03 Bab I PDF
03 Bab I PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU 10/1992). Keluarga berencana juga
Selain itu program KB juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat
1
untuk melakukan proses persalinan, sebab jika umur ibu terlalu muda atau
terlalu tua ketika melakukan persalinan, hal ini akan sangat beresiko
mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Hal ini membuktikan bahwa
Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia untuk angka kematian
ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per
1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu dengan program KB yang terus
target.
menikah lebih dari setahun tetapi belum juga memiliki keturunan, hal ini
2
Jumlah akseptor KB di Indonesia telah meningkat sejak tahun 1994.
Pada tahun 2007 tercatat ada sekitar 38,9 juta Pasangan Usia Subur (PUS),
sekitar 69,1% dari PUS tersebut merupakan akseptor KB, dan ada sekitar
Jawa Tengah pada tahun 2008 tercatat persentase akseptor KB sebesar 78,09%
pada tahun 2008 tercatat ada sekitar 80,86% akseptor KB aktif, sedangkan di
KB dari total jumlah sebanyak 17.480 PUS, persentase ini masih di bawah
target pemerintah yaitu sebesar 84% (KPPKB, 2009). Hal ini menempatkan
di Kabupaten Sukoharjo.
adalah adanya keterlibatan semua pihak, baik dari institusi pemerintah, swasta,
masyarakat dan dalam lingkup yang lebih kecil adalah keterlibatan seluruh
pasangan usia subur, yang berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni
istri maupun suami. Namun kenyataannya saat ini hanya perempuan saja yang
dituntut untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini dapat dilihat dari data
3
sikap, dan perilaku pria atau suami tentang keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi. Salah satu cara meningkatkan peran pria untuk mendukung istri
pengetahuan, sikap dan perilaku dalam berbagai isu kesetaraan gender yang
terjadi saat ini mengenai peran antara pria dan wanita dalam Program KB
(BKKBN, 2003).
Peran aktif pria dalam ber-KB bisa berupa peran aktif secara langsung
dan peran aktif secara tidak langsung. Peran aktif secara langsung yaitu
jumlah anak (Budisantoso, 2008). Saat ini perlunya peran aktif pria/suami
secara tidak langsung harus lebih ditekankan lagi, yaitu dengan cara suami
mendukung istri yang sedang mengikuti Program KB, karena peran aktif dan
Pati Kabupaten Semarang diungkapkan bahwa dari 95 suami hanya ada 31,6%
(Isti, 2007). Dukungan dan perhatian suami terhadap istri yang sedang
4
mengikuti Program KB sangat besar pengaruhnya untuk membentuk keluarga
kecil yang berkualitas, karena dalam hal ini suami sebagai kepala keluarga
dalam mengikuti program KB (Isti, 2007). Dampak negatif bila suami tidak
menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita dalam membina
kemudian yang kedua adalah faktor pemungkin (enabling factors) terdiri dari
ketiga adalah faktor pendorong (reinforcing factors) terdiri dari peran tokoh
5
Studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti di Puskesmas
KB. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapat
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
2. Sub masalah
6
c. Apakah nilai anak dan keinginan memilikinya berhubungan dengan
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
f. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan suami dengan dukungan
D. Manfaat Penelitian
9
2. Bagi Masyarakat
10