Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sturktur Organisasi dan Manajemen Proyek


1. Definisi Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu,
biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi memerlukan
sumber daya yang berupap manusia, material, uang,
metode pelaksanaan, peralatan, informasi dan waktu.
Dalam suatu proyek konstruksi ada tiga macam hal yang
harus diperhatikan yaitu, waktu, biaya dan mutu (Kerzner,
2006).
Rangkaian dalam suatu proyek konstruksi diawali
dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya
suatu kebutuhan yang dilanjutkan dengan penelitian
terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut
(studi kelayakan). Selanjutnya, dilakukan desain awal,
desain rinci, pengadaan sumber daya, pembangunan di
lokasi yang telah disediakan, dan pemeliharaan bangunan
yang telah didirikan sampai pada penyerahan bangunan
kepada pemilik proyek.

2. Definisi Struktur Organisasi Proyek


Struktur organisasi proyek adalah dua orang atau lebih
yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara
bersama-sama dengan kemampuan dan keahlian amsing-
masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang
direncanakan. Dalam pelaksanaan proyek, struktur
organisasi proyek perlu dibentuk dengan tujuan agar
pelaksanaan pekerjaan menjadi terarah dan ada pihak-

5
6

pihak yang bertanggungjawab dalam pekerjaan tersebut.


Sehingga tujuan proyek bisa tercapai sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Struktur organisasi yang terdapat
di proyek adalah sebagai berikut:
a. Pemilik (Owner)
Owner atau pemilik adalah orang atau instansi
yang memiliki proyek atau pekerjaan dan
memberikannya kepada pihak lain yang mampu
melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak
kerja. Dalam merealisasikan proyek, owner mempunyai
kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk
membiayai proyek. Tugas owner adalah:
1) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan proyek.
2) Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
3) Memberikan tugas kepada kontraktor atau
pelaksana pekerja proyek.
4) Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan
pengawas atau manajemen konstruksi.
5) Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan
oleh kontraktor.
Wewenang kontraktor adalah:
1) Membuat surat perintah kerja (SPK)
2) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan
yang telah direncanakan.
3) Meminta pertanggungjawaban kepada para
pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.
4) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak
pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak.
Misalnya, pelaksana pembangunan dengan bentuk
dan materai yang tidak sesuai dengan RKS.
7

b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk
oleh pemilik untuk melaksanakan pekerjaan
perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau
badan usaha baik swaasta maupun pemerintahan.
Tugas konsultan perencana adalah:
1) Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan
dengan keinginan pemilik.
2) Membuat gambar kerja pelaksana.
3) Membuat renacan kerja dan syarat-syarat
pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman
pelaksana.
4) Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5) Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide
pemilik kedalam desain bangunan.
6) Melakukan perubahan desain bila terjadi
penimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan
yang tidak memungkinkan desain untuk
diwujudkan.
7) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan
struktur jika terjadi kegagalan konstruksi.
Wewenang konsultan perencana adalah:
1) Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-
pihak pelaksana bangunan yang melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai dengan perencana.
2) Menentukan warna dan jenis material yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan.
c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak ynag ditunjuk
oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan
pekerjaan pengawas. Konsultan pengawas dapat berupa
badan usaha atau perorangan yang memerlukan sumber
8

daya yang ahli dibidangnya masing-masing seperti


teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan
lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun
dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
Kegiatan konsultan pengawas selama konstruksi
beralangsung antara lain:
1) Memeriksa dan mempelajarai dokumen kontrak
yang akan dijadikan dasar dalam tugas
pengaawasan.
2) Mengawasi pelaksanaan pemakaian material serta
metode pelaksanaan, mengawasi ketepatan waktu
dan pembiayaaan konstruksi.
3) Mengawasi pelaksanaan konstruksi dari aspek
kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume
pekerjaan.
4) Menginventarisasi perubahan yang harus dilakukan
di lapangan sehubungan dengan permasalahan
yang timbul.
5) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara
berkala, membuat laporan pekerjaan pengawasan
berkala mingguan dan bulanan dengan masukan
hasil rapat lapangan serta laporan-laporan
mingguan dan bulanan yang dibuat oleh kontraktor.
6) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan
pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
pemeliharaan pekerjaan, serta serah terima hasil
pekerjaan yang pertama dan kedua.
7) Meneliti gambar-gambar sesuai dengan pekerjaan
yang dilaksanakan di lapangan sebelum serah
terima yang pertama.
8) Menyusun daftar kerusakan pada masa
pemeliharaan dan mengawasi perbaikannya.
9

9) Membeantu pemilik proyek mengurus sampai


mendapatkan izin penggunaan hasil proyek dari
pemerintah daerah setempat.
10) Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan
pemeliharaan hasil proyek, buku manual operasi
peralatan dan perlengkapan fasilitas dengan segala
perubahan-perubahan yang telah dilakukan selama
konstruksi dan sesuai dengan as built drawing.
11) Membantu pemilik proyek dalam menyiapkan
dokumen daftar hasil proyek sesuai dengan
peraturan yang dilakukan.
d. Kontraktor Pelaksana
Secara umum pengertian dari kontraktor pelaksana
adalah sebuah badan/lembaga/orang yang
mengupayakan atau melakukan aktifitas pengadaan
baik berupa barang maupun jasa yang dibayar dengan
nilai kontrak yang telah disepakati. Jasa kontraktor sipil
sendiri merupakan jasa yang berupa pengadaan barang
dan jasa yang berhubungan dengan pekerjaan sipil, bisa
berupa jalan, bangunan, konstruksi jembatan, bangunan
air, dan sebagainya.
Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana
adalah:
1) Bertanggungjawab atas keseluruhan pelaksanaan
proyek dilapangan.
2) Menyediakan material, tenaga kerja dan peralatan
untuk pelaksanaan pekerjaan dlapangan.
3) Memulai proyek setelah menerima surat perintah
kerja (SPK).
4) Memberikan usulan perubahan pekerjaan
dilapangan kepada pihak pengawas selama
diperlukan.
10

5) Mengatur dan mengkoordinasi semua pelaksanaan


dilapangan sehingga dapat disesuaiakan dengan
kontrak.

3. Definisi Manajemen Proyek


Mengingat kompleksnya kegiatan proyek konstruksi
agar dapat mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu
sistem pengelolaan yang baik yang disebut manajemen
proyek konstruksi. Manajemen proyek adalah
merencanakan, mengorganisis, memimpin, mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka
pendek yang telah disediakan (Unesa Tim, 18). Terdapat
tiga garis besar untuk menciptakan berlangsungnya suatu
proyek, diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan peletakkan dasar dari
tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus
menyiapkan semua program teknis dan menyiapkan
administrasi supaya dapat diimplementasikan.
Tujuannya yaitu supaya memenuhi persyaratan
spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu,
biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu
proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan,
rekayasa nilai, perencanaan area dari manajemen
proyek (waktu, biaya, mutu, kesehatan, lingkungan,
keselamatan kerja, sumber daya, resiko dan sistem
informasi).
b. Penjadwalan
Penjadwalan merupakan implementasi dari
perencanaan yang bisa memberikan informasi mengenai
jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi
sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, da
11

material), durasi dan juga progress waktu untuk


menyelasaikan proyek. Terdapat beberapa metode
untuk mengelola penjadwalan proyek, diantaranya
yaitu kurva S, barchart, penjadwalan linier (diagram
vector) Network Planning serta waktu dan durasi
kegiatannya.
c. Pengendalian Proyek
Pengendalian proyek mempengaruhi hasil akhir
dari suatu proyek. Tujuan utamanya yaitu untuk
meminimalisasi segala penyimpangan yang mungkin
terjadi selama proyek berlangsung. Tujuan dari
pengendalian proyek adalah optimis kinerja biaya,
waktu, mutu dan keselamatan kerjayang harus memiliki
kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakaukan
proses pengendalian proyek yaitu berupa pengawasan,
pemeriksaan, dan koreksi ynag dilakukan selama proses
implementasi.

B. Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


1. Definisi Kolom
a. Pengertian Kolom
Kolom merupakan struktur yang fungsi
utamanya adalah menerima gaya normal akibat beban
diatasnya yang pada umumnya adalah beban lantai atau
beban atap. Kolom adalah komponen struktur dengan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi
tiga yang digunakan terutama untuk mendukung beban
aksial tekan (SNI 03-2847-2002). Menurut SK-SNI-T-15-
1991-03, kolom adalah batang tekan vertical dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok dan tugas
utamanya adalah menyangga beban aksial tekan
12

vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang


paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan
yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collaps) lantai yang bersangkutan dan juga runtuhnya
total (total collaps) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996:5).
Di samping menerima gaya normal, umumnya kolom
menerima momen-momen yang terjadi akibat
pergerakan dari bangunan yang disebabkan adanya
gempa.
b. Jenis-jenis Kolom
Menurut Muin (2008:9), berdasarkan bentuk dan
komposisi material yang umum digunakan, maka
kolom bertulang dapat dibagi dalam beberapa type,
yaitu:
1) Kolom empat persegi dengan tulangan longitudinal
dan tulangan pengikat lateral/sengkang. Bentuk
penampang kolom bisa berupa bujur sangkar atau
berupa empat persegi panjang. Kolom dengan
bentuk empat persegi panjang ini merupakan
bentuk yang paling banyak digunakan, mengingat
pembuatannya yang lebih mudah, perencanaannya
yang relatif lebih sederhana serta penggunaan
tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada
beban momen lentur) dari type lainnya.
2) Kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan
tulangan pengikat spiral atau tulangan pengikat
lateral. Kolom ini mempunyai bentuk yang lebih
bagus dibanding bentuk yang pertama di atas,
namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan
13

tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada


beban momen lentur) dibandingkan dari type yang
pertama diatas.
3) Kolom komposit. Pada jenis kolom ini, digunakan
profil baja sebagai pemikul lentur pada kolom.
Selain itu, tulangan longitudinal dan tulangan
pengikat juga ditambahkan bila perlu. Bentuk ini
biasanya digunakan, apabila jika hanya
menggunakan kolom bertulang biasa diperoleh
ukuran yang sangat besar karena babannya yang
cukup besar, dan disisi lain diharapkan ukuran
kolom tidak terlalu besar.
Menurut Muin (2008:9), berdasarkan
kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas:
1) Kolom pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu
menjadi perhatian dalam merencanakan kolom
karena pengaruhnya cukup kecil.
2) Kolom langsing, dimana masalah tekuk perlu
diperhitungkan dalam merencanakan kolom.
Menurut Muin (2008:9), untuk kolom pada
bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
1) Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyangga beban utama yang berada diatasnya.
Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5 meter, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak begitu besar, dan apabila
jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi utama untuk rumah tinggal dua lantai
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan
14

pokok 8 d12 mm, dan begel d 8-10 cm (8 d 12


maksudnya jumlah besi beton diameter 12 mm, d8-
10 cm maksudnya begel berdiameter 8 dengan jarak
10 cm).
2) Kolom Praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berfungdi
membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat
dinding agar dinding stabil. Jarak antar kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata (sudu-sudut). Dimensi kolom praktis
15/15 dengan tulangan beton 4 d10 dan begel d8-20.
c. Fungsi Kolom
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom
berfungsi sebagai pendukung beban-beban dari balok
dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar melalui
fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban
aksial tekan serta momen lentur (akibat kontinuitas
konstruksi) (Asroni, 2010:1).
Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan
komponen struktur yang paling penting untuk
diperhatikan, karena apabila kolom ini mengalami
kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan struktur
bangunan atas dari gedung secara keseluruhan (Asroni,
2010:1).
d. Syarat-syarat Kolom
Syarat-syarat kolom beton bertulang berdasarkan
SNI 03-2847-2002, yaitu:
1) Ukuran penampang kolom tak boleh kurang dari 15
cm.
2) Luas tulangan memanjang kolom tak boleh diambil
kurang dari 1% penampang beton, dengan
15

minimum satu batang tulangan di masing-masing


sudut penampang.
3) Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom
tidak boleh diambil lebih dari 6% dari luas
penampang beton. Apabila tulangan memanjang
kolom disambung dengan sambungan lewatan pada
stek, maka luas tulangan memanjang maksimum
dibatasi sampai 4% dari luas penampang beton
yang ada.
4) Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang
simetris terhadap masing-masing sumbu utama
penampang. Pada kolom-kolom yang memikul gaya
normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat
penampang kurang dari 1/10 dari ukuran kolom
diarah eksentrisitas itu, tulangan-ulangan
memanjang harus disebar merata sepanjang keliling
teras kolom.
5) Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh
sengkang-sengakang dengan jarak maksimum
sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali diameter
baja tulangan memanjang yang tersebar dengan
minimum 6 mm pada baja lunak dan baja sedang
dan 5 mm pada baja keras.
6) Apabila tulangan memanjang kolom disambung
lewat tulangan pada stek, maka ujung-ujung batang
tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat itu
tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan
terjadinya sarang-sarang kerikil dapat dianggap
tidak ada.
e. Bekisting Kolom
Bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang
16

dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang


diinginkan.Perencanaan sebuah sistem serta metode
kerja bekisting menjadi tanggungjawab dari pihak
pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam
pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus
ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat
dilakukan dengan perencanaan yang sematang
mungkin dengan memperhatikan segala factor yang
menjadi pendukung atau yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan nantinya.
Menurut Purbawangsa (2008:5) pada pokoknya
sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi:
1) Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan
dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi
beton menuntut bekisting yang sederhana.
2) Bekisting harus dapat menyerap dengan aman
beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan
berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini
perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran
dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui
toleransi-toleransi tersebut.
3) Bekisting harus dapat dengan sederhana dipasang,
dilepas, dan dipendahkan.
Menurut Wingbout (1997:233) dapun jenis-jenis
bekisting adalah sebagai berikut:
1) Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)
Bekisting konvensioanal adalah bekisting yang
menggunakan kayu dimana dalam proses
pengeerjaannya dipasang dan dibongkar pada
bagian struktur yang dikerjakan. Pembongkaran
bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian
bekisting satu per satu setelah beton mencapai
17

kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini


pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali
pekerjaan, namun jika material kayu masih
memungkinkan untuk dipakai maka dapat
digunakan kembali untuk bekisting pada elemen
struktur yang lain.
2) Bekisting Knock Down
Dari kekurangan metode bekisting konvensional
maka direncanakanlah sistem bekisting knock down
yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk
satu unit bekisting knock down ini memang biayanya
jauh lebih mahal jik adibandingkan dengan
bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan
tahan lama. Sehingga dapat digunakan seterusnya
sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai
selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini
menjadi jauh lebih murah.
3) Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada
bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan
bahan fiber memiliki keunggulan yang lebih baik
daripada kayu, disamping untuk kepentingan
pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah
keunggulan bekisting fiber.
i. Bebas kelembaban dan tidak mengalami
perubahan dimensi atau bentuk;
ii. Pemasangan lebih mudah dan tidak perlu
minyak bekisitng;
iii. Tidak berkarat;
iv. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok
untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan
berair.
18

v. Efisiensi secara biaya;


vi. Kualitas hasil ynag lebuh baik;
vii. Gampang dipasang dan dilepas sehingga
mengurangi biaya upah;
viii. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali.
Ada produk ynag dapat digunakan hingga 1000
kali;
ix. Tahan panas;
x. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang
tinggi;
xi. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap
benturan dan abrasi.
xii. Dapat dibor, dipaku, diketam dan diproses
seperti gergaji;
xiii. Stabilitas ynag tinggi terhadap sinar ultraviolet,
tidak rapuh dan gampang retak, gampang unutk
dibersihkan;
xiv. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam
penyimpanan karena sifatnya ynag tahan cuaca;
xv. Sampah sisa bekisting fiber ini dapat diolah
kembali seluruhnya dan sangat ramah
lingkungan.
Terlihat bekisting fiberglass banyak keunggulan
dibanding dengan bekisting kayu dan knock down.
Bagi owner dan perencana, bekisting ini akan
menurunkan biaya proyek, sedangkan bagi
kontraktor akan mempercepat pelaksanaan. Bagi
pemerintah dan masyarakat luas, bekisting
fiberglasas akan mengurangi penggunaan kayu
secara signifikan sehingga sangat membantu dalam
pelestarian lingkungan.
19

2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


Menurut Purbawangsa (1994:54-55) pekerjaan kolom
melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah penentuan
as kolom, penulangan kolom, pembuatan/pemasangan
bekisting, pengecoran kolom, pembongkaran bekisting dan
perawatan beton.
a. Penentuan As Kolom
Titik-titik as kolom ditentukan dan diperoleh
dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur
waterpass. Titik as kolom harus ditentukan secara
akurat karena sangat menentukan hasil pekerjaan
selanjutnya. Jika terjadi kesalahan dalam penentuan
tutuk as, maka letak as kolom akan berubah dengan
kolom dibawahnya atau diatasnya.
b. Penulangan Kolom
Penulangan kolom selalu disesuaikan dengan
gambar yang sudah tersedia. Pelaksana harus selalu
mengecek kembali pada saat pembesian karena
pembesian in merupakan rangka kolom.
c. Pemasangan Bekisting Kolom
Setelah tulangan kolom dipasang dan bekisting
telah diselesai dikerjakan di los kerja, maka langkah
selanjutnya yaitu pemasangan bekisting. Bekisting
diangkat dengan bantuan alat tower crane dari los kerja
menuju lokasi pemasangan.
d. Pengecoran Kolom
Pada pengecoran kolom dilakukan dengan
menggunakan bucket dan pipa tremi dengan bantuan
alat tower crane. Pengecoran kolom dilakukan apabila
pekerjaan tulangan kolom dan bekisting kolom telah
selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan
20

melalui surat izin pengecoran dari konsultan


pengawas.
e. Pembongkaran Bekisting Kolom
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan sehari
setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim adalah 6
jam setelah pengecoran. Diasumsikan bahwa beton
telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat
awal. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan ijin
terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada saat
proses pelepasan dilakukan secara hati-hati untuk
menghindarkan kolom dari kerusakan. Bekisting yang
telah dilepas tersebut diangkat dengan bantuan tower
crane dan dibersihkan bagian permukaan dalamnya
serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada
kolom berikutnya.
f. Perawatan Beton Kolom
Setelah pembongkaran bekisting, harus
dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan
pemberian compound pada permukaan beton atau
dengan berbagai cara sesuai dengan jenis struktur
yang dilaksanakan. Perawatan beton (curing) berfungsi
untuk melindungi beton selama berlangsungnya
proses pengerasan beton terhadap sinar matahari,
pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan
perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum
waktunya.
C. Standarisasi dan Kendali Mutu
Standarisasi dan kendali mutu pada proyek
pembangunan dilakukan oleh kontraktor, maka pekerjaan
disesuaikan dengan shop drawing yang telah disetujui oleh
manager proyek. Mutu dari bagunan tetap terjamin dan sesuai
dengan kualitas rencana. Pengamatan di proyek ini ada cara
21

untuk mengetahui standarisasi dan kendali mutu yaitu


dengan dilakukan oengujian mutu pekerjaan dan kontrol
kualitas.
1. Tes Slump
Tes slump adalah suatu uji empiris/metode yang
digunakan untuk menentukan konsistensi/kekuatan
(dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar
(fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya.
Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan
berapa banyak air yang digunakan. Uji slump
menunjukkan apakah campuran beton kekurangan,
kelebihan atau cukup air. Dalam suatu adukan/campuran
beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan
tingkat workability nya atau tidak.
Campuran beton yang terlalu cair aka menyebabkan
mutu beton rendah, dan lama mongering. Sedangkan
campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan
tidak merata dan sulit untuk dicetak. Uji slump mengacu
pada SNI 1972-2008, uji slump dapat dilakukan di
laboratorium maupun dilapangan.
2. Tes Tekan Beton
Beton akan mengalami pengerasan secara sempurna
setelah 28 hari sehingga pada hari-hari sebelumnya akan
mempunyai kuat tekan berbeda yang untuk
mengetahuinya dapat menggunakan rumus tabel konversi
beton umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Nilai ini biasanya
diperlukan ketika hendak menentukan waktu
pembongkaran bekisting sehingga tidak perlu menunggu
sampai 28 hari dan bekisting bisa digunakan untuk bagian
pekerjaan beton yang lain. Nilai kuat tekan beton sebelum
28 hari juga dibuat oleh kontraktor skala besar untuk
keperluan laporan kualitas beton kepada pemilik proyek
22

bahwa beton yang digunakan di lapangan mempunyai


kuat tekan minimal sama dengan perencanaan.
Pengujian dapat dilakukan dengan membuat benda uji
berbentuk silinder ukuran diameter 15 cm dengan tinggi 30
cm.
Tabel 2.1 Konversi Beton
Umur Beton (hari) Perbandingan Kuat Tekan
3 0.46
7 0.70
14 0.88
21 0.96
28 1.00

3. Kait atau Bengkokan


Kait atau bengkokan berfungsi untuk menyatukan untuk
menyatukan pertemuan besi agar tetap kuat saat dilakukan
pengecoran. Berikut ini adalah ketentuan-ketentuan kait
dalam SNI-03-2847-2018.
Tabel 2.2 Ketentuan Kait dan Bengkokan
23

4. Selimut Beton
Selimut beton adalah pelindung beton untuk tulangan
dimana pembuatan selimut beton harus memenuhi
persyaratan SNI-03-2847-2013. Selimut beton diperlukan
dalam proses pembuatan struktur beton untuk
meminimalisir terjadi crack pada strutur.
Tabel 2.3 Persyaratan Tabel Selimut Beton
Tebal Selimut
Kriteria
Minimal (mm)
a) Beton yang di cor langsung di atas tanah dan
75
selalu berhubungan dengan tanah
b) Beton yang berhubungan dengan tanah atau
50
cuaca: batang D19 hingga D56
…………
Batang D16, jarring kawat polos P16 atau
40
kawat ulir D16 yang lebih kecil
24

c) Beton yang tidak langsung berhubungan


dengan cuaca atau beton yang tidak
berhubungan dengan tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk: 40
Batang D44 dan D56
……………………………… 20
Batang D36 dan yang lebih kecil
…………
Balok, kolom:
Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan 40
spiral
…………
Komponen struktur cangkang pelat lipat: 20
Batang D19 dan yang lebih besar
…………
Batang D16, jarring kawat polos P16 atau 15
kawat ulir D16 yang lebih kecil
…………

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Kesehatan Kerja

2. Keselamatan Kerja
3. Peraturan K3

Anda mungkin juga menyukai