Anda di halaman 1dari 5

SURAT KEPUTUSAN

PIMPINAN KLINIK ANDRI MEDISTRA


NOMOR : 002/SK/VIII/2019
TENTANG
LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN LAYANAN
Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa

Menimbang :

a. bahwa pelayanan klinis klinik pratama di laksanakan sesuai kebutuhan pasien;


b. bahwa pelayanan klinis klinik pratama perlu di perhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana pada huruf a dan b tersebut untuk
menjamin pelayanan klinis di klinik pratama terlaksana sesuai kebutuhan pasien,
bermutu dan memperhatikan keselamatan pasien maka perlu di susun kebijakan
pelayanan klinis di klinik pratama;

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di FKTP;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanana
Minimal;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN


LAYANAN

Kesatu : Menetapkan kebijakan klinis di klinik pratama sebagaimana


tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak terpisah
dari surat keputusan ini;
Kedua : Keputusan ini berlaku mulai tanggal di tetapkan, apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
surat keputusan ini akan di tinjau dan diadakan perubahan
seperlunya;

Ditetapkan di : Klinik Andri Medistra


Pada tanggal : 31 Agustus 2019
Pimpinan Klinik

Andri Havyatra Lubis


Lampiran : Keputusan Pimpinan Klinik Andri Medistra
Nomor : 002/SK/VIII/2019
Tentang : Pelayanan klinis

PELAYANAN KLINIS KLINIK ANDRI MEDISTRA


A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus di pandu dengan prosedur yang jelas
2. Pendaftaran di lakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi criteria sebagai
berikut :
a. Syarat Kepribadian
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Sopan
- Ramah
- Sabar
b. Syarat keahlian
- Mampu mengoperasikan computer
- Mampu menyusun laporan
- Tata penyimpanan arsip
- Teknik komunikasi dengan telepon
- Teknik mengetik surat
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien
4. Identitas pasien harus di pastikan minimal dengan cara identifikasi sebagai berikut :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
5. Tersedianya Informasi yang di butuhkan masyarakat yang meliputi:
a. Jenis playanan
b. Tarif pelayanan
c. Fasilitas kesehatan rujukan
6. Hak dan kewajiban pasien harus di perhatikan pada keseluruhan proses pelayanan
yang di mulai dari pendaftaran.

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN DAN RENCANA LAYANAN


1. Kajian awal di lakukan secara paripurna oleh tenaga yang kompeten melakukan
pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan dan kajian
lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
3. Proses kajian di lakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian di lakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang
tidak perlu baik dalam pemeriksaan penunjang maupun pemberian terapi.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan dan professi kesehatan lain
wajib di identifikasi dan di catat dalam rekam medis.
6. Proses kajian di lakukan sesuai dengan langkah-langkah standar prosedur
operasional/SOAP.
7. Proses koordinasi dan komunikasi dalam pelayanan klinis antar praktisi baik pada
waktu transfer maupun pergantian shift, maupun pelaporan kasus dan instruksi
tindakan sesuai dengan standar prosedur operasional.
8. Pasien prioritas di layani sesuai dengan SOAP.
9. Pasien dengan kondisi gawat darurat dan beresiko tinggi harus di prioritaskan
dalam pelayanan.
10. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional
yang kompeten.
11. Tim kesehatan antar profesi harus tersedia, terdiri dari dokter, dokter gigi, apoteker,
asisten apoteker, perawat, dan bidan bila ada.
12. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus
dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
13. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang
memenuhi persyaratan.
14. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaannya di lakukan dengan peralatan dan
tempat yang memadai.
15. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan petugas.
16. Rencana layanan dan pelaksanaan pelayanan di pandu oleh prosedur klinis yang di
bakukan.
17. Jika di butuhkan layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan dan
pelaksaan layanan di susun secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
18. Rencana layanan di susun untuk tiap pasien dan melibatkan pasien
19. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spiritual, dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
20. Rencana layanan di susun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
memperhatikan efisiesi sumber daya.
21. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus di identifikasikan.
22. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus di
informasikan kepada pasien.
23. Rencana layanan harus di catat dalam rekam medis.
24. Rencana layanan harus memuat pendidikan / penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan di pandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi : pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan di lakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan harus terintegrasi dari seluruh layanan.
5. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus di catat dalam rekam medis.
6. Jika di lakukan perubahan rencana layanan harus di catat dalam rekam medis.
7. Tindakan medis / pengobatan yang beresiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
8. Pemberian informasi dan persetujuan pasien ( Informed consent ) wajib di
dokumentasikan.
9. Pelaksanan layanan klinis harus di monitor, dievaluasi dan di tindak lanjuti.
10. Evaluasi harus di lakukan terhadap pelaksanan kegiatan dan tindak lanjut.
11. Pasien lansia di prioritaskan dalam pelayanan klinis.
12. Kasus-kasus gawat darurat harus di prioritaskan dan di laksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat.
13. Kasus kasus beresiko tinggi harus di tangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus beresiko tinggi.
14. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi (
kewaspadaan universal ).
15. Pemberian obat/cairan intravena harus di laksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan yang baku dan mengikuti prosedur aseptic.
16. Kinerja pelayanan klinis harus di monitor dan di evaluasi dengan indicator yang
jelas.
17. Hak dan kebutuhan pasien harus di perhatikan pada saat pemberian layanan.
18. Keluhan pasien / keluarga wajib diidentifikasi, di dokumentasikan dan di
tindaklanjuti.
19. Penulisan rekam medis harus lengkap dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
20. Petugas kesehatan lain wajib memberitahu petugas yang bersngkutan jika terjadi
pengulangan yang tidak perlu seperti Pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan
atau pemberian obat.
21. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang, atau di rujuk, harus di jamin kesinambungannya.
22. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
23. Pasien berhak untuk menolak jika di rujuk ke sarana kesehatan lain
24. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan di pandu oleh
prosedur yang baku.
25. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib di berikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan dan tanggung
jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
26. Pelayananan anestesi dan pembedahan harus di pandu dengan prosedur baku.
27. Jenis anastesi yang dilakukan adalah anastesi lokal, anastesi blok, anastesi infiltrasi
dengan obat lidocaine dan pehacain.
28. Pelayananan anestesi dan pembedahan harus di lakukan oleh petugas yang
kompeten.
29. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatakan informed
consent .
30. Status pasien wajib di monitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan.
31. Pendidikan / penyuluhan kesehatan pada pasien di laksanakan sesuai dengan
rencana layanan.
32. Daftar kasus gawat darurat dan beresiko tinggi yang bisa di tangani;
- Luka bakar
- Cidera kepala ringan
- Syok anafilaktik
- Keracunan makanan ringan
- Serangan asma
- Serangan Jantung

D. RENCANA RUJUKAN
1. Pemulangan pasien sesuai prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemulangan /
rujukan.
3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindaklanjuti oleh dokter yang menangani.
4. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, klinik wajib memberikan alternatif pelayanan.
5. Rujukan pasien harus di sertai dengan resume klinis.
6. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis, prosedur/ tindakan yang telah di
lakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut.
7. Pasien di beri informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan
8. Kriteria merujuk pasien sesuai dengan pedoman pelayanan.
9. Pada saat pemulangan, pasien / keluarga pasien harus di beri informasi tentang tindak
lanjut layanan.
Ditetapkan di : Klinik Andri Medistra
Pada tanggal : 31 Agustus 2019
Pimpinan Klinik

Dr. Andri Havyatra Lubis

Anda mungkin juga menyukai