Anda di halaman 1dari 6

Artikel Ilmiah – Universitas Diponegoro

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php

MFCS 2 IN 1 : MICROBIAL FUEL CELLS PENGOLAH AIR LIMBAH DAN


PENGHASIL LISTRIK (ALTERNATIF : LIMBAH ISI RUMEN SAPI DENGAN
PENGARUH VARIASI COD DAN PH)

Rizki Januarita, Azka Azizah, Anis Ulfa W A, Hilma Syahidah, Ganjar Samudro
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
Email: rizki.januarita@gmail.com

ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, konsumsi masyarakat akan pangan pun
meningkat. Salah satu kebutuhan akan protein hewani dari daging sapi. Di kota Semarang frekuensi pemotongan hewan
sekitar 40-50 ekor sapi dan meningkat hingga 100 ekor sapi perhari menjelang lebaran (Suaramerdeka, 2012). Frekuensi
pemotongan yang tinggi ini berpotensi untuk menimbulkan limbah. Limbah yang berasal dari rumen sapi fasa cair
mengandung konsentrasi COD sebesar 5.500-7000 mg/L (Padmono, 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke badan air penerima. Reaktor terbaru dari proses pengolahan anerobik yang sering digunakan dalam
pengolahan air limbah yang saat ini telah banyak dikembangkan yaitu microbial fuel cells. Menurut (Aeltermn et al. 2006
dalam Zhang, 2012) microbial fuel cells (MFCs) adalah reaktor bioelektrochemical yang dapat mengkonversi energi kimia
dari zat organik pada air limbah menjadi listrik dengan katalis dari mikroorganisme. Penelitian dengan MFCs dual
chamber dengan substrat limbah rumen sapi fasa cair dengan variasi pH 7 (netral), pH 5 (asam), pH 9 (basa) ini
menunjukan bahwa variasi pH berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi COD dan produksi listrik pada pengolahan air
limbah rumen sapi menggunakan reaktor Microbial fuel cells. Rreaktor dengan varioasi pH netral produksi listrik terbesar
adalah 219,0916 mW/m2, sedangkan variasi pH asam dan pH basa power density terbesar 108,5341 mW/m 2 dan
174,5589mW/m2 . Penurunan COD optimum pada hari ke 10 untuk pH netral COD 167,5 mg/L pada reaktor N1 (memenuhi
baku mutu), pH asam COD 185,2 mg/L pada reaktor A2 (memenuhi baku mutu), dan pH basa 292,1 mg/L (belum memenuhi
baku mutu). Efisensi penyisihan optimum pada pH netral 94,8%, pH asam 94,4% dan pH basa 88,1 %. Pada reaktor
dengan variasi substrat pH netral power density, penurunan COD dan efisiensi penurunan lebih baik dibanding dengan pH
asam dan basa, meskipun demikian mikroorganisme dalam limbah rumen sapi tetap dapat berkembang biak dalam kondisi
substrat pH ekstrim.

Kata Kunci : MFCs, limbah rumen sapi, pH, power density, COD

LATAR BELAKANG polutan yang tinggi (Ayati dan Ganjidoust, 2006:


Seiring dengan meningkatnya 39). Reaktor terbaru dari proses pengolahan
pertumbuhan populasi penduduk, konsumsi anerobik yang saat ini telah banyak dikembangkan
masyarakat akan pangan pun meningkat. Salah satu yaitu microbial fuel cells. Menurut (Aeltermn et al.
kebutuhan akan protein pada pangan pun tidak 2006 dalam Zhang, 2012) microbial fuel cells
dapat diabaikan. Pemenuhan akan protein salah (MFCs) adalah reaktor bioelektrochemical yang
satunya diambil dari daging sapi yang secara umum dapat mengkonversi energi kimia dari zat organik
dikonsumsi masayarakat Indonesia. Banyaknya pada air limbah menjadi listrik dengan katalis dari
permintaan daging sapi dari masyarakat berbanding mikroorganisme. Hal ini dapat dilihat dimana
lurus dengan semakin meningkatnya jumlah penelitian yang dilakukan oleh (Sitorus, 2010),
pemotongan hewan sapi. Dari banyaknya jumlah dimana MFCs yang menggunakan substrat air
hewan sapi yang akan dipotong inilah yang akan buangan isi rumen sapi menghasilkan potensial
menimbulkan dampak lain yaitu limbah yang listrik sebsar 810 mV dengan pH 6,45-7,02. Saat
berasal dari pemotongan sapi tersebut. Limbah ini MFCs telah dikembangan sebagai aplikasi
yang berasal dari rumen sapi fasa cair mengandung dalam pengolahan limbah cair. Efisiensi dan
konsentrasi COD sebesar 5.500-7000 mg/L kinerja dari MFCs dapat dipengaruhi oleh berbagai
(Padmono, 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan faktor diantaranya pH. Menurut (Rozendal et al.,
pengolahan sebelum dibuang ke badan air 2006), dalam MFCs dual chamber pertumbuhan
penerima. optimal bakteri membutuhkan pH netral. Oleh
Dewasa ini pengolahan limbah karena itu penggunaan substrat berupa rumen sapi
menggunakan proses anerob lebih banyak merupakan langkah sederhana yang dapat
digunakan karena dapat menghasilkan biogas dan dilakukan selain untuk menekan pencemaran air
biomassa yang dihasilkan sedikit (Lettinga, 1996), yang akan ditimbulkan juga dapat menghasilkan
cocok untuk limbah yang mempunyai kadar listrik dimana menjadi solusi alternatif energi
terbarui dan mendukung upaya pemerintah dalam (Min dan Logan 2004), asam lemak (Liu et al.
pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan) dan 2005), asam amino dan protein (Logan et al. 2005).
pengendalian pencemaran lingkungan. Secara umum mekanisme prosesnya adalah substrat
dioksidasi oleh bakteri sehingga menghasilkan
PERUMUSAN MASALAH elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer
Berdasarkan pokok permasalahan yang melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton
terdapat pada latar belakang, maka penelitian ini didifusikan melalui larutan menuju katoda. Pada
diambil beberapa rumusan masalah : katoda, reaksi elektron dan proton terhadap oksigen
1. Bagaimana pengaruh variasi pH terhadap akan menghasilkan air (Cheng et al., 2006).
penurunan konsentrasi COD dan produksi listrik Penggunaan mikroorganime dalam MFC ini
pada pengolahan air limbah isi rumen sapi bertujuan untuk menggantikan fungsi enzim
menggunakan reaktor microbial fuel cells? sehingga dihasilkan substrat yang lebih murah
2. Dalam pH berapa teknologi pengolahan air
limbah isi rumen sapi menggunakan reaktor
microbial fuel cells bekerja secara optimal?

BATASAN MASALAH
Batasan masalah yang digunakan sebagai
arahan serta acuan dalam penelitian ini:
1. Penelitian ini hanya membahas pengaruh pH
terhadap penurunan COD dan produksi listik.
2. Penelitian ini hanya membahas penurunan COD
dan efisiensi penurunan COD yang dipengaruhi
kondisi substrat (limbah) dalam range pH 5
(asam), pH 7 (netral), pH 9 (basa).
3. Tidak membahas proses biologis pada bakteri
spesifik dalam limbah rumen sapi di reaktor (Idham, 2009).
Gambar 1. Prinsip Kerja Sistem MFCS
microbial fuel cells. Sumber : Kim (2009) dalam Novitasari (2011: 7)
4. Tidak membahas seberapa besar gas metan yang
dihasilkan reaktor microbial fuel cells. Menurut Lovley (2006), MFC memiliki
beberapa kelebihan yaitu dapat menghasilkan
TUJUAN PENELITIAN listrik dari sampah organik dan biomassa terbarui.
Implementasi dukungan kebijakan Bakteri mampu menjadi katalis dan beradaptasi
strategis pemerintah mengenai Kebijakan Energi dengan baik terhadap bahan organik berbeda yang
Baru Terbarukan (EBT) dan Pengendalian terdapat pada limbah lingkungan sehingga
Pencemaran Lingkungan dalam teknologi MFCs. menghasilkan elektron.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: Air Limbah Rumen Sapi
1. Menganalisis pengaruh variasi pH terhadap Limbah cair Rumah Pemotongan Hewan
penurunan konsentrasi COD dan produksi sapi (RPH-sapi) sebagian besar dihasilkan dari air
listrik yang optimum pada pengolahan air pembersih ruang potong, air pembersih intenstinal,
limbah isi rumen sapi menggunakan reaktor dan pembersih kandang ternak. Salah satu bagian
microbial fuel cells. yang menghasilkan padatan organik besar adalah
2. Menentukan pH yang optimum pada teknologi dari isi rumen sapi fasa cair, dimana COD yang
microbial fuel cells. dihasilkan sebesar 5.500-7000 mg/L dari sekitar
0,5-0,6 m3/m3 isi rumen. Sebagian besar
TINJAUAN PUSTAKA kandungan isi rumen adalah bahan lignoselulosa
Microbial Fuell Cell (seperti rumput, merang, dll) dan bahan pencerna
Microbial Fuell Cells atau yang dikenal meragi (digestive ferments) (Padmono, 2005).
dengan istilah MFC merupakan sistem pembangkit
energi listrik dengan memanfaatkan interaksi Proses Degradasi Chemical Oxygen Demand
bakteri yang terdapat di alam. Degradasi COD tidak terlepas dari
MFC membangkitkan listrik dengan terjadinya proses anaerob pada microbial fuel cells.
mengoksidasi bahan organik melalui bantuan Seperti yang telah disebutkan proses anaerob
mikrobia. Aktivitas katalitik dan transfer proton merupakan serangkaian proses mikrobiologi yang
dilakukan dengan menggunakan enzim atau merubah bahan organik menjadi metan.
tambahan mediator (Kordesch dan Simader 2001 Bakteri terlibat dalam transformasi
dalam Zahara 2011). Bahan organik yang dapat senyawa komplek menjadi metan. Lebih jauh lagi
digunakan sebagai substrat dalam microbial fuel terjadi interaksi sinergis antara bermacam
cell, adalah glukosa (Liu dan Logan 2004), pati kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian

2
limbah. Dari senyawa organik tidak hanya Alat dan Bahan
menghasilkan methan (CH4), tetapi juga CO2, H2, Alat Penelitian
NH3, dan H2S. Berikut adalah reaksi yang dapat 1. Reaktor MFC
digambarkan 2. pH meter
3. Thermometer
Senyawa organik CH4+ CO2 + H2 + NH3 + H2S 4. COD reaktor
5. Neraca Analitik
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah 6. Gelas Bekker
jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses 7. Magnetic stirrer
reaksi secara kimia guna menguraikan unsur 8. Multimeter digital
pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm 9. Kabel dan jepit buaya
(part per milion) atau ml O2/ liter. Nilai COD 10. Pipa bening diameter 1”
mencakup kebutuhan oksigen untuk reaksi 11. Pipet ukur
biokimiawi, karena senyawa yang dapat dirombak 12. Gelas ukur
oleh mikroorganisme dapat pula mengalami
oksidasi lewat reaksi kimiawi. (Alaerts dan Bahan Penelitian
Santika, 1984). 1. Air Limbah Rumen Sapi
2. Agar Pro Analis
3. Elektroda (Grafit)
2.3 pH (Pondous Hydrogen) atau Derajat 4. Aquadest
Keasaman 5. NaCl 1 M
pH merupakan faktor kritis untuk semua 6. KMnO4 Pro Analis
proses berbasis mikroba. Pada MFC, pH tidak 7.HCl 1 M
hanya mempengaruhi metabolisme dan 8. NaOH 1M
pertumbuhan bakteri tapi juga terhadap transfer 9. Buffer fosfat
proton, reaksi katoda sehingga mempengaruhi 10. Pereaksi asam sulfat (H2SO4 + Ag2SO4)
performa MFC. Sebagian besar MFC beroperasi
pada pH mendekati netral untuk menjaga kondisi HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
pertumbuhan optimal komunitas mikroba yang Secara keseluruhan penelitian ini telah
terlibat dalam pembentukan listrik (Liu, 2008). berjalan 100% dari hasil analisa karakteristik air
Ren et al., (2007) dalam Puig et al.,
limbah ruman sapi di RPH Semarang yang terletak
(2010) mengemukakan bahwa dalam dual chamber
MFCs, produksi listrik menurun secara signifikan di belakang terminal bis penggaron didapatkan
ketika pH akhir turun menjadi 5,2 karena produk kadar COD yang sangat tinggi setelah dilakukan 5
asam fermentasi, namun kembali normal ketika pH kali pengenceran. Yakni pada 2 kali pengujian
kembali 7,0. Namun pada katoda, pH didapatkan hasil data :
mempengaruhi baik anodik dan reaksi katodik
dimana pH tinggi (8-10) menghambat aktivitas Karakteristik awal
bakteri anodik sampai batas tertentu, tapi mungkin Tabel 1. Hasil uji karakteristik awal (5 kali
menguntungkan untuk reaksi katodik, sehingga pengenceran)
meningkatkan kinerja keseluruhan (He et al., 2008
dalam Puig et al., 2010) No. Hasil Satuan Keterangan
METODOLOGI PENELITIAN 1. 4487 mg/L Panjang Gelombang
Tempat dan Waktu Penelitian 2. 4463 mg/L 660 nm, dengan
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian metode
ini adalah 5 bulan. Kegiatan dilakukan di dua Spektofotometri
tempat, yaitu : Laboratorium Teknik Lingkungan UV-Vis
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro dan Sumber : Data Primer, 2015
Laboratorium BPIK Semarang.
Data menunjukan walau telah dilakukan
Variabel Penelitian
Variabel Bebas pengenceran nilai COD masih tinggi dan tidak
 Konsentrasi COD dan pH sesuai dengan baku mutu air limbah industri rumah
Variabel Terikat potong hewan menurut PERDA JATENG No. 5
 Penurunan Konsentrasi COD dan Produksi Tahun 2012 yang mengisyaratkan untuk COD
Listrik kadar maksimum ialah 200 mg/L.
Variabel Kontrol
 Suhu Konsentrasi dan efisiensi penurunan COD

3
Penelitian ini dilakukan dengan 2 Tahapan % dan 94,5 % masing-masing untuk variasi pH
yakni seeding dan aklimatisasi untuk netral, asam dan basa. Sedangkan pada tahap
pengkondisian dan pertumbuhan mikroba yang running sistem efisensi penyisihan optimum pada
melekat pada elektrode selama seminggu dan tahap pH netral 94,8%, pH asam 94,4% dan pH basa 88,1
running yang dilaksanakan selama 10 hari dalam %. Efisiensi penyisihan tertinggi ialah pada reaktor
variasi pH pada reservoir netral pH 7, asam pH 5, dengan pH netral.
dan basa pH 9. Dan menghasilkan data sebagai
berikut: Produksi Listrik
Produksi listrik dalam reaktor MFC
dihitung dengan menganalisa data open circuit
voltage (OCV) dan arus (I) diukur setiap hari
sekali menggunakan multimeter digital (DT-830B).
Nilai kuat arus dan tegangan yang didapatkan
kemudian dikonversi ke power density P (mW/m2)
sesuai dengan rumus :

Dari tahap seeding aklimatisasi tingkat dimana I (mA) adalah arus listrik, V (volt) adalah
penurunan COD dalam kondisi stasioner dimana tegangan / beda potensial dan A (m2) adalah luas
kondisi penyisihan senyawa organic telah konstan permukaan yang digunakan mikroorganisme
dengan tingkat fluktuasi yang tidak lebih dari 10 % bertumbuh di anoda grafit batang. Di dalam
(Ardhianto, 2013). Konsentrasi COD semakin penelitian ini, luas permukaan anoda dihitung
menurun dikarenakan substrat yang semakin habis. dengan perhitungan selimut tabung tanpa tutup
Hal ini dikarenakan substrat merupakan karbon (2πrt+ πr2) sebesar 12,308 cm2. Densitas arus juga
sehingga penting dalam sumber energi (Angenent dihitung dengan membagi arus yang terukur
dan Wrenn,2008) Sementara itu pada tahap dengan luas permukaan anoda, yakni dengan rumus
running penurunan COD optimum pada hari ke 10 :
untuk pH netral COD 167,5 mg/L pada reaktor N1
(memenuhi baku mutu), pH asam COD 185,2
mg/L pada reaktor A2 (memenuhi baku mutu), dan
pH basa 292,1 mg/L (belum memenuhi baku
mutu). Kinerja microbial fuel cells juga dievaluasi
berdasarkan efisiensi penyisihan COD yang
dikalkulasikan menggunakan persamaan dibawah
ini.

Dari grafik diatas untuk reaktor dengan


Dimana ϵ adalah efisiensi penyisihan COD, 𝐶𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 varioasi pH netral produksi listrik terbesar adalah
adalah konsentrasi COD awal (mg/l) dan Coutlet 219,0916 mW/m2 pada hari ke 7 (18/05/15) ,
adalah konsentrasi COD saat waktu tertentu. sedangkan untuk reaktor dengan variasi pH asam
power density terbesar adalah 108,5341 mW/m2
pada hari ke 6 (17/05/15). Untuk reaktor dengan
variasi pH asam power density terbesar adalah
174,5589mW/m2 pada hari ke 4 (15/05/15).
Produksi listrik berdasarkan variabel arus dan
tegangan ini mrnunjukan optimum pada hari ke 4
sampai hari ke 7 yang kemudian turun namun
masih dalam kondisi stabil. Reaktor dengan kondisi
kurang optimum adalah variasi basa dikarenakan
saat hari ke 7 hingga hari ke 10 arus yang
Efisiensi penyisihan COD optimum pada
dihasilkan rendah, sedangkan untuk reaktor variasi
tahap seeding aklimatisasi mencapai 98,8 %; 96, 2
asam produksi listrik mulai hari ke 8 hingga ke 10

4
juga mengalami penurunan. Reaktor dengan konversi menjadi elektron semakin banyak
kondisi optimum hingga hari ke 10 adalah reaktor (Ghoreysi,2011). Hasil penelitian ini
dengan variasi netral. memperlihatkan pula bahwa pH outlet rata-rata pH
6-8 dengan pH optimum paling baik adalah pada
reaktor variasi pH netral yang beriksar pH 7,38-7,9
pada outlet. pH outlet reaktor variasi substrat asam
hari ke 3 terjadi penurunan pH hingga 6,15
sedangkan pada reaktor variasi substrat basa hari ke
3 terjadi kenaikan pH hingga 8,49 namun untuk
seterusnya pH kembali stabil di rentang pH netral.

4.4 Pengujian Bakteriologis

Analisa kinerja penurunan COD yang di Mikroorganisme berperan penting dalam


gambarkan dengan efisiensi penurunan COD sistem MFC, bakteri penghasil listrik yang terdapat
memperlihatkan bahwa semakin hari efisiensi dalam limbah umumnya adalah geobacter sp.
penurunan semakin meningkat hal ini dikarenakan Shewanella sp, dan e. Colli. Dalam penelitian ini
mikroorganisme telah membentuk biofilm selama kami menganalisa bakteri dalam reaktor MFC yang
proses seding-aklimatisasi-running mulai berperan dalam produksi listrik menggunakan
menyesuaikan dengan kondisi varasi pH limbah metode MPN yang dilakukan di Laboratorium
dan substrat yang berangsur-angsung berkurang. BPIK Semarang. Berikut adalah gambar hasil
Namun produksi listrik cenderung menurun untuk pengujian bakteri dalam sampel yang telah
reaktor variasi pH basa dan cenderung stabil untuk diencerkan 1000 kali pengenceran.
reaktor variasi pH asam. Produksi listrik yang lebih
randah mulai hari ke 7 hingga 10 dibanding pada
dari ke 1 hingga ke 6 dikarenakan substrat sebagau
unsur karbon yakni makanan sekaligus sumber
energi mikroorganisme telah berkurang sehingga
elektron yang dihasilkan dari proses metabolisme
berkurang dan menyebabkan produksi listrik juga
berkurang.

Gambar 5. Hasil Uji Bakteri dalam Reaktor MFC


Sumber: BPIK Semarang, 2015

Berdasarkan gambar di atas, hasil tersebut


menunjukkan jumlah bakteri E-coli dalam reaktor
MFC sebanyak 100.000 bakteri. Hasil di dapat dari
perhitungan = 1 x 100 x 1000 (angka pengenceran
Produksi listrik yang tinggi tidak lepas sampel).
dari penggunaan substrat, namun selama proses
Potensi Khusus
runningkemudian produksi listrik semakin menurun
Pengolahan limbah dengan reaktor
sesuai dengan peningkatan konsentrasi karena
microbial fuell cell dengan variasi substrat pH
adanya faktor lain seperti ketebalan biofilm dan pH ekstrim asam 5 dan basa pH 9 dalam limbah rumen
yang mempengaruhi transfer elektron dan aktifitas sapi mikroorganisme masih dapat berkembang biak
mikroorganisme dalam menghasilkan elektron. , mampu menyisihkan COD dan menghasilkan
Kecenderungan penurunan produksi listrik listrik, sehingga inovasi pengolahan biologis ini
ditunjukkan pada semua reaktor ketika substrat mempunyai ketahanan dan potensi yang dapat
dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan untuk
hampir habis pada hari ke sepuluh running sistem.
pengolahan limbah yang terintegrasi pada
Konsentrasi karbon yang tinggi sebanding dengan implementasi kebijakan strategis mengenai Energi
peningkatan arus listrik kareana substrat yang di baru terbarukan (EBT).

5
Idham F, Halimi S, dan Latifah S. 2009. Alternatif
Kesimpulan Baru Sumber Pembangit Listrik dengan
Hasil dari peneliian menunjukan bahwa Menggunakan Sedimen Laut Tropika Melalui
variasi pH berpengaruh terhadap penurunan Teknologi Microbial Fuel Cell. Teknologi
konsentrasi COD dan produksi listrik pada Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.
pengolahan air limbah rumen sapi menggunakan
reaktor Microbial fuel cells. Lettinga, G., Hulshoff, Pol, L.W. and Zeeman, G.
1996. Biological Wastewater Treatment. Part
1. Reaktor dengan varioasi pH netral produksi I: Anaerobic Wastewater Treatment. Lecture
listrik terbesar adalah 219,0916 mW/m2 pada Notes. Wageningen Agricultural University
hari ke 7 ,Reaktor dengan variasi pH asam
power density terbesar adalah 108,5341 Liu H dan Logan BE. 2004. Electricity Generation
mW/m2 pada hari ke 6, Reaktor dengan Using an Air Chatode Single-Chamber
variasi pH asam power density terbesar Microbial Fuel Cell in the presence and
adalah 174,5589mW/m2 pada hari ke 4. absence of proton exchange membrane. J.
Produksi listrik ialah pada reaktor dengan Environment Science Technology 38:4040.
variasi substrat pH netral.
2. Penurunan COD optimum pada hari ke 10 Lovely DR. 2006. Review Bug Juice : Harvesting
untuk pH netral COD 167,5 mg/L pada Electricity with Microorganism. Nature
reaktor N1 (memenuhi baku mutu), pH asam Reviews Microbiology Vol 4, No. 7, 497-508.
COD 185,2 mg/L pada reaktor A2 (memenuhi 14
baku mutu), dan pH basa 292,1 mg/L (belum
Puig, Sebastian., Serra, Marc., Coma, Marta.,
memenuhi baku mutu).
Cabre, Marina., Balaguers, M. Dolors., and
3. Efisensi penyisihan optimum pada pH netral
Colprim, Jesus. 2010. Effect of pH on
94,8%, pH asam 94,4% dan pH basa 88,1 %.
Nutrient Dynamics and Electricity Production
Efisiensi penyisihan tertinggi pada reaktor
Using Microbial Fuel Cells. Bioresource
dengan variasi substrat pH netral.
Technology Journal, Vol. 101, No. 24, 9594-
9599.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri,S. 1984. Metoda
Rozendal, R. A., Hamelers, H. V. M. & Buisman, C.
Penelitian Air . Surabaya: Penerbit Usaha
J. N. 2006a. Effects of Membrane Cation
Nasional. 25
Transport on pH and Microbial Fuel Cell
Aelterman, P., Rabaey, K., Pham, T.H., Boom, N., Performance. Journal Environmental Science
and Verstraete, W., 2006. Continuous Technology, Vol. 40, No.17, 5206–5211.
Electricity Generation at High Voltages and
Sitorus, Berlian. 2010. Diversifikasi Sumber Energi
Currents Using Stacked Microbial Fuel Cells.
Terbarukan melalui Penggunaan Air
Journal Environmental Science & Technology
Buangan dalam Sel Elektrokimia Berbasis
Vol. 40, No. 10, 3388-3394.
Mikroba. Jurnal ELKHA Vol. 2, No. 1, 10-16.
B. Ayati, H. Ganjidoust. 2006. Comparing The
Zahara, Nova Chisilia. 2011. Pemanfaatan
Efficiency of UAFF and UASB with Hybrid
Saccharomyces cerevisiae dalam Sistem
Reactor in Treating Wood Fiber Wastewater.
Microbial Fuel Cell untuk Produksi Energi
Iranian Journal of Environment Health Scince
Listrik. Fakultas Teknik. Universitas
and Engineering Vol. 3, No.1, 39-44.
Indonesia.
Du, Zhuwei., Li, Haoran., and Gu, Tingyue. 2007.
A State of The Art Review on Microbial Fuel
Cells: A Promising Technology for
Wastewater Treatment and Bioenergy.
Biotechnology Advances Journal Vol. 25, No.
5, 464-482.

Anda mungkin juga menyukai