Anda di halaman 1dari 8

PENGAUDITAN 1

PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Kelompok 6:
1. Komang Alit Sawitri (1707532006)
2. Komang Alda Cika Arisandi (1707532008)
3. Ni Putu Dian Artini (1707532019)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
BALI
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan
audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Keberhasilan penyelesaian
perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
1. PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN
PENDAHULUAN
Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan
panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis, mengapa hal ini
penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja dalam melaksanakan perikatan,
mengapa hal ini relevan dengan semua tahap audit, dan bagaimana auditor memperoleh
dan menggunakan pengetahuan tersebut.
Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh
pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi
dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang, menurut pertimbangan auditor,
kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan
atau laporan audit. Sebagai contoh, pengetahuan tersebut digunakan oleh auditor dalam
menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian dan dalam menentukan sifat, saat, dan
luasnya prosedur audit.
Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum
tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan
pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun, tingkat
pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh manajemen. Daftar hal-hal yang perlu dipertimbangkan mengenai
pengetahuan tentang bisnis, dalam perikatan tertentu disajikan dalam lampiran.

PEMEROLEHAN PENGETAHUAN
Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan
pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang
akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis
memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.
Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan
diperoleh. Sejauh praktis dilaksanakan, auditor akan memperoleh pengetahuan yang
diperlukan pada awal dimulainya perikatan. Sepanjang perjalanan pekerjaan audit,
informasi tersebut akan ditentukan dan dimutakhirkan serta informasi lebih banyak akan
diperoleh.
Pemerolehan pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses
berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam pengumpulan dan penentuan informasi dan
pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta informasi di setiap tahap
audit. Sebagai contoh, meskipun informasi dikumpulkan pada tahap perencanaan,
biasanya informasi tersebut diperhalus dan ditambah pada tahap audit berikutnya karena
auditor dan asistennya belajar lebih banyak tentang bisnis.
Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi
kembali informasi yang dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas
kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan prosedur yang didesain untuk
mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.
Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai
sumber. Sebagai contoh:
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor
intern.
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang
telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi
industri badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah survai, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran
keuangan).
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
i. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang dikirim
kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur, buku-buku
promosi, Iaporan keuangan dan laporan tahunan tahun sebelumnya, anggaran,
laporan manajemen intern, laporan keuangan interim, panduan kebijakan
manajemen, panduan akuntansi dan sistem pengendalian intern, daftar akun,
deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan penjualan).

PENGGUNAAN PENGETAHUAN
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference)
yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman
tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya membantu auditor
dalam :
a. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
b. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
c. Evaluasi bukti audit
d. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan auditnya.
Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam melakukan pertimbangan
tersebut. Sebagai contoh:
a. Penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian.
b. Pertimbangan risiko bisnis dan tanggapan manajemen mengenai hal ini.
c. Pengembangan perencanaan audit secara menyeluruh dan program audit.
d. Penentuan tingkat materialitas dan penaksiran apakah tingkat materialitas yang
dipilih masih memadai.
e. Penentuan bukti audit untuk menetapkan memadainya dan validitasnya dengan
asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
f. Evaluasi estimasi akuntansi dan representasi manajemen.
g. Identifikasi bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan audit khusus dan
keterampilan khusus.
h. Untuk menyadari adanya informasi yang bertentangan (seperti, representasi yang
berlawanan).
i. Untuk menyadari keadaan yang luar biasa (seperti, penggelapan dan ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan, hubungan yang tidak diharapkan antara data
statistik operasi dengan hasil keuangan yang dilaporkan).
j. Pembuatan permintaan keterangan berbasis informasi dan penentuan apakah
jawabannya masuk akal
k. Pertimbangan tentang memadainya kebijakan akuntansi dan pengungkapan dalam
laporan keuangan.
Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu perikatan audit
memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka
melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu
menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya berbagi
informasi dengan auditor dan asisten lainnya.
Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus
mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan
secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten dengan
pengetahuan auditor tentang bisnis.
2. ANALISIS KEMUNGKINAN KECURANGAN DAN PELANGGARAN HUKUM
Kecurangan
Tanggung Jawab dan Fungsu Auditor Independen, menyatakan bahwa “Auditor
bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”. Seksi ini berfokus ke pertimbangan
auditor atas kecurangan dalam audit terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung
jawab untuk mencegah dan medeteksi kecurangan.
Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor
berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji
material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan
kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak sengaja. Ada dua
tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap asset.
a. Salah saji yang timbuk dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti :
1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
3) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (sering kali
disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian asset
entitas berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai Standar Akuntansi
Kuangan di Indonesia. Perlakuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penggelapan entitas membayar harga barang/uang, pencurian set, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh
entitas.
Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk
pemalsuan tanda tangan. Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara
menajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu
bahwa pengendalian aktivitas telah didasarkan secara efektif dapat disajikan kepada
auditor.
Pelanggaran Hukum
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran
terhadap hukum atau perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsure
tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang
dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan
bisnis entitas.
Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya
sebagai hal yang dimiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh : peraturan perpajakan
memengaruhi accrual dan besarnya jumlah yang diperlukan sebagai beban dalam suatu
periode akuntansi. Semua entitas mungkin dipengaruhi oleh banyak hukum atau
peraturan, termasuk di dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan dan
keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan lainnya. Umumnya
hukum dan peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek
keuangan bersifat tidak langsung.
Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan unsure pelanggaran hukum
telah terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang
memberikan indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum
yang mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan,
maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus
untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan atau tidak.
Pada umunya, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia tidak meliputi prosedur audit yang
dirancang secara khusus untuk mendeteksi unsur tindakan pelanggaran hukum. Namun,
prosedur audit yang ditujukan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
memungkinkan pengarahan perhatian auditor tentang kemungkinan adanya unsure
tindakan pelanggaran hukum. Auditor harus meminta keterangan manajemen tentang
kepatuhan klien terhadap hukum dan peraturan.
Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsure tindakan pelanggaran hukum,
maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi
terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi dampak
unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan, auditor harus
memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat
manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil
memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadinya atau tidaknya
unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus :
a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang
penerapan hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus
mengantisipasi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi
dengan penasihat hukum klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan klien.
b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh pemahaman
lebih baik tentang sifat pelanggaran.
Auditor harus memperkirakan dampak unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap
jumlah-jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan, termasuk dampak potensial
yang bersifat moneter, seperti denda dan kerugian. Kerugian bersyarat yang ditimbulkan
oleh unsur tindakan pelanggaran hukum harus diungkapkan dan dievaluasi dengan cara
sama dengan yang diterapkan terhadap kerugian bersayarat lain. Contoh kerugian
bersyarat yang mungkin timbul dari unsur pelanggaran hukum antara lain ancaman
pengambilalihan aset, desakan untuk menghentikan operasi, dan tuntutan hukum.
Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum yang telah
dilakukan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggran tersebut
belum dipertanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka auditor harus
menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan
keuangan secara keseluruhan, tergantung pada tingkat materialitas dampak pelanggaran
terhadap laporan keuangan.
Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti yang cukup dan kompeten
guna mengevaluasi apakah unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien telah atau
akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor biasanya harus
menyatakan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pemahaman Bisnis Klien.


http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/16/pemahaman-atas-bisnis-klien/ [Diakses
pada tanggal 25 April 2013]

IAPI. Standar Profesional Akuntan Publik. 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai