan
maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga media transportasi
antar pulau yang sangat ekonomis.

Antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut, tapi
bukanlah menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa di Indonesia untuk
saling berhubungan. Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar

7
pulau telah berkembang dengan menggunakan berbagai macam tipe perahu
tradisional, nenek moyang kita menjadi pelaut-pelaut handal yang menjelajahi
untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar. Bahkan, yang
lebih mengejutkan lagi, pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia
(Nusantara) pada zaman bahari telah sampai ke Madagaskar. Pada zaman
bahari telah menjadi Trade Mark bahwa Indonesia merupakan negara
maritim.

Potensi sumberdaya maritim cukup besar dan tersebar di seluruh


wilayah Indonesia. Dari perikanan, termasuk perikanan tangkap, budidaya,
dan pengolahan sebesar US$ 47 miliar per tahun. Sedangkan dari pariwisata
bahari mencapai US$ 29 miliar per tahun. Dari energi terbarukan sebesar US$
80 miliar per tahun yang terdiri dari energi arus laut, pasang surut,
gelombang, biofuel alga, panas laut. Sementara Biofarmasetika laut sebesar
US$ 330 miliar per tahun. Dengan melimpahnya keanekaragaman hayati laut
indonesia, dapat digunakan untuk pengembangan industri bioteknologi bahan
pangan, obat-obatan, kosmetika dan bioremediasi. Sedangkan dari sektor
transportasi laut ada potensi US$ 90 miliar per tahun. Sementara minyak
bumi dan gas offshore senilai US$ 68 miliar. Sebanyak 70% dari produksi
minyak dan gas bumi berasal dari pesisir, dengan 40 dari 60 cekungan
potensial mengandung migas terdapat di lepas pantai, 14 di pesisir dan hanya
6 di daratan. Hasil seabed mineral mencapai US$ 256 miliar per tahun, sektor
industri dan jasa maritim mencapai US$ 72 miliar per tahun dan garam
mencapai US$ 28 miliar per tahun (Sudirman Saad dalam Berita Satu.com)

Besarnya peluang ekonomi dari pemanfaatan potensi sumberdaya laut


yang sedemikian besar ini sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang
besar pula bagi peningkatan perekonomian bangsa, bahkan sudah sepatutnya
pula menjadi sektor penggerak ekonomi nasional yang dominan. Namun pada
kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional masih belum
dimanfaatkan secara optimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata
bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat
dengan sumberdaya pesisir dan laut umumnya masih tergolong pada
masyarakat miskin atau dikategorikan sebagai masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan rendah.

Paradigma pembangunan kita umumnya masih memusatkan


perhatiannya untuk mengalokasikan sumberdaya pembangunan yang ada
kepada sektor-sektor atau wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam
menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di
kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini

8
oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi
ke darat daripada sektor laut. Sudah saatnya bangsa kita merubah cara
pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan
(Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan
berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah
negara kepulauan yang sudah diakui dunia dan terakomodasi dalam UUD
1945 pasal 25A.

Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang lebih memperhatikan


wilayah daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan
di masa depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan
kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.

2.4 Mengatasi Masalah yang di Hadapi Dalam Pembangunan Perhubungan


Laut di Indonesia

Sistem transportasi laut Indonesia masih perlu pembenahan. Laurens


Bahang Dama, Ketua Komisi V DPR RI mengatakan, ada tiga yang perlu
dibenahi dalam masalah di sektor tersebut. "Pembenahan transportasi laut
mesti dilakukan dari sisi prasarana, sarana dan sumber daya manusia," kata
Laurens di Jakarta, Kamis (28/3/2013).

Menurut Laurens, prasarana menyangkut pelabuhan kedalaman laut


yang hanya 6 - 13 meter, sedangkan di Singapura sampai 16 meter. Hal ini
berpengaruh saat kapal besar yang kesulitan masuk pelabuhan. Alhasil kapal
yang dapat mengangkut penumpang dan barang tidak banyak. Sarana terkait
dengan kapal yang mengangkut barang dan penumpang belum memadai dan
sistem transportasi laut belum terintegrasi dengan moda transportasi lain.
Padahal jika ini dimanfaatkan atau dibina pemerintah akan membuat
perekonomian bergerak dan menjadi potensi Indonesia. Dan yang terakhir
adalah masalah sumber daya manusia. "Pemerintah harus membenahi
prasarana, sarana, dan ESDM, dengan membenahi transportasi laut
penyerapan tenaga kerja tinggi, penghasilan bertambah, tapi malah ini
dimanfaatkan oleh Singapura," kata Laurens. Laurens menambahkan perlu
adanya azas cabotage sebesar 100 persen dan 40 persen ekspor - impor share
untuk kapal lain, pemerintah perlu membangun kapal besar sehingga
Indonesia sebagai pusat kapal dunia. Demikian pula penguatan kapasitas
sumber daya manusia dalam rangka penguatan sektor pelayanan nasional.
"Pelayaran rakyat harus berperan dalam sistem logistik nasional untuk
percepatan jalur distribusi ekonomidan pelayaran harus punyai manajeman
dengan standar internasional," tambah Laurens.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan perhubungan laut di Indonesia itu sangat penting karena


manfaat tol laut sangat besar salah satunya berhasil menurunkan harga
barang-barang khususnya di Indonesia Timur. Pembangunan tol laut
bertujuan untuk mewujudkan konektivitas dan menekan kesenjangan harga
antara wilayah Barat dan Timur Indonesia yang disebabkan tidak adanya
kepastian ketersediaan barang. Dengan adanya kapal-kapal regular yang
menjadi trayek tol laut, biaya transportasi angkutan turun untuk komoditas.

3.2 Saran

Saran yang dapat ajukan adalah agar bisa mengembangkan


pembangunan perhubungan laut di Indonesia yaitu dengan mengembangkan
sumber daya manusia yang ada di negara kita dalam hal ini pengetahuan kita
mengenai pembangunan perhubungan laut.

10

Anda mungkin juga menyukai