Anda di halaman 1dari 6

TINDAKAN ECT (ELEKTRO CONVULSIF THERAPIC)

Masalah utama halusinasi pendengaran.

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : tn. S
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :
Agama :
Pendidikan : smp
Pekerjaan : swasta
No. Rm :
Ruang dirawat : nadrim
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
dx. medis : Depresi berat dengan gangguan psikotik
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
- Klien mengatakan mendengar suara-suara tidak jelas dan tidak ada wujudnya,
saat ditanya suara apa yang didengarkan klien tidak menjawab langsung
terdiam.
- Klien mengatakan suara-suara itu muncul saat klien sedang menyendiri dan
melamun.
- Frekuensi munculnya suara-suara tersebut sering
- Klien merasa dikendalikan oleh suara-suara tersebut dan tidak mampu
menolaknya
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri, tidak mau berkumpul dengan teman
yang lain.
- Klien tampak gelisah, terlihat tertawa sendiri.
- Klien kooperatif saat diajak perawat ngobrol, klien menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh perawat.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
C. Tindakan ECT
1. Definisi

ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini
adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda
yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall.

2. Jenis-jenis ECT
- ECT konvensional : menimbulkan kejang tanpa menggunakan obat
anestesi.
- ECT Pre-medikasi : diberikan obat anestesi untuk menurunkan kejadian
kejang.
3. mekanisme kerja

Aliran listrik -> kejang (fase 10 detik : tonik, 30-40 detik: fase klonik)->
peningkatan aliran darah keotak (perubahan permobilitas BBB)-> terjadi
keseimbangan nor adrenalin, adrenalin, serotinin-> transmisi chilinergic->
sehingga pasien lebih tenang proses pikir dan kondisi efek membaik.

4. Indikasi

- Depresi berat, obsesif compulsif, gangguan bipolar

– Schizoprenia ( Katatonia, stupor, paranoid, kegaduhan akut )

– Sulit makan dan minum obat

– Keinginan bunuh diri

5. Kontraindikasi :
– Gangguan nafas K.P Duplex

– Infark miocard

– Hipertensi berat

– Penyakit tulang dan fraktur vertebralis & Cervical


6. Komplikasi :
– Gangguan daya ingat : 75% kasus, tapi dapat pulih setelah 1 – 6 bulan
kemudian / berikutnya

– Kematian angka mortalitas 0,002%

– Fluksasio tulang

– Bingung

– Aritmia Cordis

7. Pelaksanaan (prosedur)

a. Persiapan alat

Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai
berikut:
- Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
- Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
- Kain kasa
- Cairan Nacl secukupnya
- Spuit disposibel
- Obat SA injeksi 1 ampul
- Tensimeter
- Stetoskop
- Slim suiger
- Set konvulsator
b. Persiapan perawat
- persiapan pengetahuan dan prosedur terapi ect
- cek kembali catatan medic klien dan catatan keperawatan
- cek infotm consent
c. Persiapan klien
- Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan
yangakan dilakukan.
- Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
- Siapkan surat persetujuan
- Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
- Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang
mungkindipakai klien
- Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
- Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum
ECT
- Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik,
dan antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya
dihentikan beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
- Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam
sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan
menurunkan sekresi gastrointestinal
d. Prosedure tindakan ECT
1. Setelah alat sudah di siapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan
rata dan cukup keras.posisikan hiperektensi punggung tanpa batal. Pakaian di
kendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
2. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini di
pakai untuk menghasilkan koma ringan.
3. Berikan pelemas otot suksinikolin atau anictine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
4. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
5. Kedua pelipis tempat elektrode menempel dilapisi dengan kasa yang
dibasahi cairan NaCL.
6. Klien diminta untuk membuka mulut dan memasang spatel/karet yang
dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta untuk menggigit.
7. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang
dengan dilapisi kain.
8. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutut) di tahan selama kejang dengan
mengikuti gerak kejang.
9. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudian tekan tombol sampai
timer berhenti dan di lepas.
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan
kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan
diafragma.
12. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger.
13. Kepala di miringkan.
14. Observasi sampai klien sadar.
15. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan.
e. Setelah ECT :
1. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
2. Jaga keamanan.
3. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai
kebutuhan, biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.

f. Hasil ECT
Tanggal 27-11-2017 Tanggal 24-11-2017
Lama kejang : 40 detik Lama kejang : 22 detik
Durasi : 0,750 Durasi : 0,700
Energy : 9,9-9,8 Energy : 10,9
Dinamic impedance :221 Dinamic impedance : 241
Daftar Pustaka

http://wir-nursing.blogspot.co.id/2011/03/elektro-convulsif-therapie-ect.html

https://dokmud.wordpress.com/2009/10/27/electro-convulsive-therapi-ect/

http://perawat-hitech.blogspot.co.id/2012/06/electro-conclusif-therapy-ect.html

Anda mungkin juga menyukai