Anda di halaman 1dari 4

Pembedahan menjadi salah satu cara menanggulangi berbagai penyakit di dunia, hal ini di

buktikan dengan data WHO tahun 2013 dimana terdapat 1,2 juta tindakan operasi di indonesia
dan menjadi urutan ke 11 tindakan yang paling sering di lakukan (DEPKES 2015). Kebanyakan
prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih
sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah
ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau
umum.
Perkembangan teknologi pembedahan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat seperti
penggunaan laser atau bahkan kini muncul penggunaan robot yang dapat melakukan tindakan
pembedahan secara terprogram melalui komputer. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam
bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan
pasien akan berjalan lebih cepat.
Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh
peningkatan kemampuan masing-masing personel sehingga hasil yang diharapkan dari pasien
bisa tercapai. Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas, Namun juga diikuti
oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya :
hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan persiapan
praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba,
maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan.
Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.
Berbagai masalah akan muncul baik dalam fase preoperatif, intraoperatif maupun
pascaoperatif terlebih lagi pada kasus dengan bedah mayor, baik masalah yang terkait dengan
fisiologis, biologis maupun psikologis seperti rasa sakit, body image atau takut akan kematian
maka dari itu di butuhkan manajemen yang baik dalam melakukan pendampingan atau
perawatan pada pasien yang akan di lakukan pembedahan, manajemen keperawatan yang dapat
dilakukan diantaranya pengkajian, menentukan masalah, menentukan intervensi, melakukan
implementasi dan melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan ataupun kolaborasi yang telah
dilakukan.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien (baradero 2008).
Dalam pelaksanaan keperawatan perioperatif seorang perawat di tuntut untuk mampu mmahami
kondisi pasien dan juga mampu bekerja sama antar tim baik sesama perawat atau bidang profesi
lain seperti dokter, ahli gizi dan lain-lainnya.
Untuk menemukan permasalahan yang di hadapi pasien atau yang akan muncul akibat
tindakan operatif perawat juga di tuntut untuk melakukan pengkajian secara mendalam dan
komprehensif. Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis, sosiokultural dan dimensi spiritual
pada klien penting karena pembedahan merupakan stressor utama psikologis, mempengaruhi
pola koping, support system dan kebutuhan sosiokultural.
Dalam perawatan preoperatif biasanya akan muncul masalah-masalah yang berkaitan
dengan psikologis seperti rasa cemas atau ansietas. Penurunan rasa cemas dan takut merupakan
hal yang sangat penting selama masa pre operatif karena stress emosional ditambah dengan
stress fisik meningkatkan resiko pembedahan (smeltzer, 2002 ).
Dalam upaya penurunan rasa cemas pada pasien perawat dapat menggunakan hasil
pengkajian psikologis, sosiokultural dan dimensi spiritual yang telah di lakukan. Namun hal yang
paling utama yang harus di lakukan seorang perawat sebelum melakukan intervensi keperawatan
adalah membina hubungan terapeutik antara pasien dan perawat itu sendiri.
Setelah hubungan terapeutik dapat terpenuhi selanjutnya perawat dapat melakukan
implementasi keperawatan terhadap paien preoperatif seperti berdikusi mengenai rasa cemas atau
takutnya, proedur operatif yang akan di jalani, diit sebelum dan sesudah tindakan, masalah yang
mungkin muncul setelah tindakan dan bagaimana menanganinya.
Fase selanjutnya dari tahapan perawatan perioperatif adalah fase intraoperatif
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif. Aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di
ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang
mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
Perawat intraoperatif bertanggung jawab terhadap kesejahteraan paien di kamar bedah
dengan berkoordinai dengan berbagai macam petugas di dalam ruangan bedah terebut seperti
ahli bedah, asisten ahli bedah, dan anatesi. Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada
tahap ini adalah resiko injury berhubungan dengan proedur infasif. Setelah melalui tahapan intra
operatif pasien akan melalui tahap akhir dari proses perioperatif yaitu fase pascaoperatif atau
postoperatif.
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri. Diagnosa yang mungkin muncul pada fase
ini adalah resiko infeksi, nyeri, integritas kulit, resiko injury, intoleransi aktivitas, dan
hipovolemia.
Perawatan perioperatif membutuhkan koordinasi yang baik dari semua bidang ilmu
kesehatan, dengan persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko
operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Untuk mencapai outcome yang di inginkan
sudah seharunya perawat memahami dan melakukan perannya sebagai Pemberi Asuhan
Keperawatan (Care provider), Sebagai Pendidik (Educator), konselor (Counselor), panutan
(Role Mode), pembela (Advocate), manajer kasus (Case Manager), kolaborator dan sebagai
penemu kasus (Case Finder).
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Depkes. 2015. Pembedahan tanggulangi 11 % penyakit di dunia. Di akse di
http://www.depkes.go.id/article/view/15082800002/pembedahan-tanggulangi-11-penyakit-di-
dunia.html
Anggraeni. 2018. Pengaruh penyuluhan manfaat mobilisasi dini terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien pasca pembedahan laparatomi. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Anda mungkin juga menyukai