Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa
Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


MKCU DAN PBAEL BAHASA U001700008 Nofia Angela, M.Pd.
INDONESIA
03
Abstract Kompetensi
Setelah mempelajari materi modul ini, 1. Menjelaskan pengertian ragam
mahasiswa mampu memahami berbagai bahasa
ragam bahasa Indonesia sesuai dengan 2. Menjelaskan ragam bahasa formal
ruang lingkup dan situasi dan ragam bahasa nonformal.
penggunaannya. 3. Menjelaskan ragam lisan dan ragam
tulis
4. Menjelaskan ragam sosial dan ragam
fungsional
5. Menjelaskan ragam bahasa
berdasarkan waktu
6. Menjelaskan ragam bahasa
berdasarkan pesan komunikasi
7. Menjelaskan ragam bahasa
berdasarkan situasi
8. Menjelaskan bahasa yang baik dan
bahasa yang benar
Ragam Bahasa
A. Pengertian Ragam Bahasa
Komunikasi dengan menggunakan bahasa selalu melibatkan dua pihak, yaitu
pembicara atau komunikator dan pendengar atau komunikan. Bahasa dapat
dikomunikasikan dengan dua cara, yakni secara lisan dan secara tulis. Dalam bahasa
lisan yang terlibat dalam kegiatan berbahasa adalah pembicara dan pendengar.
Sedangkan dalam bahasa tulis yang terlibat dalam kegiatan berbahasa adalah penulis
dan pembaca. Situasi dan kondisi dari dua pihak yang berbeda itulah yang menimbulkan
berbagai ragam bahasa. Berikut ini dikemukakan berbagai pengertian ragam bahasa dari
beberapa pendapat seperti berikut ini.
Menurut pendapat Kridalaksana, (1984:165) menyampaikan bahwa ragam bahasa
berdasarkan pemakaiannya dapat dibedakan menurut topik, hubungan pelaku, dan
medium pembicaraan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya,
yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut.
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam kalangan ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat
menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasabaku atau ragam bahasa
resmi.
Sedangkan menurut Rahayu, (2009: 22) ragam bahasa dimungkinkan karena
adanya ragam wilayah pemakaian dan bermacam-macam penutur. Faktor sejarah
perkembangan masyarakat juga turut menimbulkan faktor sejumlah ragam bahasa.
Ragam bahasa yang beraneka ini, masih bahasa Indonesia karena ciri dan kaidah tata
bunyi, pembentukan kata, tata krama, umumnya sama.
Selanjutnya menurut Nasucha dkk, (2010:11) ragam bahasa menurut topik
pembicaraan mengacu pada pemakaian bahasa dalam bidang tertentu, seperti bidang
jurnalistik (persuratkabaran), kesusasteraan, dan pemerintahan. Ragam bahasa menurut
hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal
atau informal. Medium pembicaraan atau cara pengungkapan dapat berupa sarana atau
cara pemakaian bahasa, misalnya bahasa lisan atau bahasa tulis. Masing-masing ragam
bahasa memiliki ciri-ciri tertentu sehingga ragam yang satu berbeda dengan ragam yang
lain.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal-hal yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa menurut Sugono (1999: 9),
sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi resmi, seperti di
sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya
dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Faktor-faktor di luar
kebahasaan yang berpengaruh terhadap pemakaian bahasa antara lain faktor lokasi
geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Adanya faktor-faktor tersebut
menimbulkan perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak
pada segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau
varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induknya
disebut ragam bahasa.
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis
disebut dialek geografis. Ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu
disebut kronolek. Ragam bahasa yang berhubungan dengan golongan sosial penuturnya
disebut dialek sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahasa antara lain
tingkat pendidikan, usia dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa
golongan atas (bangsawan) dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar)
akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan. Dalam bidang tata bunyi misalnya bunyi
fonem /f/, sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan seperti pada bentuk
fakultas, film, fitnah, frekuensi. Bagi orang yang tidak dapat menikmati pendidikan formal,
bentuk-bentuk tersebut sering diucapkan pakultas, pilm, pitnah, prekuensi.
Ragam bahasa menjadi banyak jumlahnya karena pemilihan corak bahasa yang
digunakan seseorang. Keanekaragaman penggunaan bahasa yang dipakai seseorang
untuk mengkomunikasikan sesuatu memunculkan berbagi ragam bahasa. Dari berbagai
sudut pandang situasi dan kondisi pembicaraan, dari topik atau isi pembicaraan, dan dari
hubungan antara dua pihak yang menggunakan bahasa inilah akhirnya muncul berbagai
ragam bahasa.

B. Ragam Bahasa Formal dan Nonformal


1. Ragam Bahasa Formal
Ragam bahasa formal adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam
lingkungan resmi, formal, dan kedinasan. Lingkungan kedinasan ini, contohnya adalah
lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-
perusahaan, dan sebagainya. Ragam bahasa formal dibagi menjadi dua bagian, yakni

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis. Masing-masing ragam memiliki
kekhasannya sendiri. Ragam lisan formal lebih menitikberatkan kepada pilihan kata,
sikap penutur, serta situasi pembicaraan. Sedangkan ragam tulis formal lebih
menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, serta format-format yang resmi.
2. Ragam Bahasa Nonformal
Ragam bahasa nonformal sangat berbeda dengan ragam bahasa formal. Ragam
bahasa nonformal ini digunakan dalam situasi yang tidak resmi, dalam situasi yang
santai, sehingga menimbulkan keakraban antara para pemakai bahasa (komunikator
dan komunikan). Hal yang paling penting dalam komunikasi nonformal adalah yang
penting komunikatif, saling memahami dan tidak terjadi kesalahan komunikasi.Ragam
nonformal lisan dipakai untuk:berbicara sehari-hari dirumah, bergunjing. bercerita.
mengobrol. Ragam nonformal tulis dipakai untuk:menulis surat kepada kerabat,
menulis surat kepada teman, menulis surat kepada pacar, menulis catatan harian.

C. Ragam Lisan dan Ragam Tulis


1. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau
memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non
standar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan
non formal lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak diunggkapkan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh intonasi suara
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata
bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat
memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat
untuk mengungkapkan ide.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam
pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target
komunikasi.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam ragam lisan lazimnya ditandai dan ditentukan oleh penggunaan aksen-
aksen bicara atau penekanan-penekanan tertentu dalam aktivitas bertutur, pemakaian
intonasi atau lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda itu akan kelihatan dari
wujud-wujud kosa kata, tata bahasa, dan paragrafnya.
Dalam ragam bahasa lisan, kita tidak menyebutnya sebagai kalimat akan tetapi
sebagai ujaran atau tuturan. Adapun sebutan untuk paragraf atau alinea adalah
paratone. Jadi, orang yang bertutur denganbaik akan selalu memperhatikan wujud-
wujud tuturan dan kerangka-kerangka paratonenya. Wujud bahasa lisan dapat
diekspresikan melalui aktivitas diskusi, dialog, seminar, wawancara, bermain drama,
pidato, dan sebagainya.
Selanjutnya ragam bahasa lisan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni
ragam lisan baku dan ragam lisan nonbaku. Ragam lisan baku digunakan dalam
situasi-situasi formal atau resmi, misalnya bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pemerintahan. Sedangkan ragam
bahasa lisan nonbaku dipergunakan di dalam lingkungan yang tidak resmi, misalnya
di pasar, di warung kopi, di pusat pebelanjaan, dan lain-lain.
2. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun
dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar
kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita
juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal dihadirkan secara lengkap
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh ejaan (tanda baca)
Rahardi (2009: 18) menyampaikan bahwa yang dimaksud ragam tulis adalah
ragambahasa yang hanya tepat muncul dalam konteks tertulis. Bahasa Indonesia
dalam ragam tulis harus sangat cermat dalam pemakaian tanda baca, dalam
pemakaian ejaan, dalam pemilihan kata, frasa, dan klausa, dalam penulisan kalimat
maupun paragraf, dan sebagainya.
Selanjutnya Rahardi (2009: 18) menyebutkan ketentuan-ketentuan yang lazim
ditemukan dalam ragam baku tulis sebagai berikut: (1) Memakai ucapan baku, (2)
Memakai ejaan resmi, (3) Menghindari unsur kedaerahan, (4) Memakai fungsi
gramatikal secara eksplisit, (5) Memakai konjungsi ‘bahwa’ secara eksplisit, (6)
Pemakaian bentuk kebahasaan secara lengkap, (7) Pemakaian partikel secara

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konsisten, (8) Pemakaian kata depan secara tepat, (9) Pemakaian rangkaian: aspek
–pelaku–tindakan, secara konsisten, (10) Memakai bentuk sintesis, (11) Menghindari
unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah.
Dalam ragam tulis ini, seorang penulis harus sadar betul bahwa tulisannya akan
dibaca oleh banyak manusia dengan beragam tingkat pendidikan maupun aspek
sosiokulturalnya. Maka dia harus memilih kosa kata yang luas, dan menyusun kalimat-
kalimat sederhana yang tidak menimbulkan ambivalensi.
Dalam nada yang hampir sama, Rahayu (2009: 23) mengatakan bahwa dalam
ragam tulis, orang yang diajak berbicara (pembaca) tidak berhadapan langsung,
akibatnya bahasa yang kita pergunakan haruslah terang dan jelas, sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.

D. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional


1. Ragam Sosial
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma
dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa
berdasarkan hubungan orang, misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab
dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara.
Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai
contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman
dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut
“kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman, tetapi takkan melakukan itu jika
berbicara dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
2. Ragam Fungsional
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam
bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan
tertentu lainnya. Sebagai contoh, yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran,
ragam teknologi dll. Ragam fungsional ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.

E. Ragam Bahasa berdasarkan Waktu


1. Ragam bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama
(kuno).Raga ini perlu dipahami oleh setiap orang yang bermaksud mengkaji peristiwa-
peristiwa masa lalu.
2. Ragam bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan
yang disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
misalnya internet, jaringan, dan seluler.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
F. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi
1. Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar.
Ragam ini lazim digunakan untuk mengkomunikasikan proses kegiatan dan hasil
penalaran ilmiah, misalnya dalam penulisan:
a. proposal kegiatan ilmiah, proposal penelitian.
b. laporan kegiatan yang berbentuk makalah, surat, artikel, naskah.
c. karya tulis ilmiah: skripsi, tesis, dan disertasi.
d. laporan rutin suatu pekerjaan yang berbentuk surat, artikel, maupun naskah.
e. laporan pertanggungjawaban: laporan kegiatan, laporan keuangan, laporan
pemegang saham, laporan uji coba, laporan proyek, laporan evaluasi, laporan
auditing, laporan penelitian.
f. laporan penelitian yang berbentuk: laporan analisis, laporan diskriptif, laporan
rekomendasi, laporan deskriptif analisis.
Ciri ragam bahasa ilmiah
a. struktur kalimat jelas dan bermakna lugas
b. struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah
c. singkat, berisi analisis dan pembuktian menyajikan konsep secara lengkap.
d. cermat dalam menggunakan unsur baku istilah/kata, ejaan, bentuk kata, kalimat,
paragraf, wacana.
e. cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik,
pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai
dengan kesimpulan dan saran.
f. menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu
g. objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan
bentuk persona dan ungkapan subjektif
h. konsisten dalam pembahasan topik, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori,
deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai kesimpulan dan saran.
2. Ragam Bahasa Pidato
Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh: (1) tujuan (menghibur, memberitahu,
mengajak), (2) situasi (resmi, setengah resmi, tidak resmi) (3) pendekatan isi pidato
(pendekatan akademis (intelektual), pendekatan moral, pendekatan sosial).
a. Ragam Pidato Ilmiah
Pidato ilmiah terdiri beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah,
presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi, dan pidato pengukuhan
guru besar. Untuk mendapatkan hasil optimal, presenter ilmiah harus

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memperhatikan etika ilmiah, ketentuan lembaga, kemampuan personal,
kemampuan teknis dan keunggulan perilaku.
1) Etika Ilmiah:
a) menggunakan ragam bahasa ilmiah
b) menggunakan penalaran ilmiah
c) bersifat objektif, menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya.
d) mematuhi aturan formal presentasi ilmiah
e) mempresentasikan seluruh materi (secara ringkas) sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
f) mengutip konsep, data, pendapat dengan menyebutkan sumbernya
g) menggunakan data yang relevan dengan pembuktian
h) tidak mempresentasikan materi di luar bahasan karya ilmiahnya
i) dapat menjawab pertanyaan pendengar (penguji) atas konsekuensi logis
dari karya tulis ilmiahnya,
j) mencermati setiap pertanyaan atau respon pendengar (pengujinya).
2) Ketentuan Lembaga (universitas)
a) mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga/ universitas.
b) mengikuti prosedur/aturan yang berlaku pada lembaga/universitas
c) mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga/universitas.
3) Kemampuan Personal
a) bersikap simpatik, sopan, dan hormat kepada pendengar (penguji),
b) bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukan kehebatan diri,
rendah hati, dan tidak menunjukan kemampuan diri berlebihan,
c) hindarkan subjektivitas: aku, saya rasa, saya pikir, menurut saya.
Gunakanlah: pengalaman membuktikan …, pengamatan membuktikan, uji
coba menunjukan …, dan lain-lain.
d) Berpakaian sopan (pemakalah),
e) Berpakaian lengkap untuk ujian skripsi, tesis, disertasi,
f) Menunjukan sikap positif, serius, cermat, cendekia, dan percaya diri.
4) Kemampuan teknis
a) menganalisis data primer dan sekunder baik kualitatif maupun kuantitatif,
b) mengaplikasikan penggunaan data pustaka,
c) melengkapi pembuktian (sumber teori, buku atau foto kopi halaman yang
dikutif jika buku asli tidak mungkin diperoleh (langka),
d) menggunakan sarana visual: LCD (komputer) dan infokus, OHP, peraga
dan data (dokumen)

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e) memvisualkan data pendukung: gambar, grafik, atau data lain yang
relevan.
b. Ragam Pidato Resmi
Kata resmi mempunyai beberapa pengertian. 1) resmi karena situasinya,
misalnya pidato kenegaraan oleh pejabat negara, 2) resmi karena kemuliaan isi
dan situasinya, misalnya kotbah jumat di masjid. 3) resmi karena informasi dan
kekidmatan situasi penyampaian dalam suatu upacara, misalnya pidato akad
nikah/perkawinan. 4) resmi karena isi atau materi mengandung kebenaran
universal dan disampaikan untuk mewakili suatu negara.
c. Ragam Bahasa Tulis Resmi
Ragam bahasa tulis remi ditandai oleh:
1) penyajian materi/pesan bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat universal,
2) penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten,
3) penggunaan bentuk lengkap, bentuk tidak disingkat,
4) penggunaan imbuhan secara eksplisit dan konsisten
5) penggunaan kata ganti resmi dan menghindari penggunaan kata ganti tidak
resmi,
6) penggunaan pola frasa yang baku,
7) penggunaan ejaan yang baku pada bahasa tulis, dan lafal yang baku pada
bahasa lisan,
8) tidak menggunakan unsur tidak baku, misalnya unsur kedaerahan dan asing.
d. Ragam Bahasa Sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung
menekankan gaya pengungkapan simbolik dangan memadukan unsur intrinsik
dan ekstrinsik, misalnya dalam roman, novel, cerita pendek, dan lain-lain.
e. Ragam Bahasa Berita
Ragam bahasa berita lazim digunakan dalam pemberitaan: media elektronik
(televisi, radio), media cetak (majalah, surat kabar), dan jurnal. Bahasa berita
menyajikan fakta secara utuh dan objektif. Untuk menjamin objektivitas berita,
penyaji perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) tidak menambah/mengurangi fakta yang disajikan,
2) tidak mengubah fakta berdasarkan pendapat penyaji,
3) tidak menambah tanggapan pribadi,
4) tidak memihak kepada siapapun, dan
5) tidak menggunakan perasaan suka atau tidak suka.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
G. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi
Ragam bahasa berdasarkan situasi memunculkan tiga ragam bahasa, yaitu ragam
bahasa resmi, ragam bahasa tidak resmi dan ragam bahasa akrab.
1. Ragam Bahasa Resmi
Sikap dan kedudukan penutur terhadap kawan bicara akan menentukan tingkat
keresmian bahasa. Demikian pula halnya jarak penutur dengan kawan bicara. Makin
formal jarak antara pelaku komunikasi tersebut akan makin formal dan makin tinggi
kebakuan bahasa yang digunakan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap
3) Menggunakan kata ganti resmi
4) Menggunakan kata baku
5) Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
6) Menghindari unsur kedaerahan
Situasi resmi yang menuntut pemakaian ragam bahasa baku tercermin dalam situasi-
situasi berikut ini:
1) Komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkanoleh instansi-instansi resmi,
penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan dan sebagainya.
2) Wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan kerangka teknis
3) Pembicaraan di depan umum, yaitu dalam ceramah, kuliah, khotbah dan
sebagainya
4) Pembicaraan dengan orang lain yang dihormati
Dilihat dari segi pemerolehannya, biasanya bahasa baku dipelajari lewat
pemeliharaan norma dan kaidah. Bahasa baku adalah ragam yang dikembangkan dan
diterima kalangan masyarakat khas sebagai bahasa resmi karena sifatnya itulah salah
satu ciri bahasa baku adalah keseragaman dalam norma dan kaidah bahasa.
Keseragaman itu berhubungan dengan ciri bahasa baku yang lain, yaitu
kemantapan dinamis. Sifat mantap dan dinamis dicirikan oleh adanya kaidah yang
tetap, tetapi tetap ada peluang untuk memodifikasi kecil di sana sini sesuai dengan
perubahan kebudayaan dan bahasa. Selain itu kemantapan itu cukup terbuka untuk
perubahan yang bersistem di bidang kosa kata dan peristilahan.
Ciri yang lain melekat pada bahasa baku adalah sifat kecendekiaan, sifat ini
sering dianggap ciri yang menandai kemodernan bahasa. Dalam hai ini, bahasa
Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam bidang

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ilmu pengetahuan dan teknologi serta antarhubungan manusia tanpa menghilangkan
kodrat dan kepribadiannya.
Bahasa baku memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi
penanda kepribadian, (3) fungsi penambah wibawa, (4) fungsi sebagai kerangka
acuan. Tiga yang pertama bersifat pelambang atau simbolis, satu bersifat objektif.
Bangsa Indonesia adalah negara yang bhineka, bhineka dari segi etniknya,
bahasanya, budayanya, dan agamanya. Namun, sejarah mencatat bahwa bangsa
Indonesia tetap satu berkat perekat bahasa Indonesia.
Fungsi penanda kepribadian yang diemban bahasa baku membedakan orang
Indonesia dengan bahasa lain lewat pemakaian bahasa Indonesia. Karena fungsi itu,
bahasa baku memperkuat kepribadian nasional masyarakat bahasa yang
memakainya. Adanya satu bahasa resmi yang dimiliki suatu bangsa merupakan salah
satu ciri kultural, yang ke dalam menunjukan kesatuan dan ke luar menunjukan
perbedaan dengan bangsa lain.
Pemakaian bahasa baku membawa serta wibawa atau pretise. Fungsi ini akan
terwujud jika bahasa baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi modern dan unsur
kebudayaan baru. Secara psikologis, warga masyarakat akan mengidentikkan bahasa
Indonesia dengan kehidupan modern jika nama-nama lembaga, jalan-jalan raya,
nama-nama kompleks perumahan mewah menggunakan bahasa Indonesia. Demikian
pula, wibawa akan bertumbuh jika bahasa Indonesia dipakai oleh kalangan yang
berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan. Terakhir, bahasa baku berfungsi
sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah
yang dikodifikasi. Norma dan kaidah tersebut menjadi tolok ukur bagi tepat tidaknya
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu
2. Ragam bahasa tidak resmi.
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa
tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak formal. Ragam
tidak baku dipelajari dalam lingkungan keluarga atau lewat pergaulan dalam
lingkungan masyarakat.
3. Ragam Bahasa Akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimat-
kalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti
anggukan kepala, gerakan kaki dan tangan, atau ekspresi wajah.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
H. Bahasa Indonesia yang Baik dan Bahasa Indonesia yang Benar
Ada dua hal yang harus dijelaskan secara terpisah, yakni bahasa Indonesia yang
baik dan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembicaraan. Dalam setiap komunikasi
bahasa selalu melibatkan dua buah pihak yang lazim disebut sebagai komunikator dan
komunikan. Situasi dan kondisi pembicaraan antara komunikator dan komunikan inilah
yang menyebabkan apakah bahasa yang mereka pergunakan itu baik atau tidak baik. Ada
berbagai varian situasi yang menuntut norma kebahasaan yang berbeda. Ada situasi yang
sedang duka cita, situasi darurat (emergensi), situasi khusuk, situasi santai, situasi
kekeluargaan yang akrab, dan sebagainya. Hampir semua situasi tersebut menuntut
penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks sosialnya.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang
sesuai dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapi. Orang yang mahir memilih ragam
bahasa dianggap berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil
karena sesuai dengan tuntutan situasi. Pemilihan ragam bahasa tidak dapat diabaikan
begitu saja. Pemanfaatan ragambahasa yang tetap dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Bahasa yang benar adalah bahasa dengan ragam formal yang taat pada kaidah bahasa
baku. Kriteria yang dipakai untuk menentukan bahasa Indonesia yang benar adalah
kaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa yang dimaksud tersebut meliputi aspek a) tata
bentuk (Morfologi) b) tata bunyi (Fonologi), c) tata kalimat (Sintaksis), d) tata makna
(Semantik), d) tata Tulis (Ejaan Bahasa Indonesia). Bahasa Indonesia yang benar adalah
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa indonesia. Contoh bahasa yang
dipakai: perkuliahan, rapat formal, sidang pengadilan, seminar, siaran berita radio/televisi.
Bahasa yang benar dengan sendirinya tergolong baik jika sesuai dengan situasi
pemakaiannya. Bahasa yang benar pun menjadi tidak baik kalau tidak sesuai dengan
situasi pemakaiannya (misalnya sesama teman dalam suasana santai memakai ragam
formal).Jadi bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami
dan sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak menyimpang dari kaidah bahasa
baku. Yang perlu dicatat dan dipahami oleh pemakai bahasa adalah kewajiban
mempertimbangkan situasi sebelum menetapkan pilihan ragam bahasa yang dipakai.
Selanjutnya, ragam bahasa akan menghasilkan bahasa Anda tergolong baik saja, benar
saja, atau baik dan juga benar. Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap
berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena sesuai dengan
tuntutan situasi.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.

_____. 2012. Berbahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Pengembang Kepribadian.


Tangerang: Pustaka Mandiri.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Keraf. Gorys 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat dalam Barbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wahana Media.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Nasucha, Yakub dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.

Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembang
Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rahardi, R. Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

2019 Bahasa Indonesia Modul 3


3 Nofia Angela, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai