Abstrak
Perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah keluhan ginekologi yang sering
dialami oleh para remaja saat datang ke rumah sakit. Perdarahan menstruasi berat
adalah presentasi klinis perdarahan uterus abnormal yang paling sering terjadi.
Siklus anovulasi, berkaitan dengan aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium yang
belum matang, merupakan etiologi utama dari perdarahan menstruasi berat dan
disertai dengan gangguan perdarahan pada hampir 20% pasien dengan perdarahan
menstruasi berat. Gangguan endokrin seperti hipotiroid, hiperprolaktinemia, dan
sindrom ovarium polikistik menjadi penyebab yang mungkin dari PUA.
Penyingkiran gangguan perdarahan, terutama penyakit von Willebrand sangat
penting untuk mendiagnosis dan mengatasi perdarahan menstruasi berat, terutama
pada kasus dengan PUA, yang telah dialami sejak menarke. Penanganan
perdarahan menstruasi berat didasarkan pada etiologi dan keparahan perdarahan.
Setelah penyebab lain disingkirkan, perdarahan anovulasi berat dapat diatasi
dengan kombinasi kontrasepsi oral dan suplementasi besi baik dengan rawat jalan
atau rawat inap tergantung dari temuan klinis dan tingkat anemia. Epidemiologi,
presentasi klinis, pendekatan diagnosis, dan terapi perdarahan menstruasi berat
akan dibahas dan pengalaman klinis kami terkait hal ini juga terdapat dalam
tinjauan ini.
Pendahuluan
Perdarahan uterus abnormal (PUA) didefinisikan sebagai perdarahan dari
korpus uterus yang abnormal dalam hal durasi, volume, frekuensi dan/atau
regularitasnya. PUA terhitung dalam setengah permasalahan ginekologi pada
remaja. Beberapa remaja mungkin tidak mengetahui bahwa pola perdarahan
mereka tidak normal, dimana siklus menstruasi diketahui lebih irreguler selama
remaja. Faktor yang mendasari PUA dan/atau PUA itu sendiri berpotensi untuk
menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka panjang. Evaluasi siklus menstruasi
perlu juga ditambah dengan tanda vital pada remaja perempuan selama visit rutin
dokter anak. Diawali dengan definisi siklus menstruasi normal, evaluasi,
pendekatan diagnosis, dan terapi PUA akan dibahas disini.
Siklus Anovulasi
Terjadinya siklus menstruasi ovulasi membutuhkan interaksi reguler dari
hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium. Pengeluaran GnRH dari
hipotalamus memicu sekresi FSH dan LH dari hipofisis dan gonadotropin ini
memicu perkembangan folikel dari salah satu kandidat folikel antral untuk
ovulasi. LH menstimulasi sel teka untuk membelah dan memproduksi androgen.
FSH menstimulasi sel granulosa untuk membelah dan mengubah androgen
menjadi estradiol (E2) dan kadar E2 terus meningkat di fase folikular. Ketika E2
melebihi kadar kritisnya (>200 pg/mL selama dua hari), GnRH meningkat dengan
umpan balik positif dan menyebabkan lonjakan LH. Lonjakan LH mengaktifkan
enzim proteolitik yang menyebabkan rupturnya folikel dan luteinisasi dari sel
granulosa dan teka, menyebabkan peningkatan produksi progesteron.
E2 memicu proliferasi sel epitel endometrium, pertumbuhan dan
vaskularisasi kelenjar, serta produksi reseptor E2 dan progesteron yang
menyiapkan endometrium untuk merespon produksi progesteron luteum.
Progesteron menstabilkan endometrium yang menebal dengan mempengaruhi
produksi protein kunci seperti matriks metalloproteinase 1, 3, dan 9 yang
mendegradasi matriks ekstravaskular dan stromal. Progesteron juga menstimulasi
produksi faktor jaringan dan plasminogen aktivator inhibitor 1, mempercepat
stabilisasi koagulasi dan pembekuan. Potensi hipofisis dalam merespon stimulasi
GnRH dan pengaruh umpan balik positif E2 meningkat progresif setelah menarke.
Selama dua tahun pertama post-menarke, sekitar separuh siklus menstruasi adalah
anovulasi. Namun, pada lima tahun post-menarke, 75% siklus adalah siklus
ovulasi dan meningkat dalam beberapa tahun selanjutnya, mencapai tingkat 80%.
Terlambat atau tidak adanya ovulasi, bisa karena fisiologis atau karena sindrom
polikistik ovarium (PCOS), menyebabkan kurangnya progesteron dan produksi
E2 yang berlebihan dari folikel ovarium, menyebabkan endometrium
berproliferasi dan perdarahan menstruasi menjadi tidak terprediksi waktu dan
jumlahnya. Untuk alasan ini, siklus anovulasi adalah penyebab utama perdarahan
menstruasi berat pada remaja.
Evaluasi
Fokus utama evaluasi awal pasien dengan perdarahan menstruasi berat
adalah untuk menentukan apakah perdarahannya akut dan menyebabkan
gangguan hemodinamik, melalui anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan radiologis.
Anamnesis dilakukan dengan dan tanpa adanya orang tua karena beberapa
pertanyaan akan sulit dijawab bagi pasien jika ada orang tua, terutama jika
berkaitan dengan aktivitas seksual, sedangkan bertanya bersamaan dengan orang
tua dapat membantu mengklarifikasi lebih lengkap pada beberapa kasus. Riwayat
yang sebaiknya dicari tahu adalah riwayat menstruasi (usia menarke, regularitas,
durasi, jumlah pembalut/tampon per hari), riwayat seksual, riwayat obat-obatan
yang pernah digunakan (penyakit sistemik, pengobatan saat ini/terakhir),
peninjauan sistemik (gejala berhubungan dengan penyebab sistemik perdarahan
menstruasi berat seperti obesitas, PCOS, hipotiroid, hiperprolaktinemia, gangguan
hipotalamus atau adrenal) dan riwayat keluarga (koagulopati, kanker yang sensitif
hormon). Riwayat menstruasi berat sejak menarke, operasi terkait perdarahan,
perdarahan yang berhubungan dengan tindakan gigi, memar atau mimisan dengan
frekuensi setidaknya sekali per bulan, perdarahan gusi yang sering, dan gejala
perdarahan pada keluarga yang dapat mendasari gangguan perdarahan.
Ketika hemodinamik stabil, tanda vital perlu diperiksa dan pemeriksaan
fisik sistematik juga harus dilakukan. Adanya goiter, pucat, memar, peteki,
dan/atau tanda kelebihan androgen juga perlu diketahui untuk mendasari
diagnosis. Pemeriksaan pelvis dengan spekulum atau USG transvaginal tidak
dapat dilakukan pada remaja yang tidak memiliki pengalaman seksual.
Dimungkinkan untuk menunda pemeriksaan ini hingga terapi pengobatan awal
telah dilakukan, karena lesi struktural pada remaja sangat jarang terjadi. USG
pelvis menunjukkan informasi non-invasif mengenai lesi struktural saluran
genital, terutama pada remaja yang pemeriksaan fisiknya terbatas. Hal tersebut
juga menambahkan informasi mengenai ketebalan endometrium dan PCOS.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menentukan keparahan
perdarahan dan mencari tahu potensi etiologi dari perdarahan menstruasi berat.
Evaluasi laboratorium setidaknya harus termasuk : human chorionic
gonadotropin, hitung darah lengkap, apusan darah perifer, kadar ferritin, PT,
APTT, dan fibrinogen. Remaja yang memiliki risiko gangguan perdarahan harus
menjalani pemeriksaan untuk vWD. Panel von Willebrand yang harus diperiksa
adalah antigen plasma faktor von Willebrand (vWF) dan pemeriksaan fungsional
aktivitas vWF dan faktor VIII. Orang dengan golongan darah O memiliki kadar
vWF yang lebih rendah dibandingkan golongan darah A atau B. Sehingga, nilai
referensi antigen vWF yang digunakan harus sesuai dengan golongan darah
masing-masing pasien. Komite Pelayanan Kesehatan Obstetri dan Ginekologi
Amerika menyarankan untuk memeriksa panel vWF pada sebelum atau tujuh hari
setelah terapi estrogen eksogen. Terapi penggantian estrogen akan menunjukkan
peningkatan antigen vWF plasma, maka sebaiknya waktu pemeriksaan panel vWF
menunggu kadarnya stabil dulu, hal ini berkaitan dengan terapi pengobatan
estrogen yang digunakan. Pemeriksaan tambahan lain adalah eksklusi infeksi pada
remaja yang aktif secara seksual dan evaluasi fungsi tiroid pada pasien dengan
gejala hipotiroid. Pasien dengan riwayat perdarahan signifikan dan pemeriksaan
awal non-diagnostik sebaiknya diperiksa oleh ahli hematologi.
Terapi
Hemodinamik yang stabil, koreksi anemia, dan menjaga siklus normal
adalah tujuan utama dalam penanganan perdarahan menstruasi berat. Pilihan
terapinya adalah suplementasi besi, kontrasepsi oral kombinasi (KOK),
progesteron, obat anti-inflamasi non steroid, antifibrinolitik, desmopresin, dan
analog GnRH. Penanganan berdasarkan keparahan perdarahan dan anemia. Jika
penyebab utamanya teridentifikasi, maka diperlukan tambahan terapi spesifik.
Karena perdarahan menstruasi berat pada remaja seringnya karena siklus
anovulasi, terapi difokuskan pada perdarahan uterus anovulasi. Klasifikasi
keparahan terdapat pada Tabel 3.
Pemantauan
Jika menstruasi irreguler atau perdarahan menstruasi berat menetap dibawah
terapi hormon selama tiga bulan atau terjadi lagi setelah penghentian terapi,
pasien sebaiknya diperiksa terkait masalah lain yang mungkin seperti aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium, PCOS, dan penyebab struktural. Remaja dengan
riwayat siklus anovulasi yang tidak diterapi selama 2-3 tahun sebaiknya dievaluasi
dengan biopsi endometrium, karena adanya peningkatan risiko karsinoma
endometrium pada pasien-pasien tersebut.