1. PENDAHULUAN
Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi secara global. Berbagai
negara turut menaruh peduli pada perubahan iklim yang terjadi pada beberapa tahun kebelakang
ini. Kepedulian berbagai negara tersebut terlihat dengan diselenggarakannya konferensi PBB
mengenai perubahan iklim. Konferensi tersebut dilakukan guna membahas mengenai berbagai
keadaan iklim di berbagai negara serta kebijakan dalam menanggulangi perubahan iklim.
Perubahan iklim yang terjadi di berbagai negara memiliki berbagai dampak bagi penduduk negara
tersebut.
Perubahan iklim memberikan dampak yang besar di berbagai negara. Adapun dampak dari
terjadinya perubahan iklim adalah bertambahnya intensitas kejadian cuaca ekstrim di suatu
wilayah, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut (Surwaini,
Runtunuwu, dan Las 2010). Dampak perubahan iklim dapat memengaruhi keadaan di daratan
maupun di pesisir atau laut. Perubahan iklim yang terjadi di daratan dapat memengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Hal serupa juga dapat terjadi di pesisir maupun
laut. Perubahan iklim yang terjadi di pesisir atau laut dapat memengaruhi kehidupan organisme di
wilayah tersebut.
Sektor pertanian dan perikanan menjadi sektor yang paling sensitif terkena dampak
perubahan iklim di wilayah Asia (IPCC 2007). Wilayah Asia di dominasi oleh negara-negara agraris
yang menggantungkan nasibnya pada sektor pertanian maupun perikanan. Dengan terjadinya
perubahan iklim di Asia, maka sektor pertanian dan perikanan dapat terkena berbagai dampak.
Pada sektor pertanian, produktivitas tanaman-tanaman pertanian dapat berkurang. Hal tersebut
dikarenakan meningkatnya suhu di wilayah tertentu serta kondisi tanah yang semakin terdegradasi
(IPCC 2007). Menurut Muhammad, Wiadnya, dan Sutjipto (2009), yang disampaikan pada seminar
nasional tentang pemanasan global, dampak yang terjadi pada sektor perikanan adalah
meningkatnya permukaan air laut, meningkatnya suhu permukaan air laut, dan bertambahnya
intensitas terjadinya gelombang pasang. Hal itu dapat memberikan dampak lain berupa kerusakan
ekologi pesisir, yaitu mangrove dan terumbu karang (IPCC 2007).
Salah satu sektor yang terkena dampak dari perubahan iklim adalah sektor perikanan.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa perubahan iklim dapat merusak ekologi pesisir
dan laut. Menurut NOAA (2014), meningkatnya suhu laut dapat membuat terumbu karang
mengalami bleaching (pemutihan terumbu karang). Keadaan tersebut terjadi karena zooxanthellae
terlepas, sehingga membuat terumbu karang menjadi berwarna putih. Kondisi tersebut
menandakan bahwa terumbu karang berada dalam kondisi kritis. Kerusakan terumbu karang
diperparah dengan keberadaan manusia yang melakukan perusakan terumbu karang serta
penangkapan ikan secara berlebihan. Dengan kejadian itu maka organisme di sekitar terumbu
karang juga akan rusak dan dapat pula memengaruhi ketersediaan sumberdaya bagi masyarakat
pesisir.
Dampak perubahan iklim terjadi secara global. Benua Asia termasuk pada wilayah yang
terkena dampak oleh perubahan iklim. Salah satu negara di Asia yang terkena dampak perubahan
iklim adalah Indonesia. Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, wilayah
laut Indonesia sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Salah satu dampak dari perubahan
iklim yang terjadi di laut adalah permukaan laut yang semakin meningkat. Menurut Bakosuratnal
(2011), keadaan pantai utara Jawa sudah sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut disebabkan
permukaan laut yang meningkat serta diperburuk dengan penurunan tanah di kota-kota besar
seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Hal itu membuat daerah-daerah di utara Pulau Jawa
rentan terkena banjir rob yang disebabkan oleh pasangnya air laut dan erosi pantai.
Berbagai macam cara dilakukan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim di daerah
pesisir. Menurut artikel dari BBC Indonesia (2012), Kementrian Lingkungan Hidup menggunakan
cara adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim di pesisir. Hal serupa ditanggapi
oleh CSF, menurut CSF, masyarakat perlu diikutsertakan dengan cara membuat jaringan-jaringan
kuat antar masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi.
Menurut Diposaptono (2011), terdapat upaya mitigasi serta adaptasi yang terkait dengan
masyarakat. Masyarakat menjadi aktor penting dalam keberhasilan adaptasi dan mitigasi.
Pada penelitian Susandi, Herlianti, Tamamadin, dan Nurlela (2008) yang dilakukan di
Banjarmasin, dinyatakan bahwa dampak dari kenaikan muka laut dapat menghilangkan beberapa
wilayah daratan di Banjarmasin. Dari hal tersebut memberikan dampak pada bidang sosial dan
ekonomi masyarakat Banjarmasin, diantaranya munculnya genangan air di perkotaan,
terganggunya lahan-lahan produktif, serta terganggunya infrastruktur penopang hidup masyarakat.
Hal tersebut menunjukan perlunya tindakan adaptasi yang dilakukan oleh berbagai aspek
masyarakat di Banjarmasin. Adaptasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan tanggul dan
relokasi penduduk di sekitar Sungai Barito yang ikut terkena dampak kenaikan permukaan laut.
Selain di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Banjramasin, Provinsi Bali juga
merupakan salah satu pulau yang sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Provinsi Bali
merupakan sebuah provinsi yang dikelilingi oleh lautan. Berbagai dampak perubahan iklim dapat
terjadi di pesisir dan lautan Provinsi Bali. Bukan tidak mungkin daerah lautan di Provinsi Bali
menjadi krisis akibat perubahan iklim. Di lain pihak, pemerintah pusat justru lebih memperhatikan
Provinsi Bali sebagai tempat pariwisata. Pemerintah mendapatkan pemasukan dari keberadaan
Bali sebagai lokasi pariwisata tanpa memperhatikan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di
Provinsi Bali. Dampak perubahan iklim yang sering terjadi di Bali adalah abrasi air laut serta
kenaikan permukaan laut. Seperti yang diungkapkan VoA Indonesia pada situs resminya, tercatat
88,3 kilometer garis pantai di Bali terkena dampak abrasi.
Salah satu wilayah di Provinsi Bali yang terkena dampak perubahan iklim yang
mengkhawatirkan adalah wilayah pantai yang terletak di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Kerusakan yang terjadi di perairan pantai di Desa Lebih berupa
abrasi yang disebabkan oleh bertambah tingginya permukaan air laut. Abrasi yang terjadi di Pantai
Lebih mengakibatkan tepi Pantai Lebih semakin mendekat ke jalan raya serta rumah-rumah
penduduk yang berada di sekitar pantai juga ikut terkena abrasi. Hal lain yang disebabkan oleh
abrasi di Pantai Lebih adalah rusaknya sumberdaya alam di perairan Pantai Lebih. Apabila
sumberdaya di perairan pantai Desa Lebih terganggu, maka nelayan Desa Lebih akan semakin
sulit untuk mencari ikan di perairan Desa Lebih.
Untuk menghindari terjadinya dampak perubahan iklim yang berkelanjutan, maka
pemerintah Bali memberikan inisiatif berupa pembuatan penahan ombak pasang serta penanaman
pohon di Pantai Lebih. Dengan upaya mitigasi tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak
yang diberikan oleh perubahan iklim di Pantai Lebih. Mitigasi tersebut tidak akan berjalan lancar
tanpa adanya usaha adaptasi dari masyarakat sekitar Pantai Lebih, yaitu di Desa Lebih,
Kecamatan Gianyar. Masyarakat di Desa Lebih merupakan masyarakat yang didominasi oleh para
nelayan yang kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan laut. Apabila terjadi perubahan
iklim di laut, maka para nelayan dari Desa Lebih perlu beradaptasi terhadap perubahaan iklim
tersebut.
Kehidupan keseharian nelayan dapat menentukan persepsi mereka terhadap berbagai
fenomena yang terjadi di laut serta berbagai permasalahannya. Persepsi ini yang akan
memengaruhi tindakan adaptasi yang akan diambil oleh para nelayan. Hal tersebut menarik untuk
diteliti bagaimana hubungan antara persepsi nelayan memengaruhi perilaku adaptasi komunitas
nelayan Desa Lebih terhadap perubahan iklim serta hubungan tindakan dengan persepsi yang
dimiliki oleh nelayan. Dari hal tersebut dapat diambil sebuah tindakan adaptasi yang tepat untuk
digunakan nelayan di Desa Lebih dalam menanggapi keberadaan perubahan iklim.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
permasalahan yang dapat diangkat pada topik penelitian mengenai hubungan antara persepsi
dengan tindakan adaptasi komunitas nelayan Desa Lebih terhadap perubahan iklim, yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan klasifikasi nelayan terhadap persepsi nelayan terhadap perubahan
iklim?
2. Bagaimana hubungan persepsi dengan adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim?
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantara lain, yaitu :
1. Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai Pola adaptasi
masyarakat pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Dengan begitu penelitian ini dapat
menjadi referensi selanjutnya. Selain itu diharapkan dapat menambah khasanah serta
kajian ilmu pengetahuan psikologi sosial dan konsep nilai yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam menyusun berbagai kebijakan perihal penanggulangan perubahan iklim. Selain itu
menjadi acuan untuk dapat menjaga kelestarian wilayah-wilayah yang rentan terkena
dampak perubahan iklim.
3. Masyarakat Setempat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat setempat mengenai
dampak dari perubahan iklim serta membangun kesadaran masyarakat untuk mau
menjaga lingkungan tempat tinggalnya.
2. PENDEKATAN TEORITIS
Karakteristik Nelayan
Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan, nelayan adalah orang
yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa
nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam penangkapan ikan atau
binatan air (Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 dikutip Patriana
2011). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pekerja yang membuat jaring, pengangkut alat
penangkapan ke dalam perahu tidak diartikan sebagai nelayan.
Karakteristik masyarakat pesisir merupakan sebuah representasi komunitas desa-pantai
yang dapat dilihat dari berbagai aspek menurut Satria (2002) dikutip Helmi (2011). Aspek-aspek
tersebut meliputi sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, peran wanita, struktur sosial, dan
posisi sosial nelayan. Dalam penelitian Patriana (2011) dijelaskan bahwa ciri-ciri nelayan yang
dapat diamati meliputi usia, pendidikan, lama tinggal di wilayah pesisir, pengalaman nelayan, serta
klasifikasi nelayan.
Menurut Satria (2002) dikutip Helmi (2011) nelayan yang melakukan kegiatan
penangkapan ikan di laut dapat terbagi atas dua kelompok berdasarkan kepemilikan kapital, yaitu
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik merupakan orang-orang yang memiliki sarana
penangkapan, seperti perahu, jaring, dan alat tangkap lainnya. Sementara nelayan buruh adalah
orang-orang yang menjual jasa sebagai tenaga kerja buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di
laut, atau dapat pula disebut sebagai anak buah kapal (ABK).
Persepsi
Menurut Baron dan Byrne (2004) persepsi adalah suatu proses memilih, mengorganisir,
dan menginterpretasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk
memahami dunia sekitar. Sementara menurut Mulyana (2010) dikutip oleh Purnamasari (2012)
persepsi manusia terbagi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia. Persepsi dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang
berkaitan dengan objek dan orang.
Persepsi juga didefinisikan sebagai sebuah proses saat individu mengorganisasikan serta
menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna pada lingkungan mereka Robbins
(2001) dikutip Purnamasari (2012). Sebagai contohnya adalah saat seseorang akan membeli
sebuah barang misalnya mobil, sangat mungkin pembelian yang dilakukannya dapat memengaruhi
hal yang dipersepsikannya. Unsur lingkungan dapat memengaruhi persepsi yang dimiliki
seseorang seperti lokasi, cahaya, panas, atau keberadaan faktor situasional. Kedekatan objek
antara satu sama lain dapat cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah
(Purnamasari 2012).
Myers (1988) mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah arahan seseorang untuk
berperilaku. Pengertian ini didasarkan pada saat terdapat suatu stimulus yang menarik
perhatiannya, maka yang akan terjadi adalah suatu proses perceiving dan meaning selain itu,
terdapat pula interpretasi terhadap simbol-simbol yang ada pada stimulus tersebut. Proses
persepsi tersebut dipengaruhi oleh konteks dimana individu tersebut berada.
Pada riset yang dilakukan oleh Copsey, Dalimunthe, Hoijtink, dan Stoll (2013) dijelaskan
bahwa masyarakat perlu memiliki informasi terlebih dahulu mengenai perubahan iklim di daerah
tempat tinggalnya. Informasi tersebut didapat berdasarkan pengalamannya berada di wilayah
tersebut. Persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional
seperti pemahaman terhadap perubahan iklim, pengetahuan dampak perubahan iklim yang
dirasakan masayrakat, kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan iklim, serta reaksi yang
dilakukan masyarakat.
Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena yang terjadi dalam cakupan global. Sektor
pesisir merupakan salah satu sektor yang terpapar oleh perubahan iklim. Masyarakat pesisir harus
memiliki sebuah tindakan untuk dapat menghadapi perubahan iklim yang terjadi di daerah pesisir.
Aktor utama yang menjadi sorotan adalah komunitas nelayan. Sebagai seorang nelayan tentunya
perlu melakukan kegiatan melaut. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Terpaparnya kawasan pesisir oleh perubahan seperti gelombang tinggi dan kenaikan permukaan
air laut dapat memengaruhi pekerjaan komunitas nelayan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
adaptasi dalam menghadapi fenomena perubahan iklim yang terjadi di sektor pesisir.
Komunitas nelayan yang melakukan kegiatan melaut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
nelayan besar dan nelayan kecil. Kedua kelompok tersebut terbagi berdasarkan kepemilikan
kapitalnya masing-masing. Dengan kepemilikan kapital yang berbeda tentu saja memiliki cara-cara
yang berbeda dalam melaut dan mencari penghasilan. Perbedaan cara melaut dan mencari
penghasilan membuat kelompok nelayan besar dan nelayan kecil memiliki perbedaan pada
interaksinya dengan bentuk perubahan iklim. Klasifikasi nelayan tersebut juga berhubungan
dengan persepsi nelayan terhadap perubahan iklim.
Persepis nelayan terhadap perubahan iklim dapat dilihat dari tingkat keterpaparan nelayan
oleh perubahan iklim. Dari situlah masyarakat akan mencari informasi mengenai perubahan iklim
tersebut, sehingga tingkat pengetahuan juga dapat memengaruhi persepsi yang dimiliki oleh
nelayan. Persepsi nelayan terhadap perubahan iklim juga dapat tumbuh karena reaksi yang
dilakukannya terhadap perubahan iklim yang terjadi di desanya. Persepsi masyarakat nelayan
berdasarkan ketiga hal tersebut dapat berhubungan pada tindakan adaptasi apa yang dilakukan
oleh komunitas nelayan Desa Lebih dalam menghadapi perubahan iklim.
Tindakan adaptasi nelayan dapat digolongkan pada tindakan akomodatif, tindakan
protektif, dan tindakan mundur. Ketiga tindakan tersebut dapat dilakukan oleh komunitas nelayan.
Akan tetapi, dapat lebih baik apabila komunitas nelayan telah memiliki persepsi sebelumnya
mengenai perubahan iklim tersebut. Ketiga tindakan adaptasi tersebut dapat disesuaikan dengan
persepsi nelayan terhadap perubahan iklim yang terjadi di Desa Lebih. Hal tersebut dapat
digambarkan pada kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar berikut ini.
Persepsi Nelayan
Terhadap Perubahan Adaptasi
Iklim Komunitas
Klasifikasi Nelayan
Nelayan Terhadap
Berdasarkan Kapital
Tingkat keterdedahan Perubahan Iklim
yang Dimiliki
dampak
Pemahaman tentang Tindakan protektif
Nelayan Besar
perubahan iklim Tindakan
Nelayan Kecil
Reaksi masyarakat akomodatif
terhadap perubahan Tindakan mundur
iklim
Keterangan :
: Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran (Gambar 1) dapat ditarik beberapa hipotesis penelitian, yaitu:
1. Terdapat hubungan antara klasifikasi nelayan berdasarkan kapital yang dimiliki dengan
persepsi nelayan terhadap perubahan iklim.
2. Terdapat hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan adaptasi yang
dilakukan nelayan terhadap perubahan iklim.
Definisi operasional yang digunakan dari masing-masing variabel dalam penelitian, antara lain :
1. Klasifikasi nelayan adalah pembagian komunitas nelayan berdasarkan modal yang dimiliki
oleh nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan. Klasifikasi nelayan terbagi
menjadi dua, yaitu nelayan besar dan nelayan kecil. Hal ini dapat diukur melalui :
a. Nelayan Besar adalah nelayan yang memiliki sarana penangkapan ikan.
b. Nelayan Kecil adalah nelayan yang memiliki jasa untuk menjadi tenaga pada kegiatan
penangkapan ikan.
2. Persepsi nelayan terhadap perubahan iklim adalah pemahaman dan interpretasi berbagai
informasi untuk memahami peristiwa perubahan iklim. Pengukuran persepsi nelayan dapat
diukur dengan adanya :
a. Tingkat keterdedahan dampak adalah tingkat dampak yang dirasakan oleh komunitas
nelayan di daerah tempat tinggal nelayan. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
b. Tingkat pemahaman tentang perubahan iklim adalah pemahaman nelayan terhadap
kejadian perubahan iklim yang terjadi di tempat tinggal nelayan. Data diukur dengan skor
ya (2) dan tidak (1).
c. Reaksi yang dilakukan masyarakat bentuk respon yang diberikan oleh masyarakat dalam
menghadapi perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
3. Adaptasi komunitas nelayan adalah penyesuaian yang dilakukan oleh nelayan terhadap
berbagai peristiwa yang disebabkan oleh perubahan iklim. Data dikategorikan kedalam :
a. Tindakan akomodatif adalah tindakan penyesuaian diri terhadap dampak yang terjadi
akibat perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
b. Tindakan protektif adalah tindakan pencegahan dampak yang terjadi akibat perubahan
iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1)
c. Tindakan mundur adalah tindakan untuk menghindari dampak yang terjadi akibat
perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
3. PENDEKATAN LAPANG
Penelitian ini menggunakan dua buah pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif
dengan didukung pendekatan kualitatif untuk menambah data dan informasi yang diperoleh.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sehingga
dapat memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan
cara wawanacara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi terkait tujuan penelitian yang
dilakukan.
Penelitian dilakukan di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena beberapa pertimbangan,
diantaranya ialah:
1. Pantai Lebih yang terletak di Desa Lebih mengalami dampak perubahan iklim yang dapat
dikategorikan parah.
2. Terdapat penahan ombak sebagai tindakan sementara yang dilakukan pemerintah untuk
menanggulangi dampak perubahan iklim di Pantai Lebih.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, dimulai pada bulan
Februari 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal
penelitian dilanjutkan dengan kolokium penyampaian proposal penelitian dan perbaikan proposal
penelitian. Dilanjutkan dengan pengambilan data di lapangan, lalu pengolahan dan analisis data,
penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden dan informan. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah komunitas nelayan pada masyarakat nelayan di Desa Lebih. Responden yang
diambilo berjumlah 35 orang. Responden tersebut diambil dari dua klasifikasi kelompok, yaitu
kelompok nelayan besar dan nelayan kecil. Pengambilan responden dilakukan dengan
menggunakan stratified random sampling. Responden akan diwawancarai sesuai dengan
kuesioner yang telah dibuat, jawabannya tersebut dianggap mampu memberikan informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
Primer didapatkan dari observasi lapang, kuesioner, serta wawancara mendalam yang dilakukan
kepada responden maupun informan. Data sekunder didapatkan dari dokumen tertulis di kantor
desa dan kantor kecamatan. Selain itu, data sekunder dapat diperoleh dari berbagai buku maupun
penelitian sebelumnya yang telah melakukan penelitian terkait
Dalam penelitian ini data yang diperoleh secara kualitatif maupun kuantitatif akan diolah
untuk selanjutnya dianalisis. Untuk data yang diperoleh melalui metode kuantitatif akan diolah
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Pembuatan tabel tabulasi silang, tabel frekuensi,
grafik, dan diagram yang diolah menggunakan aplikasi tersebut. Sementara kualitatif akan diolah
dengan melakukan reduksi data, penyajian daa, dan penarikan kesimpulan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang relevan, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan sesuai
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
[Bakosuratnal] Badan koordinasi survei dan pemetaan nasional. 2011. Workshop Dampak
Kenaikan Permukaan Laut Pada Lingkungan Pantai Indonesia [internet]. [dikutip 21
Februari 2014]. Dapat diunduh dari http://www.bakosurtanal.go.id/rilis-
pers/show/workshop-dampak-kenaikan-permukaan-laut-pada-lingkungan-pantai-
indonesia-2
[BBC Indonesia] British Broadcasting Corporation in Indonesia. 2012. Kampung Iklim untuk
turunkan emisi [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/05/120515_kampungiklim.shtml
[DNPI] Dewan Nasional Perubahan Iklim. Loss and Damage Terkait Perubahan Iklim: Sebuah
Dimensi Baru Bagi Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia [internet]. [dikutip 20 Februari
2014]. Dapat diunduh dari http://www.dnpi.go.id/DMS.V3/download.php?id=343
[IPCC].Intergovernmental Panel of Climate Change. 2007. Impact, Adaptation, and Vulnerability
[internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg2/en/ch10s10-1-2.html
[IPCC].Intergovernmental Panel of Climate Change. 2012. Glossary of terms. In: Managing the
Risks of Extreme Events and Disasters to Advance Climate Change Adaptation. A
Special Report of Working Groups I and II of the Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.ipcc.ch/pdf/special-reports/srex/SREX-Annex_Glossary.pdf
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2014. What is Coral Bleaching?
[internet]. [dikutip 20 Maret 2014]. Dapat diunduh dari
http://oceanservice.noaa.gov/facts/coral_bleach.html
[UNFCCC] United Nation Framework Conveention on Climate Change. 2007. Sekilas Tentang
Perubahan Iklim [internet]. [dikutip 20 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_i
klim.pdf
[UU] Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Pratama Gelora
Aksara. 307 hal.
[VoA Indonesia] Voice of America in Indonesia. 2014. 88,3 Kilometer Garis Pantai Bali Alami Abrasi
[internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.voaindonesia.com/content/garis-pantai-bali-alami-abrasi/1826370.html
Baldo-Soriano E, de Chavez R, Erni C, Tugendhat H. 2010. Apa itu REDD? Sebuah Panduan
untuk Masyarakat Adat [internet]. [dikutip 23 Februari 2014 ]. Dapat diunduh dari
www.forestpeoples.org
Binternagel NB. 2011. Adaptation to Natural Hazards in Central Sulawesi, Indonesia-Strategies of
Rural Households [disertasi][internet].[dikutip 10 Maret 2014]. Dapat diunduh dari
http://ediss.uni-goettingen.de/bitstream/handle/11858/00-1735-0000-0006-B2F8-
C/binternagel.pdf?sequence=1
Copsey T, Dalimunthe S, Hoijtink L, Stoll N. 2013. Indonesia : Bagaimana Orang Indonesia Hidup
di Tengah Perubahan Iklim dan Bentuk Komunikasi Apa yang Dapat Dilakukan [internet].
[dikutip 15 Maret 2014]. Dapat diunduh dari
http://downloads.bbc.co.uk/rmhttp/mediaaction/pdf/climateasia/reports/translations/homep
age/ClimateAsia_Indonesian_Bahasa.pdf
Diposaptono S. 2011. Sebuah Kumpulan Pemikiran : Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan
Iklim (Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Abrasi, Pemanasan Global, dan Semburan Lumpur
Lapindo). Jakarta [ID]: Kementrian Kelautan dan Perikanan. 192 hal.
Helmi A. 2011. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis Kawasan Pesisir (Studi
Kasus: Desa Pulau Panjang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan) [skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 119 hal
Muhammad S, Wiadnya DGR, Sutjipto DO. 2009. Adaptasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Kelautan Terhadap Dampak Perubahan Iklim Global. Seminar Nasional Pemanasan
Global : Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia, 31 Januari 2009,
Malang. [internet]. [dikutip 2 Maret 2014]. Dapat diunduh dari
http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Makalah_ClimatChange-UB_31Jan09.pdf
Purnamasari AI. 2013. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Desa Cipaganti Terhadap Kukang Jawa
(Nycticebus javanicus) [skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 96 hal
Patriana R. 2011. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus Nelayan Dusun
Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
[skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 128 hal.
Surmaini E, Runtunuwu E, dan Las I. 2013. Upaya Sektor Pertanian dalam menghadapi
Perubahan Iklim. Jurnal Litbang Pertanian [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]; 30 (1).
Dapat diunduh dari http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3301111.pdf
Susandi A, Herlianti I, Tamamdin M, Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan [internet].
[dikutip 23 Februari 2014] 12(2). Dapat diunduh dari
http://blog.umy.ac.id/ghea/files/2011/12/Dampak-Perubahan-Iklim-Terhadap-Ketinggian-
Muka-Laut-Banjarmasin.pdf
Tauli-Corpuz V. et al. 2008. Panduan Tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat [internet].
[dikutip 3 Maret 2014]. Dapat diunduh dari www.tebtebba.org
LAMPIRAN
Peta Lokasi
Kuesioner Penelitian
Nomor Responden
KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Usia : tahun
Alamat :
Nomor telpon :
Pendidikan : ( ) Tidak Tamat SD
( ) Tamat SD
( ) Tamat SMP / Sederajat
( ) Tamat SMA / Sederajat
( ) Tamat Perguruan Tinggi
Lama Tinggal di lokasi :
Pekerjaan utama : ( ) Nelayan
( ) Pedagang
( ) Lainnya :
Pekerjaan Sampingan :
Tingkat keterdedahan
No Pernyataan Ya Tidak Alasan
Apakah bapak/ibu merasakan
dampak perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu merasakan
dampak perubahan iklim
mengubah kehidupan bapak/ibu?
Apakah dampak perubahan iklim
menjadikan kehidupan bapak/ibu
lebih baik?
Apakah dampak perubahan iklim
mengubah keadaan lingkungan
sekitar rumah bapak/ibu?
Apakah dampak perubahan iklim
mengubah cara-cara bapak/ibu
dalam mencari nafkah?
Tingkat pengetahuan
No Pernyataan Ya Tidak Alasan
Apakah bapak/ibu pernah
mendengar istilah perubahan iklim
sebelumnya?
Apakah bapak/ibu menganggap
perubahan iklim itu sedang terjadi?
Apakah bapak/ibu mengetahui
bentuk perubahan iklim yang
terjadi di sini?
Apakah bapak/ibu mengetahui
dampak-dampak yang terjadi dari
perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu mengetahui
tindakan apa saja yang dapat
bapak/ibu gunakan untuk
menghadapi perubahan iklim?
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Sampling
3.3. Pengumpulan Data
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Desa Lebih
5. KLASIFIKASI NELAYAN DI DESA LEBIH
6. HUBUNGAN KLASIFIKASI NELAYAN DENGAN PERSEPSI NELAYAN
6.1. Hubungan Nelayan Besar dengan Tingkat Keterdedahan
6.2. Hubungan Nelayan Besar dengan Tingkat Pemahaman
6.3. Hubungan Nelayan Besar dengan Reaksi yang diberikan
6.4. Hubungan Nelayan Kecil dengan Tingkat Keterdedahan
6.5. Hubungan Nelayan Kecil dengan Tingkat Pemahaman
6.6. Hubungan Nelayan Kecil dengan Reaksi yang diberikan
7. HUBUNGAN PERSEPSI NELAYAN DENGAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
8. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.2. Saran