Anda di halaman 1dari 12

EVIDENCE BASED PRACTICE : AMNIOTOMI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas


Dosen Pembimbing : Ns. Aprilia Dian Prawesti, S.kep.

Makalah

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Ainiyah Suyono 16010097
2. Auwalia Ismi A 16010102
3. Firda Dwi A 16010112
4. Irfan Budi 16010117
5. Maria Ulfa 16010123
6. M. Rizqi Sukma 16010130
7. Septiani Puji 16010135
8. Ulfa Nanelis 16010140
9. Vita Vironica 16010142

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang kami susun dengan judul Evodence Based Practce pada
Amniotomi . Makalah ini disusun dari beberapa literatur yang menyediakan informasi baik
yang bersumber dari buku, jurnal, maupun dari internet.
Tidak lupa juga kami sampaikan terimakasih kepada segenap tim dosen pengajar mata
kuliah Maternitas, yang telah memberikan pengetahuan serta tugas yang menjadi aspek
penilaian dalam nilai akhir kami.

Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami susun masih memiliki banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa,penyusunan kalimat serta
penyusunan struktur atau kerangka dari makalah ini sendiri. Untuk itu, kami mengharapkan
saran serta kritikan yang membangun guna memperbaiki kesalahan-kesalahan di makalah
berikutnya. Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat, memberikan tambahan
wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi
bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Jember 11 Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori ........................................................................................................ 2
2.2. Indikasi dan kontraindikasi tindakan amniotomi .................................................... 2
2.2. Kelebhan dan kekurangan tindakan amniotomi ...................................................... 3
2.4. Standar Operasional Prosedur (SOP) amniotomi .................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
3.2. Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Amniotomi adalah tindakan untuk mebuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat dan adanya
tekanan didalam rongga amnion. Indikasi amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah
namun, serviks telah membuka sepenuhnya. Selama selaput ketuban masih utuh janin
akan terhindar dari asfiksia. Cairan amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi
janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Sehingga perlu dihindarkan amniotomi
dini pada kala I. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik
aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada diserviks dan tidak dikeluarkan dari
panggul selama prosedur, karena tindakan tersebut akan menyebabakan prolaps tali pusat
(Obstetri William Edisi 21,Cuningham, dkk.2006:343).
Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya
akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, penilaian serviks, penurunan bagian
terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi
persalinan. Penilaian yang salah, dapat menyebabkan cairan amniotomi sangat berkurang
sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan morbiditas/ mortalitas ibu dan bayi
yang dikandungnya.
Angka kematian ibu dan anak di Indonesia, hampir setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya sosialisasi tentang persiapan
dalam persalinan. Rata-rata AKI disebabkan oleh perdarahan pada persalinan yang
abnormal. Dalam proses persalinan akan melalui kala II persalinan, dimana pada kala
tersebut merupakan proses pengeluaran bayi. Dengan munculnya permasalahan tersebut,
kelompok kami berinisiatif untuk mengangkat topik ini berdasarkan evidence based
practice.
1.2. Tujuan
a. Mengetahui pengertian amniotomi
b. Mengetahui indikasi dari tindakan amniotomi
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan amniotomi
d. Mengetahui prosedur tindakan amniotomi berdasarkan SPO

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
Amniotomi adalah tindakan yang di lakukan jika ketuban belum pecah tetapi serviks
sudah membuka. Amniotomi dilakaukan dengan cara memecahkan ketuban baik dibagian
bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu alat
khusus yang disebut (drewsmith catether).

Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban atau selaput ketuban :

a. Utuh (U) : membran masih utuh, memberi sedikit perlindungan kepada bayi didalam
uterus , tetapi tidak memberikan inormasi tentang kondisi
b. Jernih (J) : membran pecah dan tidak ada anoksia
c. mekonium (M) : cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukan adanya anoksia
atau anoksia kronis pada bayi.
d. Darah (D) : cairan bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh
darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi.
e. Kering (K) : Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama
pecah atau post maturitas janin.

Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada
dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat,
deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk
memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus.

2.2. Indikasi dan Kontraindikasi untuk tindakan amniotomi

a. Indikasi

1. Persalinan kala II
2. Akselerasi persalinan
3. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
4. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik
apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin
5. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang
memuaskan

2
6. Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan atau mendeteksi
mekonium.

b. KontraIndikasi

1. Polihidramnion
2. Presentasi muka
3. Tali pusat terkemuka
4. Vasa previa
5. Letak lintang

2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari tindakan amniotomi

a. Kelebihan

1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium


2. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin
4. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks
5. Dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda
dapat diletakkan langsung keatas kulit kepala janin, yang memungkinkan
pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda
diatas abdomen ibu
6. Kateterperekam bias ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan
intrauterine secara langsung dan akurat
7. Lamanya persalinan bisa diperpendek
8. Bukti-bukti yang ditemukan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan
stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin,
dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus.

b. Kekurangan

1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada
tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat
2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotic berkurang.
Sementara amniotomi dini bias mempercepat pembukaan cerviks, Namun bias pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan dalam

3
bentuk persaliann yang lebih pendek bias terelakkan oleh efek merugikan yang
potensial bias terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah.
Beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah
dilakukannya amniotomi.
2.4 Prosedur tindakan amniotomi berdasarkan SPO

AMNIOTOMI

No
No Revisi Halaman
Dokumentasi

Prosedur Tetap Tanggal Diterapkan Oleh :


Terbit Kelompok 2
Pengertian Amniotomi adalah tindakan untuk mebuka selaput amnion
dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan
melebar secara spontan akibat gaya berat dan adanya tekanan
didalam rongga amnion.
Tujuan 1. Mempercepat persalinan
2. Deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan
amnion
3. Kesempatan untuk memasang elektroda ke janin
4. Memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus.
Indikasi 1. Persalinan kala II
2. Akselerasi persalinan
3. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
4. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung
janin secara elektronik apabila diantisipasi terdapat
gangguan pada janin
5. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila
persalinan kurang memuaskan
6. Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan
spontan atau mendeteksi mekonium.

Kontra Indikasi 1. Polihidramnion

4
2. Presentasi muka
3. Tali pusat terkemuka
4. Vasa previa
5. Letak lintang

Persiapan Persiapan klien :


1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Menutup lingkungan dengan korden / sketsel
3. Posisi Dorsal Recumbent

Persiapan alat Persiapan alat :


1. Bengkok
2. Setengah kocher
3. Sarung tangan
4. Kapas saflon 0,5%
Prosedur 1. Jelaskan prosedur dan tujuan pada klien
2. Mendekatkan alat
3. Dengarkan dan periksa denyut jantung janin (DJJ) dan
catat pada partograf
4. Cuci kedua tangan dan keringkan
5. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
pada dua tangan
6. Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam dengan
hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk
memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik
(masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/atau
bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi,
jangan pecahkan selaput ketuban. Catatan : pemeriksaan
dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali lebih
nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat
diraba di antara kontraksi, tunggu sampai kekuatan
kontraksi berikutnya mendorong cairan ketuban dan

5
membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan
dipecahkan.
7. Tangan kiri mengambil klem setengah Kocher yang telah
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam
mengambilnya mudah
8. Dengan menggunakan tangan kiri, tempatkan klem
setengah Kocher atau setengah Kelly disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dimasukkan ke dalam vagina
menelusuri jari tangan kanan yang berada didalam
vagina sampai mencapai selaput ketuban.
9. Pegang ujung klem setengah kocher diantara ujung jari
tangan kanan pemeriksaan, kemudin gerakkan jari
dengan lembut dan memecah selaput ketuban dengan
cara menggosokkan klem setengah kocher pada selaput
ketuban. Catatan : seringkali lebih mudah untuk
memecahkan selaput ketuban diantara kontraksi ketika
selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah
air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban
dipecahkan.
10. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan pemeriksaan.
11. Gunakan tangan kiri untuk mengambil klem dan
menempatkannya ke dalam larutan klorin ½ % untuk
didekontaminasi.
12. Jari tangan kanan pemeriksa tetap di dalam vagina untuk
mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan
bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi yang teraba
13. Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat
atau bagian-bagian tubuh janin yang kecil dan hasil
pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka
keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam
vagina.
14. Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah
mekonium, darah, apakah jernih

6
15. Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat
mekonium atau darah
16. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan ke dalam larutan klorin ½ %, lalu lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan biarkan terendam di
larutan klorin ½ % selama 10 menit.
17. Cuci kedua tangan
18. Segera periksa ulang DJJ
19. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan
selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

Hasil 1. Evaluasi perasaan klien setelah tindakan


2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi : catat hasil tindakan di catatan perawat
(tanggal, jam, paraf, nama terang, kegiatan dan hasil
pengamatan)

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Amniotomi adalah tindakan yang di lakukan jika ketuban belum pecah tetapi
serviks sudah membuka. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik
dibagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan
suatu alat khusus yang disebut (drewsmith catether). Amniotomi bertujuan untuk
mempercepat persalinan, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan
amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan
pressure catheter ke dalam rongga uterus.

3.2. Saran
Diharapkan Angka kematian Ibu dan anak dapat berkurang dengan menambah
sosialisasi tentang kesehatan dalam menghadapi masa persalinan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Irmacanda. (2017, 7 29). KUPDF. Retrieved 12 11, 2017, from Dasar Teori Amniotomi:
https://kupdf.com/download/dasar-teori-amniotomi_597c085bdc0d60ff6b2bb17d_pdf

Mayyasari, O. (2013, 4 18). Dunia Kebidanan. Retrieved 12 11, 2017, from Amniotomi
(Pemecahan Selaput Ketuban):
http://octarinimayyasari.blogspot.co.id/2013/04/amniotomi-pemecahan-selaput-
ketuban.html

Sumantri, B. (2011, 12 5). Dunia Kesehatan. Retrieved 12 10, 2017, from Amniotomi:
http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/amniotomi.html

Sumarah, dkk., 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).
Jakarta : Fitramaya

varney H, Kriebs JM, Gegor CL. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Widyatun, D. (2012, 12 7). Jurnal Bidan Diah. Retrieved 12 11, 2017, from Amniotomi:
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/07/amniotomi.html

Anda mungkin juga menyukai