Gangguan Disosiatif
Gangguan Disosiatif
GANGGUAN DISOSIATIF
DI SUSUN OLEH :
PEMBIMBING
dr. RITHA M. SEMBIRING, M.Ked (KJ), Sp.KJ
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF
Psikiatri Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dengan judul “Gangguan
Disosiatif”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked (KJ), Sp.KJ, yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di bagian SMF Psikiatri Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dalam
membantu menyusun makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu
kedokteran dalam praktek di masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
pembelahan vertikal, sehingga isi mental ada pada sejumlah kesadaran yang
pararel.1
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(b) tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejaIa-
gejala tersebut;
(c) bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun. waktu
yang jelas dengan problem . dan kejadian-kejadian yang "stressful" atau
hubungan interperson al yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal
oleh penderita)
4
Epidemiologi
Amnesia disosiatif lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki dan
sering terjadi pada dewasa muda dibandingkan pada usia yang lebih tua.1,2
Etiologi
Sebagian besar pasien dengan amnesia disosiatif adalah tidak mampu
untuk mengumpulkan ingatan tentang peristiwa yang menegangkan dan
traumatik. Jadi, isi emosional ingatan adalah jelas berhubungan dengan
patofisiologi dan penyebab gangguan.
Gambaran Klinis
Amnesia disosiatif terjadi secara spontan, riwayat penyakit biasanya
menemukan suatu trauma emosional pencetus yang berisi emosi menyakitkan dan
konflik psikologis-sebagai contoh, suatu bencana alam di mana pasien
menyaksikan cedera parah atau ketakutan besar akan kehidupannya. Suatu
ekspresi impuls (seksual atau agresif) yang dikhayalkan atau aktual yang tidak
mampu diatasi oleh pasien juga dapat berperan sebagai pencetus.
5
Walaupun tidak diperlukan untuk diagnosis, onset sering kali tiba-tiba, dan
pasien biasanya menyadari bahwa mereka telah kehilangan daya ingatnya.1,4
Beberapa pasien menjadi marah karena kehilangan daya ingat tersebut, tetapi
yang lainnya tampak acuh atau tidak berbeda. Depresi dan kecemasan adalah
faktor predisposisi yang sering dan sering kali ditemukan pada pemeriksaan status
mental pasien. 1,4
Bentuk amnesia disosiatif berupa : amnesia terlokalisir (hilangnya ingatan
untuk waktu singkat), amnesia umum (hilangnya memori dari seluruh periode
amnesia), amnesia yang selektif (gagal mengingat beberapa bagian bukan
keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam waktu singkat)1,2.
Diagnosis Banding
1,3,4
Tatalaksana
Epidemiologi
Jarang terjadi, biasanya terjai selama perang, setelah bencana alam,
konflik internal yng tinggi.1,2 Pasien tersebut sering kali, tetapi tidak selalu,
mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun identitas
baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian berganti-ganti yang
terlihat pada gangguan identitas disosiatif. Juga, pada fuga disosiatif identitas
yang lama dan baru tidak berganti-ganti, seperti yang terjadi pada gangguan
identitas disosiatif.1
Etiologi
Pasien tersebut sering kali, tetapi tidak selalu, mengambil identitas dan
pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun identitas baru biasanya kurang
lengkap dibandingkan kepribadian berganti-ganti yang terlihat pada gangguan
identitas disosiatif. Juga, pada fuga disosiatif identitas yang lama dan baru tidak
berganti-ganti, seperti yang terjadi pada gangguan identitas disosiatif. 2
Gambaran Klinis
Fugue disosiatif memeliki beberapa ciri khas. Pasien berkelana dengan
tujuan, biasanya jau dari rumah dan sering berhari-hari. Selama periode ini,
mereka mengalami amnesia sepenuhnya untuk kehidupan masa lalu dan
7
(c) kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dsb )
dan melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang-orang yang belum
dikenalnya (misalnya membeli karcis atau bensin, menanyakan arah
memesan makanan).
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Epidemiologi
Gangguan ini paling sering ditemukan pada masa remaja akhir dan dewasa
muda, dengan rata rata usia saat diagnosis adalah 30 tahun, walaupun pasien
biasanya telah memiliki gejala selama 5 sampai 10 tahun sebelum diagnosis.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa gangguan ini adalah lebih sering
ditemukan pada sanak saudara biologis derajat pertama dari orang dengan
gangguan dibandingkan dari populasi umum.
9
Etiologi
Penyebab gangguan identitas disosiatif adalah tidak diketahui, walaupun
riwayat pasien hampir selalu (mendekati 100 persen) melibatkan suatu peristiwa
traumatik, paling sering pada masa anak-anak. Pada umumnya, empat tipe faktor
penyebab telah dikenali: (1) peristiwa kehidupan traumatik, (2) kecenderungan
bagi gangguan untuk berkembang, (3) faktor lingkungan formulatif, dan (4) tidak
adanya dukungan eksternal.1
Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan identitas disosiatif seting dipikirkan memiliki
gangguan kepn'badian (umumnya Gangguan kepribadian ambang), schizoftenia,
atau gangguan bipolar yang rapid cycling.
Perubahan dari kepribadian yang satu ke kepribadian yang lain terjadi tiba-
tiba dan dramatik. Selama dalam status kepribadian yang satu, umumnya pasien
lupa dengan status kepribadian yang lain. 1,2
Tatalaksana
Orang dengan gangguan ini akan merasa terpisah dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. Orang dengan depersonalisasi ini merasa seperti bermimpi atau
bertingkah seperti robot. Pasien menyadari gejala tidak sesuai realita dan bersifat
ego-dystonic.2
Etiologi
Faktor psikologik, neurologik, penyakit sistemik, epilepsi, tumor otak,
trauma psikis dan stimulasi elektrik lobus temporal.2
Gambaran Klinis
Karakteristik inti dari depersonalisasi adalah kualitas ketidaknyataan
(unreality) dan pemisahan. Proses mental dalam dan peristiwa eksternal
tampaknya berlangsung seperti sebelumnya, tetapi dirasakan berbeda dan tidak
lagi terlihat memiliki adanya hubungan atau kepentingan dengan orang tersebut.
Bagian dari tubuh atau fisik keseluruhan mungkin terlihat asing, dan juga operasi
mental dan pen'laku yang dibiasakan.1
Hal yang cukup sering adalah sensasi adanya perubahan dalam tubuh
pasien; sebagai contoh, pasien mungkin merasa bahwa anggota geraknya adalah
lebih besar atau lebih kecil dari biasanya. Hemidepresonalisasi, yaitu perasaan
pasien bahwa separuh tubuhnya adalah tidak nyata atau tidak ada, mungkin
berhubungan dengan penyakit lobus parietalis kontralateral. Kecemasan sering
kali menyertai gangguan, dan banyak pasien mengeluh distorsi dalam rasa waktu
dan ruang.1
11
Tatalaksana
SINDROM GANSER
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA