Anda di halaman 1dari 4

Tugas Rutin

Nama : Yurika Delvianti Nasution


Nim : 0701172092
Kelas : Ilmu Komputer 3 / Semester 3

PERANG SALIB

Perang Salib merupakan suatu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang kristen
Barat terhadapat kaum muslimin di Asia Barat dan Mesir, yang dimulai pada akhir abad ke
sebelas sampai akhir abad ketiga belas. Peperangan ini di latarbelakangi oleh beberapa faktor.
Philip K. Hitti berpendapat bahwa latar belakang terjadinya Perang Salib karena reaksi dunia
kristen Di eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak tahun 632 melakukan ekspansi, bukan
saja ke Syiria dan Asia Kecil, tetapi juga di Spanyol dan SiSilia. Faktor lain ada keinginan
mengembara dan bakat kemiliteran suku Teutonia yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka
memasuki lembaran sejarah penghancuran gereja.1

Perang salib memberi pengaruh terhadap seni perang orang Eropa. Terlebih lagi berkaitan
dengan pembuatan benteng yang dikelilingi tembok, penggunaan alat-alat pengepungan,
penggunaan manjanik (ketapel), perisai untuk pasukan berkuda, dan penggunaan burung merpati
dalam korespondensi saat berperang.2

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah kekuasaannya tidak pernah diakui di daerah
Spanyol dan daerah Afrika Utara. Kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar, bahkan pada
kenyataannya terdapat banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah. Hal itu dikarenakan
seorang khalifah dari Abbasiyah tidak mengurus daerah yang sudah ditaklukan, hanya sekedar
perluasan dan pendirian saja. Selain itu para khalifah Abbasiyah pada periode terakhir cenderung
hidup bermewah-mewah.

Faktor-faktor diatas menyebabkan beberapa golongan yang tidak sepaham dengan


Dinasti Abbasiyah mendirikan Negara ataupun kerjaan sendiri. Diantaranya adalah Thahiriyah di
Khurasan, Samaniyah, di Transoxania, Buwahiyah di Baghdad, Ayubiyah di Kurdi, Fatimiyah di

1
Susmihara, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 306.
2
Muhammad Husain Mahasinah, Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2016), h. 279-280.
Mesir, hingga sejuk yang menduduki lima besar. Pada mulanya ketika Palestina berada pada
kekuasaan Dinasti Fatimiyah , tidak ada pertentangan dari penduduk pribumi. Karena kerajaan
Fatimiyah memberikan kebebasan penduduk pribumi yang notabene beragama Kristen,
kebebasan yang diberikan berupa jaminan keselamatan dan jaminan kebebasan menjalankan
ritual keagamaan mereka di kota suci Yerussalem. Akan tetapi hal ini berbeda ketika Yerussalem
telah ditaklukkan oleh kerajaan Seljuk. Dari hal inilah berkembang Perang Salib.3

Periodesasi Perang Salib

1. Periode Pertama, Periode Panaklukan

Periode ini dimulai dari 1097 – 1144. Dari Konstantinopel tentara Salib pertama berangkat
melalui Asia Kecil, perjalanan gemilang tersebut mengakibatkan Kaisar Alexius mendapatkan
kembali semenanjung Asia Kecil. Pada periode ini pasukan Salib memperoleh kemenangan
besar, hal ini disebabkan kondisi kesultanan Saljuk yang semakin melemah. Setelah kemenangan
ini pasukan Salib berhasil mendirikan kerajaan – kerajaan Kristen di Edesia, Antiokia, Armenia,
Tarablus dan Bait al-Maqsid pada 1098 M. Pasukan Salib bertahan di Bait al-Maqdis.
Keberhasilan ini mendorong pasukan Salib untuk melanjutkan petualangannya. Pada saat yang
bersamaan, pasukan utama perang salib berhasil mencapai daratan Antiokia. Kota ini berada di
bawah kekuasaan Bani Saljuk, dengan walikotanya Yaghi-Siyan, yang telah diangkat oleh
penguasa Agung Saljuk ketiga Sultan malik Syah. Setelah serangan yang memakan waktu lama
dan sulit, akhirnya pada 1097 kota terbesar di Suriah tersebut jatuh ke tangan pasukan Salib di
bawah pimpinan Bohemond. Untuk tiga setengah abad lamanya kota ini berada di bawah
kekuasaan umat Kristen.4

2. Periode kedua, Periode Reaksi Umat Islam atas Penaklukan (1144-1149)

Periode ini merupakan periode munculnya kesadaran umat Islam atas jatuhnya Bait al-
Maqdis ke tangan tentara Salib. Reaksi pertama muncul dari Imaduddin Zanki. Zanki berhasil
mengumpulkan kembali sisa – sisa kekuatan saljuk, merapikan dan mengatur kekuatannya
kembali. Akhirnya Zanki berhasil membebaskan Aleppo dan Hammah dari tangan pasukan
Salib, pada 1144 Zanki juga berhasil merebut kerajaan Raha dari tangan tentara Salib. Imaduddin

3
Mursal Aziz, sejarah peradaban islam (Medan: Febi UINSU Press, 2018), h. 129
4
Yakub, Pendekatan, h. 134.
Zanki wafat digantikan putranya yang bernama Nuruddin Zanki, ia juga tidak kalah hebat dari
ayahnya.5

Nuruddin dibantu oleh Salahuddin hingga tahun 1147 M. Perang Salib II ini dipimpin oleh
Lode Wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari
Jerman. Laskar Islam yang terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab dipimpin oleh Nuruddin
Sidi Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh Salahuddin Yusuf ibn Ayyub. Pada
tanggal 4 juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan Salahuddin dengan tentara Salib di Hittin
dekat Baitul Maqdis. Dalam pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan
Salib, sehingga raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman mati.
Kemenangan Salahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang yang besar untuk merebut
kota – kota lainnya, termaksud Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus. Pada saat kota
Yerussalem direbut tentara Salib, mereka melakukan pembunuhan besar – besaran terhadap
orang Islam, tetapi ketika kota itu direbut kembali oleh Salahuddin, kaum muslimin tidak
melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan baik dan
lemah lembut.6

3. Periode Ketiga, Periode perang sipil dan Perang saudara.

Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka
berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bentuan dari
orang – orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja
Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan
Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al-Malik Al-
Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum Muslimin di sana dan
Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya,
Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247 M. Di masa pemerintahan Al-
Malik Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang
menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun.
Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin, tahun 1291 M.

5
Ibid,h.135
6
Aziz, Sejarah, h.136.
Demikianlah, Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di
Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.7

DAMPAK PERANG SALIB

Perang Salib menimbulkan beberapa dampak penting dalam sejarah dunia, baik dampak
positif maupun dampak negatif, baik bagi umat Islam maupun Kristen Eropa. Dampak positif
perang salib bagi umat Islam diantaranya adalah, sesungguhnya pasukan Islam telah berhasil
memantapkan penguasaannya trhadap wilayah-wilayah yang telah dikuasainya dan mengusir
pasukan salib serta memulangkan mereka dengan membawa kekalahan yang memalukan.
Namun secara umum, perang Salib tidak memberikan dampak positif yang berarti bagi umat
Islam. Lain halnya dengan dunia Kristen Eropa, perang salib telah menghasilkan interaksi bangsa
Eropa selama hampir 200 tahun dengan dunia Islam yang telah lebih dahulu memiliki peradaban
yang m aju. Tidak dapat dipungkiri bahwa Renaisance Eropa, salah satunya adalah hasil
sumbangsih interaksi pasukan salib dengan dunia Islam. Gustav Lebon mengatakan, bahwa
hubungan antara Timur dan Barat serta interaksi pasukan salib dengan umat Islam telah
menghasilkan kemajuan di bidang keterampilan dan industri.8

Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan,


mempelajari kesenian, dan peneman penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya
dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari
kehidupan industry Timur yang lebih berkembang. Orang Barat mulai menyadari kebutuhan
akan barang-barang Timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara Timur dan Barat
menjadi lebih berkembang. Kegiatan perdagangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan
kegiatan maritme di laut Tengah.9

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 79.
8
M.Yakub, Sejarah Peradaban Islam Pendekatan periodesasi (Medan : Perdana Publishing, 2015),h.137.
9
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 174-175.

Anda mungkin juga menyukai