Anda di halaman 1dari 20

Disusun oleh :

1. Muhammad Naufal Hakiim Putra 40040118060016


2. Azizah Rahmayati 40040118060002
3. Maula Nazri Affandi 40040118060015
4. Sri Aryati Januwardani 40040118060025
5. Febrian Nur Alam 40040118060035

PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK KIMIA


DEPT. TEKNOLOGI DAN INDUSTRI SEKOLAH VOKASI
UNIVERISTAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan keselamatan dankesehatan kerja maka para pihak
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan
dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Setiap
tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja
menderita penyakit akibatkerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial
sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesiamenurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002- 2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaankerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi
lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalahsebagian dari
kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
pesertaJamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp. 2 triliun,dimana sebagian besar merupakan kerugian
dunia usaha.(DK 3N,2007). Melihat angka- angka tersebuttentu saja bukan
suatu hal yang membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu
bagidunia usaha dan
kita semua untuk bersama- sama mencegah dan mengendalikann ya
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan
dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang
ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor
fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah
diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja
yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas
mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

I.II RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja?

2. Apa yang menjadi dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja?

3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja?

4. Apa yng menjadi masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja?

5. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan kerja?

I.III TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja.

2. Mengetahui dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Untuk mengetahui penyebab dan faktor terjadinya kecelakaan kerja.

4. Untuk mengetahui masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja
4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan
kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan kepada kondisi- kondisi fisiologis- fisikal dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni,
2003: 138).
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan
upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik
dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.

II. Undang- Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya


kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai
rencana, dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana,
dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi Serta produktifitas
nasional.
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU
Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang- undang ini merupakan
undang- undang pokok yang memuat aturan- aturan dasar atau ketentuan- ketentuan
umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI.
Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap- tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa
tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus
dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja.

Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:


a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.
UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang- undang ini,
diharapkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsip il yang
membedakan dengan undang- undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan
untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat
kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.

Kesehatan dan keselamatan kerja juga diatur oleh ILO dalam Konvensi No.
155 Tahun 1981 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Rekomendasi No. 1 64
Tahun 1981 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan instrumen lain
Organisasi Perburuhan Internasional yang relevan dengan landasan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan


kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Pedoman itu antara lain:
a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para
pekerja.

III. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan


yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau
berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi
kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik.

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,


ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya
ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding,
peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm
dan gudang yang kurang baik.

Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan


seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan,
mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai
kecepatan penuh, menambah daya dan lain- lain. Dari hasil analisa
kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin,
tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih,
menggunakan peralatan keselamatan.

Adapun 7 penyebab terjadinya kecelakaan kerja

1. Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan
membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang
mengamankan tiap resiko keselamatan Anda? Jalan pintas menurunkan keselamatan anda
dalam bekerja dan meningkatkan kemungkinan Anda cidera. Percaya atau tidak,
sebenarnya perilaku yang safe lah yang paling efisien dan efektif. Berbicara mengenai
keefektifan dan keefesienan, ergonomi atau K3 sangat berperan penting untuk
mengeliminasi waste (hal-hal yang mengganggu keefesienan).
2. Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya diri kadang
tidak terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau
metode kerja yang tidak benar dalam pekerjaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda
cidera.
3. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan
dengan aman dan benar pertama kali Anda perlu informasi yang tuntas. Pernahkan Anda
melihat seorang pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya diberikan sebagian instruksi
kerja? Jangan malu bertanya untuk dijelaskan tentang prosedur kerja dan peringatan
keselamatan. Hal ini tidaklah membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda
salah jika tidak bertanya.
4. Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati area
kerja Anda, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang
qualitas, produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk menimbulkan berbagai
tipe bahaya. Area kerja yang rajin, rapih dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan
dan keselamatan meningkat. Kerapian ini dalam industri sering disebut dengan 5S atau
5R.
5. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak memperdulikan
prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda digaji
untuk mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat aturan Anda sendiri.
6. Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas dengan
permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya. Mental
yang jatuh dapat membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang aman.
7. Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang analisa
bahaya kerja JSA adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar dalam
bekerja dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai pekerjaan,
atau tidak berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang
berbahaya. Lebih baik rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana
tersebut.

IV. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban
tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa
dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan
produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan.
Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam
melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah
PAHK dan kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 -
24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium
menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada
bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan
kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat
Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related
Diseases).

V. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja


Konsep kesehatan dan keselamatan kerja
Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja :
1. Mengurangi kondisi yang tidak aman
Pengusaha menggunakan alat terkomputerisasi untuk merancang
perlatan yang lebih aman. sebagai contoh Designsafe memudahkan
analisis bahaya, penilaian resiko dan identifikasipilihan pengendalian
keamanan.
2. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menekankan keamanan
Hal dapat dilakukan seperti : membicarakan keamanan, memastikan
pekerja sudah membersihkan tumpahan bahan berbahaya,
melaksanakan peraturan keamanan.
3. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui seleksi dan penempatan
Hal itu dapat dilakukan melalui ERI(employee reliability inventoru)
atau daftar keandalan karyawan yang dapat membantu pengusaha
mengurangi tindakan yang tidak aman ditempat kerja.
4. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui pelatihan
Meminimalisir kecelakaan dengan mengadakan pelatihan- pelatihan
pekerjaan sehingga karyawan bekerja dengan mengembangkan
perilaku yang menyadari keamanan.
5. Mengurangi tindakan keamanan melalui motivasi
Melalui poster, program insentif dan penguatan positif

VI. Proteksi bagi pekerja


Proteksi merupakan sistemnd perlinduangan berupa kompensasi yang
tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
diterapkan oelh prusahan kepada pekerja. Proteksi ini dengan memberikan
rasa aman, baik dari sisi financial, kesehatan, maupun keselamatan fisik
bagai pekerja sehingga pekerja dapat beraktivitas dengan tenang dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi peningaktan nila i tambah perusahaan.
Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keaharusan bagi
perusahaan yang diwajibkan oleh pemerintah melalui peraturan perudang –
udangan. Dalam melaksanakan program prteksi, banyak perusahaan bekerja
sama dengan perusahan asuransi yang memberikan peranggungan terhadap
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, financial atau masalah lainnya
yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan kelurganya di kemudian hari.
Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama diantara masing –
masing pekerja, tergantung dari kedudukan dan tangguang jawab mereka
masing – masing
Faktor yang mempengaruhi proteksi

1. Responsibility ( Tanggung Jawab)

Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu perusahan, semakin


besar pula tanggung jawab yang diembannya. Seorang CEO, sebagai
pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban tanggung jawab paling
besar terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi tanggung jawab
yang diemban oelh seorang, semakin tinggi pula proteksi yang diberikan
oleh perusahaan. Sebagai contoh, Seorang Manager Treasury atau Branch
Manger pada Bank memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi dari pada
Dealer yang bertugas di Dealing Room. Oleh karena itu, tingkat proteksi
yang diberikan oleh perusahaan kepada Manager Treasury atau Branch
Manager lebih tinggi dari Dealer, Mislanya dari Kualitas tunjangan
kesehatan.

2. Skill (Keahlian)

Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan karyawan


yang memiliki keahlian khusus. Misalny, untuk bidang informasi,
perusahaan membutuhkan tenaga akhli dibidang informasi teckhnologi yang
menguasai teknologi computer. Keahlian mereka sangat spesifik, sehingga
untuk mempertahankan agar mereka tetap bekerja di perusahaan tersebut,
perusahaan menerapkan program proteksi yang layak dan bahkan kadang –
kadang diatas rata – rata yang mampuh diberikan pesaing. Program proteksi
yang diterapkan kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih
tinggi dibangingkan dengan pekerja yang tidak memerlukan keahlian khusus,
misalnya pekerja administrasi

3. Mental Effort (kerja Otak / Mental)

Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental,


misalnya analis, programmer, marketer, atau akuntan. Kelas pekerja seperti
ini sering disebut dengan “White Collar” kelas pekerja ini biasanya
memeperoleh tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar)

4. Physical Effort (Kemampuan Fisik)

Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar), misalnya satuan
pengaman (Satpam), petugas kebersihan atau pekerja bangunan.
Biasanya proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada mereka lebih
difokuskan dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja.

5. Work Condition (Kondisi Kerja)

Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri sering
kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang
perminyakan, yang bekerja di lepas pantai akan berbeda dengan kondisi
kerja di darat. Semakin berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja,
semakin tinggi program proteksi yang diterapkan.

6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)

Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang


mengharuskan pengusaha atau perusahaan untuk memberikan perlindungan
yang memadai bagi pekerja. Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan
perusahaan memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan asuransi
tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek. Melalui jaminan asuransi
tersebut, pekerja yang di PHK, pekerja yang mengalami kecelakaan selama
bekerja, atau yang sakti akan memperoleh santunan yang layak dari pihak
asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan perusahaan untuk
memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental pekerja.

Santunan Seabagi Proteksi

1. Imbalan tidak langsung adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan


kepada karyawan yang tidak dikatikan dengan kinerja karyawan. Imbalan
tidak langsung dapat dikelompokan dalam 2 (dua) bagian, yaitu Imbalan
yang disyaratkan oleh ketentuan perundangan – undangan, seperti jaminan
keamana, keselamatan dan kesehatan, dan Santunan. Imbalan tidak langung
dapat berperan dalam
a. Pencarian Tujuan Sosial atau Masyarakat
b. Pencapaian Tujuan Perusahaan
c. Pencapaian Tujuan Karyawan
2. Pemberian Jaminan Asuransi
Resiko financial yang dihadapi oleh karyawan dan keluarga mereka dapat
disebar atau dibervarifikasi melalui lembaga asuransi. Apabila resiko yang
ditanggung tersebut benar – benar terjadi, maka perusahan asuransi akan
memberikan jaminan atau pertanggungan kepada pekerja sesuai dengan
jumlah polis ang telah disepakati. Jaminan asuransi yang dapat diberikan
kepada karyawan antara lain :
a. Asuransi Kesehatan
Asuransi Keseahtan dapat berbentuk asuransi kesehatan umum,
asuransi mata, asuransi gigi, dan asuransi kesehatan mental. Asuransi
akan menanggung biaya – biaya tersebut sampai dengan jumlah
tertentu. Hal ini akan memberikan rasa aman bagai karyawan karena
mereka tidak perlu mengeluarkan dana secara penuh untuk proses
penyembuhan. Premi yang dibayar perusahaan kepada perusahaan
asuransi dipotong dari gaji karyawan setiap bulan dengan persentase
tertentu.
b. Asuransi Medis
Asuransi medis membayar berupa biaya untuk pengobatan,
kecelakaan, dan biaya rawat inap di rumah sakit sampai pada batasan
atau besarnya polis. Sebagai tambahan, kebanyakan polis berisi daftar
jaminan. Daftar ini menetapkan penyakit, kecelakaan, atau biaya
opname yang ditanggung dan berapa biaya yang akan dibayar.
Sebaliknya penanggung setuju untuk membayar semua atau sebagian
biaya yang dikeluarkan (tergantung kesepakantan antarperusahaan
dengan asuransi).

c. Perawatan Yang Diatur

Pemeliharaan kesehatan melalui HMO (Health Maintenance


Organization) jika organisasi ini ada di daerah mereka dan pemberi
kerja menawarkan bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan lainnya.
HMO adalah oraganisasi yang menyediakan fasilita s dan dokter
mereka sendiri.
d. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kesehatan, dimana asuransi
jiwa hanya menganggung diri pribadi karyawan. Pemberian asuransi
jiwa akan dapat memberikan rasa aman bagi pekerja dalam bentuk
proteksi polis kepada keluarga karyawan apabila terjadi kecelakan
kerja yang dapat menghilangkan nyawa karyawan atau karyawan
mengalami cacat permanent sehingga tidak dapat bekerja secara
permanent
e. Asuransi Karena Ketidak mampuan Fisik atau Mental Karyawan
Apabila karyawan mengalami ketidak mampuan fisik atau mental
sehingga tidak dapat bekerja secara penuh, secara ekonomis
perusahaan tidak mungkin membiayai karyawan yang tidak produktif.
Oleh karena itu, perusahan mengikutsertakan karyawan dalam program asuransi
f. Jaminan Asuransi Lain
Program kelompok membuat beberapa perusahan untuk menyediakan
berbagai program asuransi yang lain. Asuransi yang sah menurut
undang – undang memberikan kemudahaan kepada karyawan

3. Jaminan Keamanan Karyawan

Disamping mengikutsertakan pekerja dalam program asuransi, terdapat program –


program non- asuransi yang dapat memberikan jaminan keamanankepada pekerja.
Program ini dapat memberikan keuntungan bagi karyawan, baik sebelum masa
pension maupun pada saat pensuin. Program nonasuransi yang dapat diadopsi oleh
perusahaan adalah :

a. Jaminan Terhadap Pendapatan Atas Pekerjaan


Kehilangan pekerjaan (baik karena PHK atau sebab lain) akan
memberikan dampak buruk bagi ekonomi rumah tangga karyawan.
Dampak buruk ini dapat diminimalisir dnegan menerapkan program
jaminan pendapatan bagi pekerja.

b. Jaminan Pensiun
Pensiun diberikan bagi karyawan yang telah bekerja di perusahaan
untuk masa tertentu. pensiun merupakan salah satu program
perusahaan dalam rangka memberikan jaminan keamana financial bagi
karyawan yang sudak tidak produktif.
1. Membuat Program Pensiun
2. Pensiun Dini
3. Penasehat Pensiun
4. Tujangan Berupa Istirahat Kerja
a. Cuti sakit
b. Istirahat
c. Cuti liburan

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,

kesehatan dan keselamatan kerja atau K 3 diharapkan dapat menjadi upaya

preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan

kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K 3 diawali dengan cara mengenali

hal- hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari

dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi – kondisi fisiologis- fisikal dan


pisiologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan – tindakan
keselamatan yang efektif, maka tidak akan ada lagi kecelakaan dalam pekerja
hal ini akan lebih mempercepat kesejahtraan karyawan yang nantinya juga
berimbas pada hasil – hasil produksi perusahaan ini

Peranan departemen sumber daya manusia dalam keselamatan kerja


merupakan peranan yang sangat vital dalam perusahaan, departemen inila h yang
merencanakan program keselamatan kerja karyawan sampi dangan
pelaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai