Anda di halaman 1dari 9

KASUS GIZI BURUK DAN TINJAUAN TEORI TENTANG

“JAMINAN KESEHATAN NASIONAL ANAK”

Disusun Oleh : Kelompok 1

Aditya Arbi Angesti Diah


Aji Tanda I Baruna Eko S
Andre Setya Aji Dewi Yuni A
Alifa Dzuhri Dian Fatmawati
Apin Fadila Dwi Bayu K
Atika Candra Diah Permata Sari

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
KASUS
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode 2 tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini
bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa
selanjutnya terpenuhi (Kemenkes RI, 2011). Menurut WHO pada tahun 2010
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.
Gizi buruk juga berpotensi menjadi faktor penunjang morbiditas akibat penyakit
menular, misalnya TBC. Diperkirakan lebih dari 56% anak gizi buruk dengan
TBC tersebar di Asia Tenggara dan Pasifik Barat (WHO, 2013; Nurjanah dkk,
2016). Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Malnutrisi akut sedang atau gizi buruk mempengaruhi 11% dari anak-anak balita
di seluruh dunia dan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas.

PEMBASAN KASUS
A. Definisi Gizi Buruk
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat
diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak
disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk gizi buruk yang
disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak
sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih
merasa lapar. Pada stadium lanjut yang lebih berat anak tampak apatis atau
kesadaran yang menurun.
Kwashiorkor adalah gangguan gizi karena kekurangan protein
biasa (KEP) sering disebut busung lapar. Kalori sedikit atau malah tinggi,
kebutuhan vitamin dan mineralnya sedikit. Kwashiorkor yang murni
dijumpai pada anak yang sudah di sapih sedangkan makanan penggantinya
tidak adekuat. Gejala yang timbul diantaranya adalah tangan dan kaki
bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Terdapat
juga gangguan perubahan mental yang sangat mencolok. Pada umumnya
penderita sering rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak
tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

B. Tanda gejala
Marasmus
o Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
o Wajah seperti orangtua

o Cengeng, rewel

o Perut cekung

o Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

o Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta

penyakit kronik.

o Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

Pada marasmus kalori yang dibutuhkan kurang sekali. Pada diet yang

sempurna, kalori didapat dari :

§ Hidrat arang : 50-55%

§ Lemak : 30-35%

§ Protein : 15%

Apabila hidrat arang kurang, maka depot glycogen yang akan digunakan.

Bila depot sudah habis, maka akan menggunakan subcutant fat akibatnya

anak akan menjadi kurus. Bila protein lemak sudah habis, maka akan

menggunakan protein jaringan, akibatnya otot-otot menjadi atrophy. Lemak

yang terakhir menghilang yaitu lemak dari pipi.

Kwasiokor :

o Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )

o Wajah membulat dan sembab.

o Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan

duduk, anak berbaring terus menerus.

o Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.


o Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).

o Pembesaran hati

o Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.

o Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

o Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi

hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis )

o Pandangan mata anak nampak sayu.

C. Pengobatan
Marasmus
o Kurangi kehilangan panas badan, tetapi jangan memberikan tambahan

pemanas.

o Makanan dengan porsi kecil tapi sering,dengan tinggi protein dan kalori,

misalkan susu bubuk skim. Gula dan minyak makan dapat di tambahkan

dari bahan-bahan setempat. Mungkinmula-mula diperlukan pipa

nasogastrik untuk pemberian makanannya. Berikanlah volume makanan

sesuai dengan baku untuk berat badannya.

o Obati penykit penyertanya, misalnya pemberian cairan pada enteritis,

vitamin A untuk seroftalmia, pengobatan antituberkulosa, antimalaria, obat

anti cacing dan besi.

o Berikan pendidikan agar tidak terjadi relaps.

Kwasiokor
o Kurangi kehilangan panas badan, tetapi jangan diberi pemanas.

o Segera perbaiki ketidakseimbangan cairan/elektrolit, dan berikan makanan

dengan susu pengencer ½ , beriakan semuanya, sampai mencapai 90


kkal/kg untuk 1-2 hari. Seringkali dibutuhkan pemberian melalui pipa

nasogastrik.

o Pada saat nafsu makan sudah kembali, naikkan masukan volume dan

energinya,

o berikan protein 2g/kg, campuran mineral (termasuk Mg, K, Zn, Cu) dan

multivitamin,

o termasuk asam folat. Campuran yang dapat bermanfaat adalah susu bubuk

skim, gula

o dan minyak

o Sesudah 7-10 hari, berikan susu beserta minyak makan, paling sedikit 150

kkal/kg. Pada saat itu masukan disesuaikan denag nafsu makan.

Berikanlah campuran makanan dari bahan setempat misalnya daging,

sayuran, kacang-kacangan.

o Obati infeksi penyertanya seperti malaria, parasitosis, avitaminosis,

anemia

o Berikan pendidikan pada ibu agar jangan terjadi relaps

D. Pencegahan
Marasmus
o Pendidikan pada orang tua.
o Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, harus segera

dimulai pada umur 6 bulan

o Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang

sesuai bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.

o Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi.

Kwasiokor

o Pendidikan pada orang tua.

o Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, disertai cukup

protein.

o Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi dan infestasi

parasit, misalkan dengan imunisasi.

o Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang

sesuai bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.

E. Perbedaan Marasmus dan Kwasiokor


Marasmus Kwasiorkor
1. Kurus Kering Berat badan menurun, oedeme, subcutant

2. Old man face fat (+)

3. Terdapat lipatan-lipatan kulit terutama Moon face

pada gluteus Tidak ada lipatan-lipatan kulit

4. Kulit kering yang hiperkeratosis Kulit hyperpigmentasi/crazy payement

5. Sering terlihat decubitus (luka-luka dermatosis.

karena pergeseran kulit dengan tulang), -

terutama di daerah sacral. Decubitus ini


berbahaya karena bisa terjadi infeksi

dan menimbulkan sepsis.

6. Hb. Menurun tapi anemi tidak begitu Hb. Sangat rendah

berat.

7. Albumin menurun Albumin sangat rendah

8. Inteleransi tidak begitu berat. Sering dijumpai inteleransi yang berat

F. Peran Tenaga Kesehatan


Perencanaan atau planning (persiapan berupa penyediaan sarana
pendukung, pertemuan tingkat desa/kelurahan dan pelatihan). Pengorganisasian
dan pelaksanaan program (tenaga pelaksana, waktu dan frekuensi, alur pelayanan
penanganan anak gizi buruk, tempat pelaksanaan) Berdasarkan pedoman Alur
Pelayanan Penanganan anak gizi buruk terdiri dari pendaftaran, pengukuran
antropometri, pemeriksaan klinis, pemberian konseling, pemberian paket obat dan
makanan untuk pemulihan gizi, kunjungan rumah, rujukan, drop out. Untuk alur
pelayanan penanganan anak gizi buruk sebagian sudah sesuai yang terdiri dari
pendaftaran, pengukuran antropometri yang dilakukan di Posyandu oleh kader dan
langkah berikutnya yaitu pemeriksaan klinis tidak dilakukan, pemberian konseling
secara umum bukan perorangan oleh kader, bidan atau mahasiswa praktek,
pemberian paket obat dan makanan untuk pemulihan gizi dilakukan oleh bidan
desa atau bikor gizi. Kunjungan rumah dilakukan oleh bidan koordinator gizi,
bidan desa ataupun kader dilakukan selama 3 bulan berupa pemberian PMT dan
konseling gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Short,John Rendle.1994. Ikhtisar Penyakit Anak jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Hal 142-144
Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Fakultas Kedokteran, hal :321-334

Arisman.(2004).Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.www//http:

dinkes-dki.go.id.Tanggal 31Maret 2012.Jam 16.00 WIB

Anneahira, ( 2009).Ilmiah Gizi. file://D:/DokumenTingkat Ses 6 Makalah Gizi

Buruk/karya-tulis-ilmiah-gizi.htm.Tanggal 31Maret 2012.Jam 16.00 WIB

AchaWaang,

(2009).MasalahGiziDiIndonesiaCenderungMenngkat.www//http:metrotvn

ews.com.read.news. Tanggal 9 November 2011.Jam 16.00

Anda mungkin juga menyukai