Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FEBRIS

Disusun Oleh :

SUPATMI

P27220019331

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PROGRAM RPL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


I. KERANGKA TEORI

A. Pengertian

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas


normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). Febris konvulsi
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.

Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi(Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan
suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih
dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2000).

B. Etiologi
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
o Suhu lingkungan.
o Adanya infeksi.
o Pneumonia.
o Malaria.
o Otitis media.
o Imunisasi

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C. Klasifikasi Febris

Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :


 Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
 Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup
sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
 Malignant Hyperthermia

Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan
otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya:

 Demam Septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik

 Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
 Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana

 Demam intermiten

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia

 Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas.Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

D. Tanda dan Gejala


Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam meliputi:
1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
2. Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi
E. Patofisiologi dan Pathway

Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat


pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam
hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu
yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.

Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam


lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga
dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.

Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan


sebagai berikut :

Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à


menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling
banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada
sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis
(OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic
nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum

Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada


jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar
darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan
adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport
aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di
neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic
nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada
hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid
pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural
vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh
lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2
mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.

Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak


sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok
panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk
sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi
heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan
seluler.

Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi


pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan
lamanya demam
PATHWAY

F. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir,


yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu
scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.

Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis


dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi.
G. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang
telah dibasahi air hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan
air hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya
komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan
tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus
dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi
kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.
Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu
anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam

H. Komplikasi
Menurut Corwin (2010),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

II. KERANGKA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas penderita
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu
badannya naik (panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak
nafsu makan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,50C
(N 36,5 – 37,5 C) atau ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas
terhadap penyakitnya)
b. Riwayat penyakit dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah
diderita atau penyakit turunan dan menular yang pernag diderita atau
anggota keluarga.

4. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami
perubahan dalam perawat dirinya yang diakibatkan oleh
penyakitnya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.
c. Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang
kurang sehingg klien tidak bisa BAB / BAK secara normal.

d. Pola istirahat tidur


Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena
adanya rasa tidak nyaman dengan meningkatnya suhu
e. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena
kurangnya asupan serta meningkatnya suhu.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang
meningkat dan ketakutan sehingga mengalami perubahan
metabolisme (ex : mencret)
g. Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya
sebagian kx yang dapat mengetahuinya.
h. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.
i. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak
mengalami gangguan.
j. Pola penanggulangan stres
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai
dampak dari penyakitnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm
frekuensi pernafasan tinggi, suhu badan meningkat dan nadi
meningkat
b. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
c. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
d. Mata
Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak.
e. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak.
f. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan
ada peningkatan bising usus.
g. Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
h. Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
i. Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
j. Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan
nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan meliputi
data subyektif dan obyektif untuk menentukan masalah data yang telah
dikelompokkan, ditentukan masalah keperawatannya. Kemudian ditentukan
penyebabnya serta dirumuskan ke dalam diagnosa keperawatan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi.
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan.

C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakitnya.
Tujuan : kenaikan suhu tubuh dapat teratasi.
KH : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C).
tidak terjadi tanda-tanda hypertensi.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada kx dan keluarga tentang terjadinya peningkatan suhu tubuh
akibat-akibat dari suhu tubuh yang tinggi.
2. Berikan kompres kompres dingin pada daerah axila.
3. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta
menyerap keringat.
4. Obs. gejala kordinal tiap 2 jam atau bilamana diperlukan.
5. Anjurkan pada klien minum 2-3 liter/hari.
6. Berikan kesempatan pada kx untuk beristirahat.
7. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Rasional :
1. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk bekerja sama
dalam mengatasi masalah tersebut.
2. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang dapat
mempengaruhi hipotalamus.
3. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas akan
lebih cepat.
4. Dapat diketahui perkembangan kondisi dan adanya kelainan secara dini.
5. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan yang meningkat.
6. Istirahat dapat menurunkan metabolisme tubuh bekerja karena dengan
peningkatan metabolisme dapat menimbulkan panas.
7. Ketegangan dan kecemasan menimbulkan peningkatan metabolisme
tubuh yang mempengaruhi hipotalamus yang berhubungan dengan stres
adaptasi.
8. Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.

Diagnosa Keperawatan II
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
Tujuan : rasa cemas berkurang atau hilang.
KH : Kx mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan
perawatannya.
Kx mampu mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan perawatan
yang akan dilakukan.
2. Bantu kx untuk mengungkapkan perasaannya dan identifikasikan
kecemasan.
3. Alihkan perhatian kx dan melakukan aktifitas yang diperbolehkan.
4. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman.

Rasional :
1. Diharapkan kx dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga dapat
melakukan perawatan serta bersifat kooperatif.
2. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk mengetahui
tingkat kecemasan.
3. Dengan melakukan aktivitas dapat melupakan masalah yang dihadapi.
4. Diharapkan dapat memberikan ketenangan perasaan yang dapat
mendukung proses kesembuhan.

Diagnosa Keperawatan III


Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat badan
secara bertahap.
KH : - Kx dapat menghabiskan porsi yang disediakan.
- BB meningkat.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada kx tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan
nutrisi.
2. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering.
3. Anjurkan pada kx untuk mengkonsumsi makanan tambahan tetapi yang
tidak bertentangan dengan diet.
4. Obs. Intake dan output dalam 24 jam.
5. Hidangkan menu dalam keadaan hangat.
6. Kolaborasi dengan tim dokter.
Rasional :
1. Diharapkan kx dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian
askep.
2. Rasa mual dan muntah dapat berkurang.
3. Dapat menambah kebutuhan zat makanan.
4. Mengatur makanan yang dimakan oleh kx dalam sehari, sehingga
mempermudah dideteksi dini pemasukan yang adekuat.
5. Diharapkan mampu merangsang nafsu makan kx.
6. Dapat memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi kx.

D. Implementasi
Pelaksanaan m,erupakan pengelolaan dari perwujudan rencna tindakan
yang meliputi beberapa kegiatan yaitu velidasai rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana tindak keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan mengumpulkan data.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang
dilaksanakan dengan sengaja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah
tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang.
Sehingga dapat penilaian sebagai berikut :
1. tujuan tercapai : Kx mampu melakukan / menunjukkan prilaku pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
2. tujuan tercapai sebagian : Kx mampu menunjukkan prilaku tetapi hanya
sebagian dari tujuan yang diharapkan.
3. tujuan tidak tercapai : Bila kx tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukkan prilaku yang digarapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2009). Buku keperawatan anak


sakit.Jakarta:EGC.

Corwin.(2010). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.

Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana Keperawatan


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC.

Hidayat,A. A.(2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:Salemba


MedikaNanda. (2015).

Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:Prima


Medika.

Suriadi dan Yuliani, R.(2011). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai