Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN KENYAMANAN (NYERI)

Dosen Pembimbing : Ns. Dian Nur Wulaningrum, M.Kep

Disusun Oleh:
Shinta Kusumastuti
SN201206

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar

1. Pengertian Kebutuhan kenyamanan (Nyeri)

Kenyamanan adalah suatu keadaan yang telah terpenuhi kebutuhan

dasar klien. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman

(suatu kepuasan yang meningkatkan ketrampilan sehari – hari ) ,

kelegaan ( kebutuhan yang terpenuhi ) dan transenden ( keadaan

tentang sesuatu yang melebihi masalah nyeri ). Kenyamanan sering

diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari nyeri.

Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang

dapat disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat

cedera.Serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga

berat dengan akhir yang dapat diantidipasi ataudiprediksi dan

berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2015). serangan yang tiba-tiba atau

lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantidipasi ataudiprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA,

2015).

2. Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,

thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan

(inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

serta yang terakhir adalah trauma psikologis (Handayani, 2015).


3. Fisiologi Nyeri

Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri

yang berasal dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif.

Sedangkan nyeri yang berasal dari dalam dinamakan nyeri neurogenik

atau neuropatik.

Nyeri dapat dirasakan ketika stimulus yang berbahaya mencapai

serabut-serabut saraf nyeri. Mekanisme proses terjadinya nyeri terdiri

dari empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.

a. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu

sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri.

b. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari

tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di

medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik

dari medulla spinalis ke otak.

c. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur saraf

desenden dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri

setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-faktor

kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di

reseptor nyeri aferen primer.

d. Persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang

bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas transmisi nyeri oleh

saraf.
4. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

3) Paroxymal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali. Nyeri tersebut menetap ±10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut

Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir

dalam enam, bulan, sumberdan daerah nyeri diketahui dengan

jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,seperti luka

operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri

koroner.

2) Nyeri kronis

Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini

polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1) Nyeri Ringan

Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias

menjalankan aktivitasnyaseperti biasa (tidak mengganggu

aktivitas).

2) Nyeri Sedang

Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis

maupun psikologis)

3) Nyeri Berat

Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang

sudah dapatmelakukanaktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak

dapat dikendalikan oleh orang yangmengalaminya. Penggunaan

obat analgesic dapat membantu pada nyeri ini.

5. Stimulus Nyeri

Stimulus nyeri disebut nosiseptor yang merupakan ujung-ujung

saraf bebas tidak bermielin yang mampu mengubah berbagai stimulus

menjadi impuls saraf, yang diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi

nyeri. Badan-badan sel saraf tersebut terdapat pada ganglia radiks

dorsalis, atau saraf trigeminal pada ganglia trigeminal, dan badan-

badan sel saraf tersebut mengirimkan satu cabang serat saraf menuju

ke perifer, serta cabang lainnya menuju medula spinalis atau batang

otak.
Nosiseptor diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu saraf-saraf

tidak bermielin dan berdiameter kecil yang mengkonduksikan impuls

saraf dengan lambat, yaitu serabut saraf C dan saraf-saraf bermielin

berdiameter lebih besar yang mengkonduksikan impuls-impuls saraf

lebih cepat yaitu serabut saraf Aδ. Impuls-impuls saraf yang

dikonduksikan oleh serat nosiseptor Aδ menghasilkan sensasi nyeri

yang tajam dan cepat, sedangkan serat nosiseptor C menghasilkan

sensasi nyeri yang tumpul dan terlambat. Kebanyakan nosiseptor

beujung bebas yang mendeteksi adanya kerusakan jaringan.

Selama proses inflamasi, nosiseptor menjadi lebih peka dan

mengakibatkan nyeri yang terus menerus. Rangkaian proses yang

menyertai antara kerusakan jaringan sebagai sumber stimuli nyeri

sampai dirasakannya persepsi nyeri adalah suatu proses

elektrofisiologik yang disebut sebagai nosisepsi

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di

antaranya adalah :

a. Arti nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian artinyeri merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak dan lain-lain.Keadaan ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar belakang

sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.


b. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya

padakorteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini

dipengaruhi oleh beberapafaktor yang dapat memicu stimulasi

nociceptor.

c. Toleransi nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang

dapatmempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain

alkohol, obat-obatan,hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan

perhatian, kepercayaan yang kuat,dan sebagainya. Sedangkan

faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa

marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan

lain-lain.

d. Reaksi terhadap nyeri.

Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti

ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeriyang dapat dipengaruhi oleh

beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsinyeri, pengalaman

masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental,

rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain.


7. Batasan Karakteristik

a. Nyeri akut (D.0077)

gejala dan tanda mayor :

Subjektif : Objektif :

1) Mengeluh tidak nyaman 1) gelisah

Gejala dan tanda minor :

Subjektif : Objektif :

1) Mengeluh sulit tidur 1) gejala distress

2) Tidak mampu rileks 2) tampak merintih

3) Mengeluh kedinginan 3) eliminasi berubah

4) Merasa gatal 4) postur tubuh

5) Mengeluh mual berubah

6) Mengeluh lelah 5) iritabilitas

b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif: Objektif :

1) Mengeluh sulit menggerakkan 1) kekuatan otot

Ekstremitas menurun

2)ROM menurun

Gejala dan tanda minor

Subjektif: Objektif:

1) Nyeri saat bergerak 1) sendi kaku

2) Enggan pergerakan 2) gerakan terbatas


3) Merasa cemas saat bergerak 3) fisik lemah

c. Resiko infeksi (0142)

Kondisi klinis terkait :

1) AIDS

2) Luka bakar

3) Diabetes meilitus

4) Tindakan invasif

5) Kanker

6) Penyalahgunaan obat

8. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri

b. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri d.d nyeri saat bergerak

c. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif

9. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan keperawatan


(Luaran SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
pencedera fisik d.d asuhan keperawatan (I.08238)
mengeluh nyeri selama 3 x 24 jam, Observasi :
(D.0077). maka diharapkan 1) Identifikasi lokasi,
Etiologi : tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
1. Agen pencedera dan kontrol nyeri frekuensi, kualitas ,
fisilologis meningkat dengan intensitas nyeri
2. Agen pencedera kriteria hasil : 2) Identifikasi skala nyeri
kimiawi (L.08066) Identifikasi respon
3. Agen pencedera fisik 1) Tidak mengeluh nyeri non verbal
nyeri Terapeutik :
2) Tidak meringis 1) Berikan teknik non
3) Tidak gelisah non farmakologis
4) Melaporkan nyeri untuk mengurangi rasa
terkontrol nyeri : teknik relaksasi
5) Kemampuan nafas dalam
menggunakan Edukasi :
teknik non 1) Jelaskan strategi
farmakologis meredakan nyeri
2) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
b.d Nyeri d.d nyeri saat asuhan keperawatan (I.06171)
bergerak (D.0054) selama 3 x 24 jam, Obsevasi :
Etiologi: maka diharapkan 1) Identifikasi adanya
1. Kerusakan integritas mobilitas fisik nyeri
struktur tulang meningkat dengan 2) Identifikasi toleransi
2. Ketidakbugaran fisik kriteria hasil : fisik melakukan
3. Penurunannkendali (L.05042) ambulasi
otot 1) Kecemasan Terapeutik:
4. Nyeri menurun 1) Fasilitasi akrtivitas
5. Kecemasan 2) Nyeri menurun ambulasi dengan alat
6. Program pembatasan 3) Gerakan terbatas bantu
gerak menurun 2) Libatkan keluarga
7. Efek agen 4) Kelemahan fisik pasien untuk
farmakologis menurun membantu pasien
8. Gangguan ambulasi
mukulokeletal Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2) Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan : berjalan
sesuai toleransi
3. Resiko infeksi d.d efek Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
prosedur invasif (0142) asuhan keperawatan (I.14539)
Faktor resiko: selama 3 x 24 jam, Observasi:
1. Penyakit kronis maka diharapkan 1) Pemantauan tanda-
2. Efek prosedur invasif kontrol resiko tanda vital
3. Malnutrisi meningkat dengan 2) Kaji tanda- tanda
4. Peningkatan paparan kriteria hasil : infeksi ( suhu tubuh,
organisme patogen (L.14128) nyeri dan perdarahan).
lingkungan 1) Mengenali tanda 3) Monitor tanda dan
5. Ketidakadekuatan dan gejala yang gejala infeksi lokal
pertahanan tubuh mengindikasikan dan sistemik
primer dan sekunder resiko dalam Terapeutik:
mengurangi infeksi 1) Berikan perawatan
2) Mengetahui cara kulit
mengurangi infeksi Edukasi :
3) Mengetahui 1) Jelaskan tanda dan
aktivitas yang gejala infeksi
dapat 2) Ajarkan cuci
meningkatkan tangan yang benar
infeksi 3) Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
operasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasikan
pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Sari. SK. 2017. Pengaruh Counterprresure Terhadap Intensitas Nyeri Dismenora


Pada Mahasiswa Di Rusnawa Putri K.H. Sahlan Rosidji Universitas
Muhammadyah Semarang. Thesis. Muhammadiyah University of
Semarang.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika
Wibisono JM, Winariani, Hariadi.S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Cetakan III. Surabaya: Airlangga University press, 2011. Hal 9- 27.
Ryantama. AAW. 2017. Respon Tubuh Terhadap Nyeri. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. RSUP Sanglah Denpasar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai