Anda di halaman 1dari 20

KETUBAN PECAH DINI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas


Oleh Dosen Pengampu : Ns. Christine Aden, M.Kep. Sp.Mat

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Adelia Falentina PO.62.20.1.17.313


2. Anis Setiawati Supiah PO.62.20.1.17.317
3. Grace Nazavira PO.62.20.1.17.326
4. Gusnadi PO.62.20.1.17.327
5. M. Rizky Tristian Noor PO.62.20.1.17.334

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER IV
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Maternitas dengan judul “Ketuban Pecah
Dini”, dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan mengenai


bagaimana seorang bidan memberikan asuhan kebidanan pada persalinan patologi dengan
ketuban pecah dini,. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya makalah ini.

Palangka Raya, 16 Agustus 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian Ketuban Pecah Dini............................................................ 3
B. Penyebab Ketuban Pecah Dini ............................................................. 3
C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini................................................. 3
D. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini ........................................................ 4
E. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini ................................................... 5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
KETUBAH PECAH DINI ......................................................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................. 15
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnioritis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu.

Menurut EASTMAN insidens PROM (Premature Rupture of the


Membrane) ini kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya mencapai sekitar(24%). Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia luar dan ruangan dalam rahim,
sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar
kemungkinan infeksi dalam rahim. Persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan
kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi / janin dalam rahim. Oleh karena itu, tata
laksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematur dan infeksi dalam rahim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Ketuban Pecah Dini?


2. Apa saja Penyebab Ketuban Pecah Dini?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini?
4. Bagaimana Patofisiologi Ketuban Pecah Dini?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui dan Memahami Ketuban Pecah Dini.


2. Mengetahui dan Memahami Penyebab Ketuban Pecah Dini.
3. Mengetahui Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini.
4. Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Ketuban Pecah Dini.
5. Mengetahuidan Memahami Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini.
6. Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The Membrane


(prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara < 5 cm. bila periode laten terlalu pajang dan ketuban sudah
pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.

B. Penyebab Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur alias bayi terpaksa dilahirkan
sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa disebabkan beberapa hal seperti
berikut:

 Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina. Ini adalah pemicu umum ketuban pecah dini.
 Trauma, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, dan sebagainya.
 Rahim dan kantung ketuban yang terlalu melar. Hal tersebut diakibatkan oleh jumlah
janin dalam kandungan lebih dari satu atau volume cairan ketuban yang terlalu
banyak.
 Stres atau merokok selama masa kehamilan.
 Menjalani operasi atau biopsi serviks.
 Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
 Perdarahan vagina selama kehamilan.
 Indeks massa tubuh ibu hamil rendah.
 Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini

Tanda dan Gejala ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak.Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau

3
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya ‘mengganjal’ atau ‘menyumbat’
kebocoran untuk sementara.

Bukan hanya keluarnya cairan, gejala ini juga disertai demam, bercak vagina yang banyak,
dan nyeri perut. Terkadang calon ibu yang mengalami kondisi ini juga merasa bahwa denyut
jantung janin bertambah cepat. Jika ini terjadi, Anda harus segera berkonsultasi ke
dokter.Sebab ini merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi akibat ketuban pecah dini.

Komplikasi ketuban pecah dini paling sering terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu,
yang adalah sindrom distress pernapasan. Komplikasi ini dapat terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi pada janin meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, terutama pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

Oleh karena itu, semua ibu hamil dengan kondisi ketuban pecah dini sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya radang pada tali pusat dan selaput ketuban. Selain itu, calon
ibu juga bisa mengalami kejadian keluarnya tali pusar. Dan yang paling buruk, ketuban pecah
dini dapat meningkatkan resiko cacat janin hingga kematian janin.

D. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

Infeksi inflamasi

Terjadi peningkatan aktifitas iL – 1 dan prostaglandin

Kolagenase jaringan

Depolimerasi kolagen pada selaput korion atau amion

Ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan

Ketuban Pecah Dini

Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol

4
oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, tetapi karena ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah
dini.

E. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya


infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan
ketuban pecah dini menurut Sarwono (2006), diantaranya :

a. Konserpatif

1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada
janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisisn bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negatif
bed deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, bed antibiotik dan lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan pare
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b. Aktif
a) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 50,xg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali

5
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri :

1. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
2. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

Sedangkan menurut Manuaba (2001) tentang penatalaksanaan KPD adalah :

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas paru sehingga


mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
maningitis janin, dan persalinan prematuritas
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.
4. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan
janin tidak dapat diselamatkan
5. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan
paru.
7. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila
tidak terjadi his spontan

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pemeriksaan penunjang
Menurut Maria (2007) untuk membantu dalam penegakan diagnosa ketuban pecah
dini diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu

a) Pemeriksaan leukosit darah.


b) Bila jumlah leukosit > 15.000/mm2 mungkin sudah terjadi infeksi.
c) Pemeriksaan ultraviolet.

6
d) Membantu dalam penentuan usia kehamilan, letak anak, berat janin, letak plasenta,
serta jumlah air ketuban.
e) Nilai bunyi jantung dengan cardiografi.
f) Bila ada infeksi urin, suhu tubuh ibu dan bunyi jantung janin akan meningkat.

2. Pengobatan

Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung dari adanya komplikasi yang terjadi,
sisa cairan ketuban didalam kandungan, serta usia kandungan itu sendiri.Umumnya akan
diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah masuknya kuman penyebab infeksi kedalam
rahim. Pada kehamilan yang prematur sebisa mungkin dilakukan tindakan konservatif untuk
mempertahankan kehamilan. Namun apabila terjadi komplikasi ataupun adanya kegawatan
pada janin maka akan dilakukan terminasi kehamilan segera. Pada ketuban pecah dini yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan umumnya akan langsung diterminasi kehamilannya.

3. Pencegahan

Berikut ini beberapa langkah pencegahan yang bisa lakukan, seperti :

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tenaga medis


2. Menerapkan kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi,
memenuhi asupan cairan dalam tubuh, berolahraga secara teratur, serta menghindari
kebiasaan merokok.
3. Membiasakan diri untuk selalu membersihkan organ kewanitaan dengan benar, seperti
membersihkannya setiap kali selesai buang air kecil maupun besar dari arah depan ke
belakang.
4. Segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya apabila ditemukan
kelainan pada daerah kewanitaan, seperti terjadinya keputihan yang abnormal, berbau,
dan berwarna tidak seperti biasanya.
5. Bagi Anda yang beresiko tinggi untuk mengalami KPD, sebaiknya menghindari
melakukan hubungan suami istri untuk sementara waktu.
6. Mendapatkan istirahat yang cukup dan menghindarkan diri dari berbagai aktivitas
berat yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan fisik janin Anda
7. Memenuhi asupan vitamin, terutama vitamin C bagi tubuh.

7
8. Menghindari guncangan yang dapat membahayakan kondisi kehamilan Anda, seperti
terjadinya guncangan ketika berkendara dan lain sebagainya.

WOC IBU HAMIL DENGAN KETUBAN PECAH

8
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN KETUBAH PECAH DINI

a. Pengkajian

1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang: ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.
b) Riwayat kesehatan dahulu.
 Adanya trauma akibat efek pemeriksaan amnion.
 Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
 Kehamilan ganda, polihidramnion.
 Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
 Selaput amnion yang lemah/tipis.
 Posisi fetus tidak normal.
 Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.
 Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c) Riwayat kesehatan keluarga: ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil
kembar atau turunan kembar.
3. Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan leher
 Mata perlu diperiksa di bagian sklera, konjungtiva.
 Hidung: ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya hipersekresi
mukosa.
 Mulut: gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
 Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b) Dada
 Toraks
Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan torakoabdominal, dan tidak ada
retraksi dinding dada. Frekuensipernapasan normal 16-24 kali/menit. Iktus cordis
terlihat/tidak.

9
Palpasi: payudara tidak akan pembengkakan.
Auskultasi: terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi napas normal vesikular.
 Abdomen
Inspeksi: ada/tidak bekas operasi, striae, dan linea.
Palpasi: TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
c) Genitalia
 Inspeksi: kebersihan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (red, edema, discharge,
approximately); pengeluaran air ketuban (jumlah, warna, bau); dan lendir merah
muda kecoklatan.
 Palpasi: pembukaan serviks (0-4).
 Ekstremitas: edema, varises ada/tidak.
4. Pemeriksaan diagnostik
a) Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b) Golongan darah dan faktor Rh.
c) Rasio lesitin terhadap spingomeilin (rasio US): menentukan maturitas janin.
d) Tes Ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.
e) Ultrasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan
lokasi plasenta.
f) Pelvimetri: identifikasi posisi janin.

b. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,


pemeriksaan, vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit.
3. Resiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan prematur/tidak matur.
4. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.
5. Resiko tinggi penyebaran infeksi/sepsis yang berhubungan dengan adanya infeksi,
prosedur invasif, dan peningkatan pemahaman lingkungan.
6. Resiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/efek samping
tokolitik.

10
7. Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan,
penggunaan obat tokolitik.
8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot.
9. Resiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan.

c. Intervensi keperawatan

1. Diagnosa 1: Resiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, atau ruptur membran amniotik.
Tujuan: infeksi maternal tidak terjadi.
Kriteria hasil: dalam waktu 3 x 24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi (tidak demam,
cairan amnion jernih, hampir tidak berwarna, dan tidak berbau).

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi Pengulangan pemeriksaan vagina berperan
bila pola kontraksi atau perilaku ibu dalam insiden infeksi saluran asendens
menandakan kemajuan.
Gunakan teknik aseptik selama Mencegah pertumbuhan bakteri dan
pemeriksaan vagina. kontaminasipada vagina

Anjurkan perawatan perineum setelah Menurunkan resiko inveksi saluran


eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi. asendens

Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel Dalam empat jam setelah membran ruptur,
darah putih sesuai indikasi insiden kareioamnionitis meningkat secara
progresif sesuai dengan waktu yang di
tunjukkan melalui ttv
Kolaborasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai Meski tidak boleh sering dilakukan,
indikasi. Berikan enema pembersih bula namun evaluasi usus dapat meningkatkan
sesuai indikasi. kemajuan persalinan dan menurunkan

11
resiko infeksi

2. Diagnosa 2: gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan
proses penyakit.
Tujuan: pertukaran gas pada janin kembali normal.
Kriteria hasil yang diharapkan dalam 1 x 24 jam:
a) Klien menunjukan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.
b) Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pantau DJJ setiap 15-30 menit. Takikardi atau bradikardi janin adalah
indikasi dari kemungkinan penurunan
yang mungkin perlu intervensi
Periksa DJJ dengan segera bila terjadi Mendekteksi disstess janin karena kolabs
pecah ketuban dan periksa 5 menit alveoli
kemudian, observasi perineum ibu untuk
mendeteksi prolaps tali pusat.
Catat perubahan DJJ selama kontraks. Mendeteksi beratnya hipoksia dan
Pantau aktivitas uterus secara menual kemungkinan penyebab janin rentan
atau elektronik. Bicara pada terhadap potensi cedera selama
ibu/pasangan dan berikan informasi persalinan kaena menurunnya kadar
tentang situasi tersebut. oksigen

Kolaborasi
Siapkan untuk melahirkan dengan cara Dengan penurunan viabilitas mungkin
yang paling baik atau dengan intervensi memerlukan kelahiran seksio caesaria
bedah bila tidak terjadi perbaikan. untuk mencegah cedera janin dan
kematian karena hipoksia

3. Diagnosa 3: ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri
sendiri/janin.
Tujuan: mengurangi kecemasan
Kriteria yang diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam:

12
a) Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.
b) Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan.

INTERVENSI RASIONAL
Tinjau proses penyakit dan harapan masa Memberikan pengetahuan dasar dimana
depan. klien dapat membuat pilihan

Dorong periode istirahat yang adekuat Agar klien tidak merasa jenuh dan
dengan aktivitas terjadwal. mempercepat proses penyembuhan
Berikan pelayanan kesehatan mengenai Agar klien mengerti dengan bahaya
penyakitnya. infeksi dengan penyakitnya

Jelaskan pada klien apa yang terjadi pada Menunjukkan realitas situasi yang dapat
klien, berikan kesempatan untuk membantu klien atau orang terdekat
bertanya dan berikan jawaban terbuka menerima realitas dan mulai menerima
dan jujur. apa yang terjadi

d. Implementasi keperawatan

1. Diagnosa 1
Implementasi:
 Melakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu
menandakan kemajuan.
 Menggunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.
 Menganjurkan perawatan perineum setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai
indikasi.
 Memantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.
 Memberikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi. Berikan enema pembersih
bula sesuai indikasi.

2. Diagnosa 2

13
Implementasi:
 Memantau DJJ setiap 15-30 menit.
 memanta DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 5 menit
kemudian, observasi perineum ibu untuk mendeteksi prolaps tali pusat.
 Mencatat perubahan DJJ selama kontraks. Pantau aktivitas uterus secara menual atau
elektronik. Bicara pada ibu/pasangan dan berikan informasi tentang situasi tersebut.
 Menyiapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi
bedah bila tidak terjadi perbaikan.
 Menyiapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi
bedah bila tidak terjadi perbaikan.

3. Diagnosa 3
Implementasi:
 Meninjau proses penyakit dan harapan masa depan.
 Mendorong periode istirahat yang adekuat dengan aktivitas terjadwal.
 Memberikan pelayanan kesehatan mengenai penyakitnya.
 Menjelaskan pada klien apa yang terjadi pada klien, memberikan kesempatan untuk
bertanya dan memberikan jawaban terbuka dan jujur.

e. Evaluasi keperawatan
1. Infeksi tidak terjadi.
2. Pertukaran gas pada janin kembali normal.
3. Cemas hilang.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara < 5 cm. bila periode laten terlalu pajang dan
ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu
dan anak.

Ketuban Pecah lebih awal bisa disebabkan beberapa hal seperti Infeksi rahim, leher
rahim, atau vagina. Ini adalah pemicu umum ketuban pecah dini.Trauma, akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, terjatuh, dan sebagainya. Rahim dan kantung ketuban yang terlalu
melar. Hal tersebut diakibatkan oleh jumlah janin dalam kandungan lebih dari satu atau
volume cairan ketuban yang terlalu banyak. Stres atau merokok selama masa kehamilan.
Menjalani operasi atau biopsi serviks. Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya. Perdarahan vagina selama kehamilan. Indeks massa tubuh ibu hamil rendah.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Tanda dan Gejala ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya ‘mengganjal’ atau
‘menyumbat’ kebocoran untuk sementara. Bukan hanya keluarnya cairan, gejala ini juga
disertai demam, bercak vagina yang banyak, dan nyeri perut.

Penegakan diagnosa ketuban pecah dini diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu


Pemeriksaan leukosit darah, bila jumlah leukosit > 15.000/mm2 mungkin sudah terjadi
infeksi, Pemeriksaan ultraviolet membantu dalam penentuan usia kehamilan, letak anak, berat
janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban, nilai bunyi jantung dengan cardiografi, bila ada
infeksi urin, suhu tubuh ibu dan bunyi jantung janin akan meningkat.

Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung dari adanya komplikasi yang terjadi,
sisa cairan ketuban didalam kandungan, serta usia kandungan itu sendiri.Umumnya akan
diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah masuknya kuman penyebab infeksi kedalam

15
rahim. Beberapa langkah pencegahan yang bisa lakukan dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin ke tenaga medis, menerapkan kebiasaan hidup sehat,
sepertimengkonsumsi makanan yang bergizi, memenuhi asupan cairan dalam tubuh,
berolahraga secara teratur, serta menghindari kebiasaan merokok, membiasakan diri untuk
selalu membersihkan organ kewanitaan dengan benar, seperti membersihkannya setiap kali
selesai buang air kecil maupun besar dari arah depan ke belakang.

B. Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada klien dan keluarganya.
Perawat harus membantu klien mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran
janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang
melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan klien dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan
hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Eni Nur. 2011. ILMU PRAKTIS KEBIDANAN. Surabaya: Victory Inti Cipta.

Mitayani. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Jakarta: Salemba Medika.

Varney, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. EGC: Jakarta.

Manuaba, dkk. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC : Jakarta.

https://www.alodokter.com/penyebab-dan-akibat-ketuban-pecah-dini

https://www.klikdokter.com/penyakit/ketuban-pecah-dini

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-ratnasepti-7641-3-babii.pdf

https://hamil.co.id/masalah-kehamilan/ketuban-pecah-dini

17

Anda mungkin juga menyukai