Anda di halaman 1dari 58

NAMA : ANIS WAHYUEKAPRATIWI

NIM : 170102003

PAPER KEPERAWATAN GERONTIK

LEMBAR KERJA MAHASISWA 3 KEPERAWATAN GERONTIK

1. Jelaskan pengertian dari stroke!


Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) adalah defisit neurologi
yang mempunyai awitan mendadak sebagai akibat dari adanya penyakit
cerebrovascular. Sekitar 75% kasus stroke diakibatkan oleh obstruksi vaskular
(trombus atau emboli) yang mengakibatkan iskemi dan infark, sedangkan 25%
stroke adalah hemoragi akibat penyakit vaskuler hipertensif, ruptur aneurisma
atau malformasi arteriovenosa yang menyebabkan perdarahan intraserebral.

2. Jelaskan tentang tipe stroke hemoragik!


a. Perdarahan intra serebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan dari salah satu arteriotak ke
dalam jaringan otak. Lesi ini menyebutkan gejala yang terlihat mirip
dengan stroke iskhemik. Diagnosis perdarahan intraserebral bergantung
pada neuroimaging yang dapat dibedakan dengan strokeiskhemik. Stroke
ini lebih umum terjadi di negara negara berkembang daripada negara
negara maju, penyebabnya masih belum jelas namun variasi dalam diet,
aktivitas fisik, pengobatan hipertensi, dan predisposisi genetik dapat
mempengaruhi penyakit stroke tersebut (WHO,2005)
b. Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid) perdarahan subarachnoid
dicirikan oleh perdarahan arteri di ruang antara dua meningen yaitu
plameter dan arachoidea. Gejala yang terlihat jelas penderita tiba-tiba
mengalami sakit kepala yang sangat parah dan biasanya terjadi gangguan
kesadaran. Gejala yang menyerupai stroke dapat sering terjadi tetapi
jarang. Diagnosis dapat dilakukan dengan neuroimaging dan lumbal
puncure (WHO, 2005)
3. Jelaskan tentang tipe stroke non hemoragik!
a. Stroke akibat trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin
lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik (Japardi, 2002).
b. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada
prosesoklusi satu atau lebih pembuuh darah loka (Caplan, 2002)
Emboli serebri selain oklusi trombotik pada tempat ateros klerosis arteri
serebral, infark iskemik dapat diakibatkatkan oleh emboli yang timbul dari
lesiatheromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-
gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa
ke tempat-tempat lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri
yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi tersumbat, aliran darah
fragmen distal akan berhenti, mengakibatkan infark jaringan otak distal.
c. Hipoperfusi sistemik pengurangan perfusi sistemik dapat mengakibatkan
kondisi iskemik karena kegagalan pompa jantung atau roses perdarahan
atau hipovolemik (Caplan, 2000). Berkurangnya aliran darah ke seluruh
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

4. Jelaskan etiologi stroke pada lansia!


a. Trombosis Cereberal
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedem dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau banguntidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seiring
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
1) Atherorklerosis
Atheroklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas diding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atheroklorosis bermacam- macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut:
a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah
b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombosis
c) Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
2) Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
Arteritis (radang pada arteri)
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal daro
thrombus di jantung yang yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan dibawah ini menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.
(RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengososngan
vertikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan


terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

c. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran,
dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1) Aneurisma Berry, biasanya ddefek kongenital.
2) Aneurisme fusiformis dari atherosklerosis
3) Aneurisme myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis
4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan dgenerasi pembuluh darah.
d. Hypoksia umum
1) Hipertensi yang parah
2) Cardiac Pulmonary Arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
e. Hipoksia setempat
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
2) Vaskontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain

5. Jelaskan tanda dan gejala stroke hemoragik pada lansia!


a. Kelemahan mendadak
b. Kelumpuhan atau mati rasa di bagian manapun dari tubuh
c. Ketidakmampuan untuk berbicara
d. Ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan mata dengan benar
e. Muntah
f. Kesulitan berjalan
g. Pernapasan tidak teratur
h. Pingsan
i. Hilang kesadaran

6. Jelaskan tanda dan gejala stroke non hemoragik pada lansia!


a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau
afasia (kehilangan berbicara).
c. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang
berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

7. Jelaskan komplikasi stroke pada lansia!


a. Hipoksia cerebral
b. Penurunan aliran darah cerebral
c. Embolisme cerebral
d. Pneumonia aspirasi
e. ISK, Inkontinensia
f. Kontraktur
g. Trombo flebitis
h. Abrasi kornea
i. Dekubitus
j. Encepalitis
k. CHF
l. Disritmia, hidrosefalus, vasespasme

8. Jelaskan pemeriksaan diagnostik stroke pada lansia!


1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau
serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau
perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral.
9. Jelaskan penatalaksanaan medis stroke pada lansia!
a. Penatalaksanaan stroke hemoragik
Tujuan terapi :
1) Mengatasi penyebab dari stroke hemoragik jadi terapi diberikan sesuai
dengan penyebabnya.
2) Mengatasi perdarahan.
b. Sasaran terapi
1) Penyebab stroke hemoragik
2) Perdarahan
c. Terapi non farmakologi
1) Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
2) Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
3) Tidak merokok
4) Kontrol diabetes dan berat badan
5) Olahraga teratur dan mengurangi stres
6) Konsumsi makanan kaya serat
d. Terapi farmakologi
Dewan stroke dari American Stroke Association telah menciptakan dan
menerbitkan panduan yang membahas pengelolaan stroke iskemik akut.
Secara umum, hanya dua agen farmakologis direkomendasikan yaitu
plasmanogen aktivator (tPA) dalam waktu 3 jam onset dan aspirin dalam
48 jam onset.

10. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan stroke!


a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
f. Pengkajian Fokus:
1) Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya
rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3) Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4) Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
5) Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
6) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya
daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
8) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
9) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
10) Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

11. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
a. Intoleransi (00092)
1) Definisi : ketidakcukupan energi psikologi atau fisiologi untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
2) Batasan karakteristik :
a) Dispnea setelah beraktivitas
b) Keletihan
c) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
d) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis, aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
e) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
f) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
3) Faktor yang berhubungan
a) Gaya hidup kurang gerak
b) Imobilitas
c) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d) Tirah baring
b. Risiko jatuh (00155)
1) Definisi : rentan terhadap peningkatan risiko jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan.
2) Faktor risiko :
Dewasa
a) Penggunaan alat bantu (mis., walker, tongkat, kursi roda)
b) Prostesis ekstremitas bawah
c) Riwayat jatuh
d) Tinggal sendiri
e) Usia >65 tahun
Anak
a) Jenis kelamin laki-laki berusia <1 tahun
b) Kurang pengawasan
c) Kurangnya pengekang pada mobil
d) Tidak ada pagar pada tangga
e) Tidak ada terali pada jendela
f) Usia <2 tahun
Kognitif
a) Gangguan fungsi kognitif
Lingkungan
a) Lingkungan yang tidak terorganisasi
b) Kurang pencahayaan
c) Kurang material antislip di kamar mandi
d) Penggunaan restrein
e) Penggunaan karpet yang tidak rata/terlipat
f) Ruang yang tidak dikenal
g) Pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman (mis., lantai basah, es)
Agen farmaseutikal
a) Penggunaan alkohol
b) Agens farmaseutikal
Fisiologis
a) Anemia
b) Artritis
c) Defisit proprioseptif
d) Diare
e) Gangguan keseimbangan
f) Gangguan mendengar
g) Gangguan mobilitas
h) Gangguan pada kaki
i) Gangguan visual
j) Hipotensi ortostatik
k) Inkontinensia
l) Kesulitan gaya berjalan
m) Mengantuk
n) Neoplasma
o) Neuropati
p) Penurunan kekuatan ektremitas bawah
q) Penyakit vaskular
r) Periode pemulihan pasca operasi
s) Perubahan kadar gula darah
t) Pusing saat mengekstensikan leher
u) Pusing saat menolehkan leher
v) Sakit akut
w) Urgensi berkemih
12. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke
(klafisikasi dan indikator)
a. Intoleransi (00092)
Toleransi terhadap aktivitas (0005)
1) Saturasi oksigen ketika beraktivitas
2) Frekuensi nadi ketika beraktivitas
3) Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas
4) Kemudahan bernafas ketika beraktivitas
5) Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas
6) Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas
7) Temuan/hasil EKG (Elektrokardiogram)
8) Warna kulit
9) Kecepatan berjalan
10) Jarak berjalan
11) Toleransi dalam memiliki tangga
12) Kekuatan tubuh bagian atas
13) Kekuatan tubuh bagian bawah
14) Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian (Activity of Daily
Living adl)
15) Kemampuan untuk berbicara ketika melakukan aktivitas fisik
b. Risiko jatuh (00155)
Tidak terdapat dalam Nursing Outcomes Classification (NOC)

13. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke
(klafisikasi dan aktifitasnya)
a. Intoleransi aktivitas (00092)
Peningkatan latihan 0200
1) Galih hambatan untuk melakukan latihan
2) Galih pengalaman individu sebelumnya mengenail latihan
3) Monitor respon individu terhadap program latihan
4) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan tau kebutuhan untuk
melakukan latihan
5) Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
6) Dampingi individu dalam menentukan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang dari latihan yang dilakukan
7) Lakukan latihan bersama individu jika diperlukan
8) Libatkan keluarga atau orang yang memberi perawatan dalam
merencanakan dan meningkatkan program latihan
9) Instruksikan individu terkait dengan tipe aktivitas fisik yang sesuai
dengan derajat kesehatannya, kolaborasikan dengan dokter dan atau
ahli terapi fisik.
b. Risiko jatuh (00155)
Pencegahan jatuh (6490)
1) Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu
2) Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
3) Identifikasi karakteristik dari ligkungan yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya, lantai livin dan tangga terbuka)
4) Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidak seimbangan
5) Instruksikan pasien mengenai penggunaan tongkat atau walker dengan
tepat
6) Ajarkan anggota keluarga mengenai faktor risiko yang berkontribusi
terhadap adanya kejadian jatuh dan bagaimana keluarga bisa
menurunkan resiko ini
7) Lakukan program latitahan fisik rutin yang meliputi berjalin

14. Jelaskan etiologi alzeimer pada lansia!


Penyebab alzeimer masih belum diketahui secara pasti (idiopati), tetapi ada
beberapa teori menjelaskan kemungkinan adanya
a. Faktor genetik
b. Usia
Faktor resiko terbesar untuk penyakit alzeimer adalah usia. Kebanyakan
orang yang di diagnosis pada umur 65 tahun atau lebih tua
c. Radikal bebas
d. Toksin amiloid
e. Pengaruh logam aluminium
f. Akibat infeksi virus
g. Pendidikan atau pekerjaan
Beberapa ilmuan percaya faktor lain dapat berkontribusi dalam
peningkatan resiko demensia dia natra mereka dengan pendidikan yang
rendah.hal ini cenderung mempunyai pekerjaan yang kurang melatih
rangsangan otak,selain itu pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat
mencerminkan status ekonimi yang rendah.
h. Traumatic brain injury
Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan resiko perkembangan
penyakit alzeimer. Trauma cedera otak adalah gangguan fungsi otak yang
normal yang disebabkan oleh pukulan pada kepala

15. Jelaskan tanda dan gejala alzeimer pada lansia!


Gejala penyakit alzeimer bervariasai antara individu. Gejala awal yang paling
umum adalah kehilangan daya ingat (memori) yang terjadi secara bertahap
a. Gejala ringan :
1) Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru di pelajari
2) Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian, misal mudah
tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya,
bahkan menuduh pasangannya selingkuh
3) Disorientasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenal dengan baik
4) Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
b. Gejala sedang ( lama penyakit 3-10 tahun
1) Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari seperti
makan dan mandi. Serta perubhan tingkah laku , misal sedih dan
emosi
2) Mengalami gangguan tidur dan sering keluyuran
3) Kesulitan mengenali keluarga dan teman
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
1) Sulit atau kehilangan kemampuan bicara
2) Sangat tergantung pada cargiver
3) Perubahan perilaku : misalnya mudah curiga,depresi atau mudah
mengamuk
16. Jelaskan pemeriksaan diagnostik alzeimer pada lansia!
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atrofi yang bilateral, simetris,
sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr). Beberapa
penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks
motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
b. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia.Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit
yang terjadi.Tes psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan
pengertian berbahasa.
c. CT scan&Mri
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk
melihat kwantifikasi perubahan volume & jaringan otak pada
penderita Alzheimer antemortem
d. Positron Emission Tomography (PET)
Pada penderita Azeimer hasil PET ditemukan : penurunan aliran darah dan
metabolisme O2 dan adanya glukosa di daerah serebral
e. Single photo Emission Computed Tomoghraphy (SPECT)
Aktivitas I. 123 terendah pada regio parieral penderita Alzheimer.
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit
kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara
rutin.
f. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi
g. Pemeriksaan EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.Sedang
pada penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada
lobus frontalis yang non spesifik

17. Jelaskan penatalaksanaan medis alzeimer pada lansia!


a. Terapi non farmakologi meliputi :
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
2) Program harian untuk pasien
3) Istirahat yang cukup
4) Orentasi realitas
5) Validasi/rehabilitas/ reminisence
6) Terapi musik
7) Terapi rekreasi
8) Gerak dan latihan otak
9) Aroma terapi ( terapi wangi-wangian)
b. Terapi farmakologi
Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini.
Acetylcholinesterase inhibitors atau N-methylD-aspartate(NMDA)
inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi kognitif pada penyakit
Alzheimer stadium awal
1) Kolinesterase inhibitor
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor
untuk pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana pada
penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin.
Cholinesterase inhibitor telah diakui untuk pengobatan penyakit
Alzheimer ringan sampai sedang yang juga dapat dijadikan standar
perawatan untuk pasien dengan penyakit Alzheimer. Kerja
farmakologis dari Donepezil, rivastigmine, dan galantamine adalah
menghambat cholinesterase, dengan menghasilkan peningkatan kadar
asetilkolin di otak. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
digunakan anti kolinesterase. Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
4 jenis kolinesterase inhibitor yang paling sering digunakan adalah
2) Donepezil (merk dagang ARICEPT® ) disetujui untuk pengobatan
semua tahap Alzheimer disease. Donepezil dimulai dengan dosis 5 mg
per hari, kemudian dosis ditingkatkan menjadi 10 mg per hari setelah
satu bulan
3) Galantamine (merk dagang RAZADYNE® ) disetujui untuk tahap
ringan sampai sedang. Galantamine dimulai dengan dosis 4 mg dua
kali sehari. Pertamatama, dosis ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali
sehari dan akhirnya sampai 12 mg dua kali sehari. Seperti
rivastigmine, waktu yang lebih lama antara peningkatan dosis
berhubungan dengan penurunan efek samping
4) Rivastigmine (merk dagang EXELON® ) untuk tahap ringan sampai
sedang.Dosis rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 mg dua kali sehari
sampai 3 mg dua kali sehari, kemudian menjadi 4,5 mg dua kali sehari,
dan untuk maksimal dosis 6 mg dua kali sehari
5) Tacrine (COGNEX® ) merupakan kolinesterase inhibitor pertama
yang disetujui untuk digunakan sejak tahun 1993, namun sudah jarang
digunakan saat ini karena faktor resiko efek sampingnya, salah satunya
adalah kerusakan hati.
6) Memantin
Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang
sampai berat. Dosis awal untuk penggunaan Memantin adalah 5 mg
perhari, kemudian dosis ditingkatkan berdasarkan penelitian, hingga
10 mg dua kali sehari. Memantine tampaknya bekerja dengan cara
memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlebihan.
Memantine yang dikombinasikan dengan cholinesterase inhibitor
maupun yang tidak, tampaknya dapat memperlambat kerusakan
kognitif pada pasien dengan AD yang moderat.
7) Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian
thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
8) Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis
(delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5
mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila
penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic
anti depresant (Amitryptiline 25-100 mg/hari)
9) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrat endogen yang disintesa di dalam
mitokondria dengan bantuan enzim ALC transferase. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas
asetilkolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2
gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa
dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif.
10) Antioksidan
Pada pasien dengan AD sedang-berat, penggunaan antioksidan
selegiline, α-tokoferol (vitamin E), atau keduanya, memperlambat
proses kematian. Karena vitamin E memiliki potensi yang rendah
untuk toksisitas dari selegiline, dan juga lebih murah, dosis yang
digunakan dalam penelitian untuk diberikan kepada pasien AD adalah
1000 IU dua kali sehari. Namun, efek yang menguntungkan dari
vitamin E tetap kontroversial, dan sebagian peneliti tidak lagi
memberikan dalam dosis tinggi karena ternyata memiliki potensi
dalam menimbulkan komplikasi kardiovaskular.

18. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan alzeimer!


Pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzeimer
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan
kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognetif, dan
kelumpuhan gerak ekstermitas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis kelien mengeluhkan sering lupa dan hilang ingatan yang
baru. Pada beberapa kasus, keluarga klien sering mengeluhkan bahwa
klien sering mengalami tingkah aneh dan kacau serta sering keluar rumah
sendiri tampa mengatakan pada anggota keluarga yang lain sehingga
sangat merasakan anak-anak menjadi klien.Pada tahap lanjut dari
penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat
mengatur buang air, tidak dapat menggurus keperluan dasar sehari-hari
atau mengendalui anggota keluarga.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi.
Diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas
(benzodiazepin), penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka
waktu yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat
kemudian menderita penyakit alzheimer pada usia empat puluhan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memilki hubungan genetik yang
jelas. Diperkirakan 10-30% klien alzheimer familiar (FAD). Pengkajian
adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang
dapat mempercepatt progresifnya penyakit.
e. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di gunakan klien berfungsi untuk
menilai repon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan
perubahan peran klien dalam keluargadan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam kelurga
ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasih akibat gangguan
bicara. Pola persepsi dalam konsep diri didapatkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,dan tidak kooperatif. Perubahan
terpenting pada klien dengan penyakit alzheimer adalah penurunan
kognitif dan penurunan memori(ingatan).
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses
senilisme. Adanya perubahan pada TTV, meliputi bradikardia,
hipotensi, dan dan penurunan frekuensi pernafasan.
2) B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan: berkaitan denganhipoventilasi,
inaktevitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan jalan nafas .
a) Inspeksi :Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,sesak nafas
dan penggunaan otot batuk napas.
b) Palpasi : Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
c) Perkusi : Adanya suara resonan pada saluran lapangan paru.
d) Aukultasi.:Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor,
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering di dapatkan pada
klien dengan inaktivitas.
3) B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
persarafan otonam.
4) B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainya. Inspeksi umum,
di dapatkan berbagai menifestasi akibat perubahan tingkah laku.
a) Pengkajian tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya
apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
b) Pengkajian fungsi serebral. Status mental klien mengalami
perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif,
penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka
pendekmaupun memori jangka panjang.
c) Pengkajian saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian
saraf cranialI-XII.
a. Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada
kelainan dan fungsi penciuman.
b. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan,
yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien
dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c. Saraf III,IV dan VI pada beberapa kasus penyakit alzheimer
biasanya tidak di temukan adanya kelainan pada saraf ini.
d. Saraf V. Wajah simestris dan tidak ada kelainan pada saraf
ini.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan proses senilis serta penurunan aliran darah
regional.
g. Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan
makanan yang berhubungan status kognitif.
h. Saraf XII. Tidak ada atrofil otot sternoklidomastoideus dan
trapezeus.
i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d) Pengkajian sistem motorik. Inspeksi umum, pada tahap lanjut
klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi
motorik secara umum.
a. Tonus otot . didapatkan meningkat
b. Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalamai
gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidak kooperatif klien dengan metode pemeriksaan
e) Pengkajian reflek. Pada tahap lanjutan, penyakit alzheimer sering
mengalami kehilangan reflek posturak, apabila klien mencoba
untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputardan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau
ke belakang) dapat menyebapkan klien sering jatuh.
f) Pengkajian sistim sensorik. Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan
penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik
secara progresif penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari
neuropati perifer yang di hubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum.
a. B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering mengalami
inkontinensia urine, biasanya berhubungan dengan penurunan
status kognitif dari klien alzheimer.penurunan refleks kandung
kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami
inkontinensia urine, ketidak mampu mengominikasikan
kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk menggunakan urinal
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode
ini, di lakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
b. B5 (Bowel)
Perubahan nutrisi berkurang berhubungan dengan inteke nutrisi
yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan
status kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering
mengalami konstipasi.
c. B6 (Bone)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan umum dan penurunan status
kognitif menyebapkan masalah pola dan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan
dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma
fisik jika melakukan aktivitas.

19. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer (definisi,


batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
a. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf pusat
Adalah penurunan,pelambatan, atau ketidak mampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistrm simbol
Batasan karakteristik :
1) Defisit penglihatan total
2) Defisit visual parsial
3) Disorientasi orang
4) Disorientasi waktu
5) Disorientasi ruang
6) Dispneu
7) Gagap
8) Kesulitan dalam kehadiran tertentu
9) Kesulitan memahami komunikasi
10) Kesulitan mempertahankan komunikasi
11) Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal (mis ; afasia,
disfasia, apraksia, disleksia)
12) Kesulitan menggunakan ekspresi tubuh
13) Kesulitan menggunakan ekspresi wajah
14) Kesulitan menyusun kalimat
15) Kesulitan menyusun kata-kata (mis ; afonia, dislalia, disartia)
16) Ketidakmampuan bicara dalam bahasa pemberi asuhan
17) Ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh
18) Ketidakmampuan ekspresi wajah
19) Ketidaktepatan verbalisasi
20) Menolak bicara
21) Pelo
22) Sulit bicara
23) Sulit mengungkapkan kata-kata
24) Tidak ada kontak mata
25) Tidak bicara
26) Tidak dapat bicara
Faktor yang berhubungan:
1) Defek orofaring
2) Gangguan emosi
3) Gangguan fisiologis (mis ; tumor otak,penurunan sirkulasi ke otak,
sistem muskuloskeletal melemah)
4) Gangguan perkembangan
5) Gangguan presepsi
6) Gangguan psikotik
7) Gangguan konsep diri
8) Gangguan sistem saraf pusat
9) Hambatan fisik
10) Hambatan lingkungan
11) Harga diri rendah
12) Kerentanan
13) Ketiadaan orang terdekat
14) Ketidakcukupan informasi
15) Ketidakcukupan stimulus
16) Ketidaksesuaian budaya
17) Progtam pengobatan
b. Konfusi kronik berhubungan dengan penyakit alzheimer
Perburukan kecerdasan dan kepribadian yang ireversibel, jangka
panjang,dan/atau progresif seerta ditandai dengan penurunan kemampuan
menginterprestasikan stimulus lingkungan, penurunan kapasitas proses
pikir intelektual, dan dimanifestasikan dengan gangguan memori orientasi
dan perilaku.
Batasan karakteristik :
1) Gangguan interpretasi
2) Gangguan kognitif kronik
3) Gangguan kognitif progresif
4) Gangguan memori jangka panjang
5) Gangguan memori jangka pendek
6) Gangguan otak organik
7) Gangguan respon terhadap stimulus
8) Hambatan fungsi sosial
9) Perubahan kepribadian
10) Tingkat kesadaran normal
Faktor yang berhubungan :
1) Cedera otak (mis.,gangguan serebrovaskuler, penyakit neurologis,
trauma, tumor)
2) Demensia multi-infark
3) Penyakit Alzheimer
4) Psikosis Korsakoff
5) Stroke
c. Defisit perawatan diri :mandi
Adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas mandiri secara mandiri
Batasan karakterisitik :
1) Ketidakmampuan membasuh tubuh
2) Ketidakmampuan mengakses kamarmandi
3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4) Ketidakmampuan mengatur air mandi
5) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
6) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
Faktor yang berhubungan :
1) Ansietas
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Gangguan muskuloskeletal
4) Gangguan neuromuskular
5) Gangguan presepsi
6) Kelemahan
7) Kendala lingkungan
8) Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
9) Ketidakmampuan merasakan hubungan spesial
10) Nyeri
11) Penurunan motivasi
d. Defisit perawatan diri :berpakaian
Adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian secara mandiri
Batasan karakteristik :
1) Hambatan memilih pakaian
2) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
3) Hambatan mengambil pakaian
4) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
5) Hambatan menhggunakan alat bantu
6) Hambatan menggunakan resleting
7) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis ; blus,
kauskaki,sepatu)
8) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian
9) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
Faktor yang berhubungan :
1) Ansietas
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Gangguan muskuloskeletal
4) Gangguan neuromuskular
5) Gangguan presepsi
6) Kelemahan
7) Keletihan
8) Kendala lingkungan
9) Ketidaknyamanan
10) Nyeri
11) Penurunan motivasi
e. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
1) Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan senssi rasa
6) Kehilangan rambut berlebihan
7) Kelemahan otot pengunyah
8) Kelemahan otot untuk menelan
9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi
11) Kesalahan persepsi
12) Ketidakmampuan memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang informasi
15) Kurang minat pada makanan
16) Membran mukosa pucat
17) Nyeri abdomen
18) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
19) Sariawan rongga mulut
20) Tonus otot menurun

Faktor yang berhubungan :


1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketiidakmampuan mengabsorpsi nutrien
7) Kurang asupan makanan

20. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer
(klafisikasi dan indikator)
a. DX : Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf pusat
Klasifikasi : Komunikasi
Indikator :
1) Menggunakan bahasa tertulis
2) Menggunakan bahasa lisan
3) Menggunakan foto dan gambar
4) Menggunakan bahasa isyarat
5) Menggunakan bahasa non verbal
6) Mengenali pesan yang di terima
7) Interpretasi akurat terhadap pesan yang di terima
8) Mengarahkan pesan pada penerima yang tepat
9) Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain
b. DX : Konfusi kronik berhubungan dengan penyakit alzheimer
Klasifikasi :
1) orientasi Kognitif
2) Tingkat demensia
Indikator :
1) Orientasi Kognitif
a) Mengidentifikasi diri sendiri
b) Mengidentifikasi orang-orang yang signifikan
c) Mengidentifikasi tempat saat ini
d) Mengidentifikasi hari dengan benar
e) Mengidentifikasi bulan dengan benar
f) Mmengidentifikai tahun dengan benar
g) Mengidentifikasi musim dengan benar
h) Mengidentifikasi peristiwa saat ini yang signifikan
2) Tingkat demensia
a) Kesulitan mengingat peristiwa yang baru terjadi
b) Kesulitan mengingat nama
c) Kesulitan mengingat nama benda yang lazim dikenal
d) Kesulitan menemukan jalan ke tempat yang lazim dikenal
e) Kesulitan mempertahankan percakapan
f) Kesulitan menafsirkan isyarat fisiologis
g) Kesulitan memproses informasi
h) Kesulitan mengikuti perintah kompleks
i) Kesulitan memecahkan masalah
j) Kesulitan mengekspresikan kebutuhan
k) Kesulitan melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari (ADL)
l) Kesulitan melakukan kegiatan alat bantu sehari-hari (IADL)
m) Kesulitan mentafsirkan rangsangan lingkungan
n) Keluyuran yang tidak aman
o) Imobilitas
p) Disorientasi waktu
q) Disotrientasi tempat
r) Disorientasi orang
s) Inkontinensia usus
t) Inkontinensia urin
u) Gangguan pola tidur/bangun
v) Gangguan pada kegiatan sosial
w) Depresi
x) Agitasi
y) Iritabilitas
z) Agresi
aa) Kecurigaan
bb) Penarikan diri secara sosial
cc) Perubahan kepribadian
dd) Perubahan tingkat kesadaran
c. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
klasifikasi : status nutrisi
indikator :
1) Asupan Gizi
2) Asupan makanan
3) Asupan cairan
4) Energi
5) Rasio berat badan/ tinggi badan
6) hidrasi
21. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer
(klafisikasi dan aktifitasnya)
a. DX : Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf pusat
Peningkatan komunikasi : kurang bicara:
1) Monitor kecepatan bicara, tekanan, kecepatan, kuantitas, volume, dan
diskusi
2) Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologi terkait dengan
kemampuan berbicara
3) Monitor pasien terkait dengan perasaan frustasi, kemarahan, depresi,
dan respon-respon lain disebabkan karena adanya gangguan
kemampuan bicara
4) Instruksikan pasien dan keluarga untuk menggunakan proses kognitif,
anatomis, dan fisiologis yang terlibat dalam kemampuan bicara
5) Kenali emosi dan perilaku fisik sebagai bentuk komunikasi mereka
6) Sediakan metode alternatif menulis atau membac dengan cara yang
tepat
b. DX : Konfusi kronik berhubungan dengan penyakit alzheimer
Manajemen demensia :
1) Identifikasi pola-pola perilaku biasa untuk kegiatan
2) Tentukan riwayat fisik,sosial, psikologis, kebiasaan dan rutinitas
pasien
3) Monitor nutrsisi dan berat badan
4) Sertakan anggota keluarga dalam perencanaan, pemberian, dan
evaluasi perawatan sejauh yang diinginkan
5) Tentukan jenis dan tingkat defisit kognitif dengan menggunakan alat
pengkajian yang terstandar
6) Tentukan harapan-harapan perilaku yang sesuai dengan status kognitif
pasien
7) Sediakan lingkungan dengan stimulasi yang rendah (mis.,lingkungan
yang tenang, musik menenangkan, redup, dan sederhana, pola yang
tidak asing pada dekorasi, dan makan dalam kelompok kecil)
8) Siapkan untuk berinteraksi dengan menggunakan kontak mata dan
sentuhan, yang sesuai
9) Perkenalkan diri saat memulai kontak
10) Panggil pasien dengan jelas, dengan nama ketika memulai interaksi
dan bicara perlahan
11) Bicara dengan suara jelas, rendah, hangat dan menghormati
12) Berikan waktu istirahat untuk mencegah kelelahan dan mengurangi
stress
13) Berikan isyarat/ petunjuk untuk peristiwa saat ini, musim, lokasi, dan
nama- nama untuk membantu orientasi
14) Pilih aktivitas televisi atau radio berdasarkan kemampuan pengolahan
kognitif dan minat pasien
c. DX : Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Manajemen gangguan makan :
1) Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan,
penambahan dan kehilangan berat badan
2) Monitor intake/asupan cairan secara tepat
3) Timbang berat badan klien secara rutin (pada hari yang sama setelah
BAK/BAB
4) Berikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang
meningkatkan berat badan
5) Batasi aktifitas fisik sesuai kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
6) Bantu klien untuk mengkaji dan memecahkan masalah personal yang
berkontribusi terhadap (terjadinya) gangguan makan
7) Beri dukungan dan arahan jika diperlukan

23. Pengertian dari Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah persistem atau terus menerus


sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg
dan tekanan diastole diatas 90 mmHg.

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150


mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

24. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau
kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala
hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau
gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat
dengan gejala-gejala yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target
organ. Sedangkan JVC VII,

Klasifikasi hipertensi adalah :

a. Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekan Diastolik (mmHg)


b. Normal < sbp = “Sistole” pressure = “DBP” = 160 dan DBP >= 100
mmHg

25. Etiologi Hipertensi pada Lansia


Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,
diantaranya faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia. Penyebab hipertensi dapat
dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yangg
tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensi, obesitas, hiperkolesteroemia,
emosi yang terganggu/stress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder
merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar
adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra
cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat
kontrasepsi.

26. Tanda dan Gejala Hipertensi pada Lansia


Pada pasien pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas,
kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,
epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.

27. Pemeriksaan Diagnostik pada Lansia

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/creatinin (fungsi ginjal),


glukosa (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:
kolestrol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid
(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (faktor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi).

28. Penatalaksanaan Medis Hipertensi pada Lansia

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan


nonfarmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan
menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan
rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olahraga secara teratur dan kontrol
tekanan darah secara teratur. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu
dengan cara memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik, HCT,
Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti
phentolamin,prozazine, nitroprusside, captrapil. Simphatolitic seperti
hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine.

29. Pengkajian Keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi


a. Pengkajian
1) Nama
2) TTL/Umur
3) Pendidikan terakhir
4) Agama
5) Status Perkawinan
6) TB/BB
7) Penampilan
8) Alamat
9) Orang yang dekat dihubungan
10) Hubungan dengan lansia
11) Alamat
b. Riwayat Keluarga
1) Susunan Anggota Keluarga
2) Genogram
3) Tipe atau bentuk keluarga
c. Riwayat Keluarga
1) Pekerjaan saat ini
2) Alamat pekerjaan
3) Jarak dari rumah
4) Alat transportasi
5) Sumber pendapatan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
1) Tipe tempat tinggal
2) Jumlah kamar
3) Jumlah tongkat di kamar
4) Kondisi tempat tinggal
5) Jumlah orang yang tinggal
6) Tetangga terdekat
e. Riwayat Rekreasi
1) Hoby
2) Keanggotaan organisasi
3) Liburan panjang
f. Sistem Pendukung
1) Perawat/bidan/dokter/fisioterapi
2) Jarak dari rumah
3) Rumah sakit
4) Klinik
5) Pelayanan kesehatan dirumah
6) Makanan yang dihantarkan
7) Perawatan sehari-hari
8) Yang dilakuakan keluarga
g. Diskripsi Kekhususan
1) Kebiasaan ritual
h. Status Kesehatan
1) Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
2) Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
3) Keluhan utama
4) Provokatif
5) Region
6) Severity Scale
7) Timming
8) Pemahaman dan penatalaksanaan masalah
9) Obat-obatan
10) Alergi
i. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz: A
1) Oksigenasi
2) Cairan, elektrolit
3) Nutrisi
4) Eliminasi
5) Aktivitas
6) Istirahat dan tidur
7) Personal Higiene
8) Seksual rekreasi

Psikologis :

1) Persepsi klien
2) Konsep diri
3) Emosi
4) Adaptasi
5) Mekanisme pertahanan diri

Keadaan umum

Tingkat kesadaran

GCS

Tanda-tanda vital

Head To Toe :
1) Sistem kardiovaskuler
2) Sistem pernapasan
3) Sistem integumen
4) Sistem perkemihan
5) Sistem muskuloskeletal
6) Sistem endokrin
7) Sistem gastrointestinal
8) Sistem reproduksi
9) Sistem persyarafan
10) Sistem penglihatan
11) Sistem pengecapan
12) Sistem penciuman
j. Status Kognitif/ Afektif Sosial
1) Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
2) Mini Mental State Exam (MMSE)
3) Inventaris Depresi Beck
4) APGAr Keluarga
k. Data Penunjang
1) Laboratorium
2) Radiologi
30. Diagnosa Keperawatan dengan Pasien Hipertensi
a. Defisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
Batasan Karakteristik :
1) Ketidakakuratan melakukan tes
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah
3) Kurang pengetahuan
4) Perilaku tidak tepat

Faktor yang Berhubungan :

1) Gangguan fungsi kognitif


2) Gangguan memori
3) Kurang informasi
4) Kurang minat untuk belajar
5) Kurang sumber pengetahuan
6) Salah pengertian terhadap orang lain

31. NOC untuk Diagnosa keperawatan pasien Hipertensi


Klasifikasi : Pengetahuan: Manajemen Hipertensi
Indikator :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi secara sederhana
b. Menyebutkan faktor penyebabnya
c. Menyebutkan tanda gejalanya
d. Menyebutkan apa saja yang boleh/tidak boleh dimakan
e. Menjelaskan cara pencegahan hipertensi dengan kata-katanya sendiri

32. NIC untuk Diagnosa Keperawatan Pasien hipertensi


Klasifikasi : Pendidikan Kesehatan
Intervensi :
a. Kontrak dengan pasien
b. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit hipertensi
c. Adakan penyuluhan dengan klien dan keluarga mengenal: pengertian
hipertensi, faktor penyebab, tanda gejala, diet hipertensi, cara
pencegahan.
d. Pantau respon klien saat pemberian materi
e. Beri kesempatan klien bertanya
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Beri pujian terhadap kemampuan klien
h. Anjurkan klien untuk sering kontrol ke petugas kesehatan
33. Pengertian dari congestive heart failure (CHF)
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu
lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

34. Etiologi CHF pada lansia


a. Gangguan yang langsung merusak jantung, seperti infark miokardium,
miokarditis, fibrosis miokardium, dan aneurisma ventrikular.
b. Gangguan yang mengakibatkan kelebihan beban ventrikel. Kelebihan
beban ventrikel dibagi atas :
1) Preloadadalah volume darah ventrikel pada akhir diastole. Kontraksi
jantung menjadi kurang efektif apabila volume ventrikel sudah
melampaui batasnya. Meningkatnya preload dapat diakibatkan oleh
regurgitasi aorta atau mitral, terlalu cepat pemberian cairan infus
terutama pada pasien lansia dan anak kecil.
2) Afterload adalah kekuatan yang harus dikeluarkan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh (sistem sirkulasi). Meningkatnya
afterload dapat diakibatkan oleh stenosis aorta, stenosis
pulmonal,hipertensi sistemis, dan hipertensi pulmonal. Penyakit
jantung hipertensif adalah perubahan pada jantung.

35. Tanda dan gejala CHF pada lansia


Manifestasi klinik CHF paling menonjol ialah Dyspneu D’effort,
dyspnea, ortopneu, parokxysmal nocturnal dyspnea(asma kardiale). Demikian
juga retensi natrium dan cairan yang berupa udema,berat badan naik, nokturia
dan keluhan gastrointestinal. Diagnosis gagal jantung(CHF) pada orang lanjut
usia lebih sulit ditegakan karena manifestasi klinik yang tidak khas. Dengan
makin meningkatnya oenggunaan ekokardiografi,maka diagnosis CHF
menjadi terbantu. Pembedaan CHF sistolik dan diastolic menjadi lebih mudah,
yaitu dengan melihat fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF)

36. Tanda dan gejala gagal jantung kiri pada lansia

Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel dan meningkatnya


tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan sesak nafas dan ortopneu

37. Tanda dan gejala gagal jantung kanan pada lansia

Gagal jantung kanan terjadi jika kelainanya melemahnya ventrikel


kanan seperti pada hipertensi pulmonary primer atau sekunder,tromboemboli
paru kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema
perifer, hepatomegaly dan distensi vena jugularis.

38. Pemeriksaan diagnostic CHF pada lansia


Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat dianjurkan. Kepentingan EKG
adalah untuk menilai irama jantung, menentukan keberadaan hipertrofi
ventrikel kiri atau riwayat infark miokard (ada atau tidak adanya Q wave).
EKG normal biasanya menyingkirkan kemungkinan disfungsi diastolic
ventrikel kiri
Pemeriksaan foto toraks memberikan informasi ukuran dan bentuk
jantung serta keadaan vaskularisasi paru, yang memungkinkan penilaian
kongesti. Foto toraks juga dapat mengidentifikasi penyebab nonkardiak seperti
kelainan paru atau toraks
Modalitas diagnostic lain yangdapat digunakan anatara lain angiografi
coroner, MRI, dan CT-scan

39. Penatalaksanaan medis pada pasien CHF pada lansia

Tujuan utama penatalaksanaan gagal jantung pada orang tua ialah


untuk mengembalikan kualitas hidup, mengurangi frekuensi eksaserbasi gagal
jantung dan mempanjang hidup. Tujuan sekunder ialah memaksimalkan
kemandirian serta kapasitas kerja dan mengurangi biaya perawatan. Untuk
mencapai tujuan ini terapi harus mencangkup penanggulangan etioogi dan
faktor pencetus terapi nonfarmakologi dan farmakologi.

Terapi nonfarmakologi antara lain berupa

a. Edukasi gejala, tanda, dan pengobatan gagal jantug


b. Manajemen diet yaitu mengurangi jumlah garam,menurunkan berat badan
bila dibutuhkan, rendah kolesterol, rendah lemak, asupan kalori addekuat.
c. Latihan fisik penelitian menunjukan bahwa pembatasan aktivitas fisik
ynag berlebihan akan menurunkan fungsi kardiovaskuler dan
muskuloskeletas. Latihan fisik yang sesuai akan memperbaiki kapasitas
fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung
d. Dukungan keluarga untuk selalu memperhatikan dan merawat pasien
gagal jantung di usia tua sangat penting dan berpengaruh terhadap
kualitas hidup pasien

Prinsip dasar terapi farmakologi gagal jantung adalah mencegah remodeling


progresif miokardium serta mengurangi gejala. Gejala dikurangi dengan cara
,menurunkan preload (aliran darah balik ke jantung) afterload (tahanan yang
di lawan dan kontraklititas miokardium. Prinsip terapi di atas di capai dengan
pemberian dolongan obat diuretic ACE inhibitor,penyekat beta, digitalis,
vasodilator, agen inotropic positif,penghambat kanal kalsium, antikoagulan,
dan obat antlaritmia

40. Pengkajian CHF pada lansia


Pengkajian Primer
a. Airway: Bersihan jalan napas klien bisa terganggu karena produksi
sputum pada gagal jantung kiri
b. Breathing:
Kongesti vaskuler pulmonal
Gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal adalah dispnea,orto-
pnea,dispnea noktural paroksismal,batuk,dan edema pulmonal akut.
1) Dispnea,dikarakteristikan dengan pernapasan cepat,dangkal, dan
keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara
cukup yang menekan klien. Terkadang klien mengeluh adanya
insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkanoleh dispnea.
2) Ortopnea,ketidakmampuan untuk berbaring datar karena
dispneaadalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang
berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonal. Perawat harus
menentukan apakah ortopnea benar-benar berhubungan dengan
penyakit jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur adalah
kebiasaan klien belaka. Sebagai contoh bila klien menyatakan bahwa
ia terbiasa menggunakan tiga bantal saat tidur. Namun, perawat harus
menanyakan alasan klien tidur dengan menggunakan tiga bantal. Bila
klien mengatakan bahwa ia melakukan ini karena menyukai tidur
dengan ketinggian ini dan telah di lakukan sejak sebelum mempunyai
gejala gangguan jantung, Kondisi ini tidak tepat di anggap sebagai
ortopnea.
3) Dispnea nokturnal paroksismal (DNP) adalah keluhan yang dikenal
baik oleh klien yaitu klien biasanya terbangun di tengah malam
karena mengalami napas pendek yang hebat. Dispnea nokturnal
paroksismal di perkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari
jaringan ke dalam kompartemen intravaskuler sebagai akibat dari
posisi terlentang. Pada siang hari,saat klien melakukan
aktivitas,tekanan hidrostatisk vena meningkat,khususnya pada bagian
bawah tubuh karena adanya gravitasi,peningkatan volume cairan,dan
peningkatan tonus sismpatetik.
4) Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskuler pulmonal
yang sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala
dominan. Batuk ini dapat produktif, tetapi biasanya kering dan batuk
pendek.gejala ini dihubungkan dengan kongesti mukosa bronchial dan
berhubungan dengan peningkatan produksi mucus.
5) Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi
dihubungkan dengan kongesti vaskuler pulmonal.edema pulmonal
akut ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan yang
cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran vaskuler (kurang
lebih 30 mmHg).
c. Circulation:
1) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada dada,keluhan
kelemahan fisik,dan adanya edema ekstremitas
2) Palpasi :Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya di temukan.
3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya di temukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan
katup.
4) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjuk-kan
adanya hipertrofi (kardiomegali).
a) Penuranan Curah Jantung
Selain gejala-gejala yang di akibatkan gagal ventrikel kiri
dan kongesti vaskuler pulmonal,kegagalan ventrikel kiri juga di
hubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan
dengan penurunan curah jantung. Klien dapat mengeluh
lemah,mudah lelah,apatis,letargi,kesulitan berkonsentrasi,defisit
memori,atau penurunan toleransi latihan. Gejala ini mungkin
timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan
keluhan utama klien.
b) Bunyi Jantung dan Crackles
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel
kiri yang dapat dikenali dengan mudah adalah adanya bunyi
jantung ketiga dankeempat (S3 dan S4) dan crackles pada paru-
paru. S4 atau gallop atrium, dihubungkan dengan dan mengikuti
kon-traksi atrium dan terdengar paling baik dengan bell stetoskop
yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung.
c) Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respon awal
jantung terhadap stress, sinus takikardia mungkin di curigai dan
sering di temukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan
pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan
pompa meliputi kontraksi atrium prematur,takikardia atrium
paroksismal,dan denyut ventrikel prematur. Kapanpun
abnormalitas irama terdeteksi,seseorang harus berupaya untuk
menemukan mekanisme dasar patofisiologisnya,kemudian terapi
dapat di rencanakan dan diberikan dengan tepat
d) Ditensi Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi
terhadap kegagalan ventrikel kiri, akan terjadi dilatasi dari ruang
ventrikel,peningkatan volume,dan tekanan pada diastolik akhir
ventrikel kanan,tahanan untuk mengisi ventrikel, dan
peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan
tekanan ini akan di teruskan ke hulu vena kava dan dapat di
ketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis.
Seseorang dapat mengevaluasi peningkatan vena jugularis
dengan melihat pada vena-vena di leher dan memerhatikan
ketinggian kolom darah. Klien diinstruksikan untuk berbaring di
tempat tidur dan kepala tempat tidur dan kepala di tempat tidur
ditinggikan antara 30-60 derajat,kolom darah di vena-vena
jugularis eksternal akan meningkat. Pada orang normal, hanya
beberapa millimeter di atas batas klavikula. Namun, pada klien
dengan gagal ventrikel kanan akan tampak sangat jelas dan
berkisar antara 1-2 cm.
e) Kulit Dingin
Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada
ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan ber-
kurangnya perfusi ke organ-organ. Karena darah di alihkan dari
organ-organ nonvital ke organ-organ vital seperti jantung dan
otak untuk mempertahankan perfusinya,maka manifestasi paling
awal dari gagal ke depan yang lebih lanjut adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit
tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer
mengalami vasokontriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi
meningkat. Sehingga akan terjadi sianosis.
f) Perubahan Nadi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan
menunjukkan denyut yang cepat dan lemah.

Pengkajian Sekunder
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal
jantung kongestif, yaitu : :
a) Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardio-vaskuler
yang banyak terjadi pada orang dewasa.
b) Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi
terhadap pengetahuan klien tentang penyakit gagal jan-tung.
c) Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh ka-rena dapat
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien
rendah dan mudah jatuh sakit.
2) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah saat
beraktivitas dan sesak nafas.
2) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilaku-kan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kele-mahan
fisik klien secara PQRST.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan mena-nyakan
apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri dada,hipertensi,
iskemia miokardium, infark miokardium,diabetes mellitus, dan
hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di minum oleh
klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
Obat-obatan ini meliputi obat diuretik,nitrat,penghambat beta,serta
antihipertensi.catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu,alergi obat dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
4) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami
oleh keluarga,anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif,dan penyebab kematianya.penyakit jantung iskemik. Pada
orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko
utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya.
5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan
lingkunganya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan
pola hidup misalya minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok,sudah
berapa lama,berapa batang perhari, dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut,data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui,yaitu dengan menanyakan
nama,umur,jenis kelamin,tempat tinggal, suku, dan agama yang
dianut oleh klien.
Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya
diperhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis,maka
pertanyaan yang di ajukanbukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan
tertutup yaitu pertanyaan yang jawabanya adalah “ya” dan “tidak”
atau pertanyaan yang dapat di jawab dengan gerakan tubuh,yaitu
menganggnk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan
energi yang besar.
6) Pengkajian psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah
klien menyangkal,takut mati,perasaan ajal sudah dekat,marah pada
penyakit/perrawatan yag tak perlu,kuatir tentang keluarga,pekerjaan,
dan keuangan.kondisi ini ditandai dengan sikap
menolak,menyangkal,cemas,kurang kontak
mata,gelisah,marah,perilaku menyerang,dan fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena
keluarga,pekerjaan,kesulitan biaya ekonomi dan kesulitan koping
dengan sresor yang ada,kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat
gangguan oksigenasi jaringan,stress akibat kesakitan bernapas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan
lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya
keluhan insomnia atau tampak kebingungan.
7) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum,kesadaran klien gagal
jantung biasanya baik atau kompos mentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan perfusi sistem, saraf pusat.
a) B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering di temu-kan
sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat.
Pengkajian objektif klien meliputi wajah
meringis,menangis,merintih,meregang,dan menggeliat.
b) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu di hubungkan de-ngan
intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena
merupakan tanda awal dari syok kardio-genik. Adanya edema
ekstremitas menunjukkan adanya retensi cairan yang parah.
c) B5 (Bowel)
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat
sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen,suatu
kondisi yang di namakan asites. Pengumpulan cairan dalam
rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma
sehingga klien dapat mengalami distress pernapasan.
d) Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi aki-bat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
e) B6 (Bowel)
Edema
Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah. Hal ini
terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat
menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jari-ngan dan
penghambat pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk bernapas dan
insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan
kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat di picu oleh
ketidakseimbanagan cairan dan elektrolit atau anorek-sia.

41. Diagnose keperawatan CHF pada pasien lansia


a. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup.
Pengertian :
Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh
Batasan karakteristik
1) Perubahan frekuensi/irama jantung
a) Bradikardia
b) palpitasi jantung
c) perubahan elektrokardio gram (EKG) (mis,aritmia,abnormalitas
konduksi,iskemia)
d) takikardi
2) Perubahan preload
a) distensi vena jugular
b) edema
c) keletihan
d) murmur jantung
e) peningkatan berat badan
f) peningkkatan CVP
g) peningkatan PAWP
h) penurunan Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
i) penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure,CVP)
3) Perubahan afterload
a) dispnea
b) kulit lembap
c) oliguria
d) pengisian kapiler memanjang
e) peningkatan PVR
f) peningkatan SVR
g) penurunan nadi perifer
h) penurunan resistamsi vascular paru(pulmonary vascular
resistance,PVR)
i) penurunan resistansi vascular resistance,SVR)
j) perubahan tekanan darah
k) perubahan warna kulit(mis., pucat,abu-abu,sianosis)
4) Perubahan kontraktilitas
a) batuk
b) bunyi nafas tambahan
c) bunyi S3
d) bunyi S4
e) dispnea parokksismal nocturnal
f) ortopnea
g) penurunan fraksi ejeksi
h) penurunan indeks jantung
i) penurunann left ventricular stroke work index (LVSWI)
j) penurunan stroke volume index (SVI)
5) Peilaku/emosi
a) Ansietas
b) Gelisah
Faktor yang berhubungan:
1) perubahan afterload
2) perubahan frekuensi jantung
3) perubahan irama jantung
4) perubahan kontraktilitas
5) perubahan preload
6) perubahan volume secunkup
b. Kelebihan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi. Retensi
Pengertian
Peningkatan cairan isotonic
Batasan karakteristik
1) Ada bunyi jantung S3
2) Anasarka
3) Ansietas
4) asupan melebihi haluaran\
5) azotemi
6) bunyi nafas tambahan
7) dispnea
8) dispnea nocturnal paroksimal
9) distensi vena jugularis
10) edema
11) efusi pleura
12) gangguan pola nafas
13) gangguan pola nafas
14) gangguan tekanan darah
15) gelisah
16) hepatomegali
17) ketidakseimbangan elektrolit
18) kongesti pulmonal
19) oligouria
20) ortopnea
21) penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
22) peningkatan tekanan vena sentral
23) penurunan hematocrit
24) penurunan hemoglobin
25) perubahan berat jenis urine
26) perubahan status mental
27) perubahan tekanan arteri pulmonal
28) refleks hepatojugular positif
Faktor yang berhubungan
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) kelebihan asupan cairan
3) kelebihan asupan natrium
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipertensi.
Batasan karakteristik
1) Bruit femoral
2) Edema
3) indeks ankle-brakhial <0,90
4) keterlambatan penyembuhan luka perifer
5) klaudikasi intermiten
6) nyeri ekstermitas
7) parestesia
8) pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6
menit
9) pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit
(400-700 m pada orang dewasa)
10) penurunan nadu perifer
11) perubahan fungsi motoric
12) perubahan karakteristik kulit( mis., warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi, suhu)
13) perubahan tekanan darah di ekstermitas
14) tidak ada nadi perifer
15) waktu pengisian kapiler >3 detik
16) warna kulit pucat saat elevasi
17) warna tidak kembali ke tungkal 1 menit setelah tungkai diturunkan
Faktor yang berhubungan
1) diabetes mellitus
2) gaya hidup kurang gerak
3) hipertensi
4) kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis., merokok, gaya
hidup monoton, trauma,obesitas, asupan garam, imobilitas)
5) kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis., diabetes,
hyperlipidemia)
6) merokok
42. NOC untuk diagnose keperawatan pada ppasien CHF
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup.
Klasifikasi:
1) Kefektifan pompa jantung
Indicator:
a) tekanan darah sistol
b) tekanan darah diastole
c) denyut jantung apical
d) indeks jantung
e) fraksi ejeksi
f) denyut nadi perifer
g) ukuran jantung
h) urin output
i) keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
j) tekanan vena sentral
k) distensi vena leher
l) disritmia
m) suara jantung abnormal
n) angina
o) edema perifer
p) edema paru
q) diaforesis
r) mual
s)kelelahan
t) dyspnea pada saat istirahat
2) dengan aktivitas ringan
a) peningkatan berat badan
b) asites
c) hepatomegali
d) gangguan kognisi
e) intoleransi aktifitas ringan
f) peningkatan berat badan
g) asites
h) heppatomegali
i) gangguan kognisi
j) intoleransi aktivitas
k) pucat
l) sianosis
m) wajah kemerahan
b. Kelebihan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi. Retensi
Klasifikasi
1) Keseimbangan cairan
Indicator:
a) Tekanan darah
b) Denyut nadi radial
c) Tekanan vena sentral
d) Tekanan baji paru-paru
e) Denyut perifer
f) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
g) Berat badan stabil
h) Tugor kulit
i) Kelembaban membrane mukosa
j) Serum elektrolit
k) Hematrokit
l) Berat jenis rutin
m) hipotensi ortostatik
n) suara nafas adventif
o) asites
p) distensi vena leher
q) edema perifer
r) bola mata cekung dan lembek
s) konfusi
t) kehausan
u) kram otot
v) pusing
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipertensi
Klasifikasi:
1) Perfusi jaringan:perifer
Indicator ;
a) Pengisian kapiler jari
b) Pengisian kapiler jari kari
c) Suhu kulit ujung kaki dan tangan
d) Kekuatan denyut nadi karotis (kanan)
e) Kekuatan denyut nadi karotis (kiri)
f) Kekuatan denyut brakialis (kanan)
g) Kekuatan denyut brakialis (kiri)
h) Kekuatan denyut femoralis (kanan)
i) Kekuatan denyut pedal (kanan)
j) Kekuatan denyut pedal (kiri)
k) Tekanan darah sistolik
l) Tekanan darah diastolic
m) Nilai rata-rata tekanan darah
n) Bruit di ujung kaki dan tangan
o) Edema perifer
p) Nyeri di ujung kaki dan tangan yang terlokalisasi
q) Nekrosis
r) Mati rasa
s) Tingling
t) Muka pucat
u) Kelemahan otot
v) Kram otot
w) Kurasakan kulit
x) Rubor
y) Parestesia

43. NIC untuk diagnose keperawatan pada ppasien CHF


a. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
Klasifikasi :
1) Perawatan jantung
Aktifitas :
a) monitor tanda-tanda vital
b) monitor toleransi aktivitas pasien
c) lakukan terapi relaksasi,sebagaimana mestinya
d) lakukan penilaian komprehensif pada sirkulasi perifer
e) bangun hubungan saling mendukung antar pasien
f) rujuk ke program gagal jantung untuk dapat mengikuti program
edukasi pada rehabilitasi jantung,evaluasi
b. Kelebihan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi. Retensi
Klasifikasi :
1) Manajemen hipervolumia
Aktifitas
a) monitor edema perifer
b) monitor intake dan output
c) berikan invus IV
d) timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang tetap/sama
e) berikan obat yang diresepkan untuk mengurangi preload
f) batasi intake cairan bebas pada pasien dengan hyponatremia dilusi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipertensi
Klasifikasi :
1) Perawatan sirkulasi:insufisiensi vena
Aktifitas:
a) Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif
b) Nilai nadi udem perifer
c) Berikat obat antiplatelet atau anti koagulan dengan cara yang
tepat
d) Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
e) Dukung latihan ROM pasif dan aktif,terutama pada ekstermitas
bawah, selama beristirahat
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

La Ode, Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan


NANDA, NIC dan NOC Dilegkapi Teori dan Contoh Kasus Askep.
Yogyakarata : Nuha Medika

Wahjudi, Nugroho. 2014. Keperawatan Gerontik dan geriatrik. Jakarta


: EGC

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=362423danval=27
8&title=ASUHAN%20KEPERAWATAN%20KLIEN%20LANJUT%
20USIA%20DENGAN%20DEMRNSIA%20PADA%20HOME%20C
ARE

http://e-journal.uajy.ac.id/11006/3/22TA14256.pdf

http://www.academia.edu/28509213/askep_alzeimer

https://www.google.com/search?q=4.%09Tanda+dan+gejala+gagal+ja
ntung+kiri+pada+lansia&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b

Anda mungkin juga menyukai