Anda di halaman 1dari 8

Tugas Rutin

Nama : Yurika Delvianti Nasution


Nim : 0701172092
Kelas : Ilmu Komputer 3 / Semester 3

DINASTI ABBASYYAH

A. BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

Dinasti Abbasiyah mewarisi imperium dari Dinasti Umayyah. Hasil besar yang telah dicapai
oleh Dinasti Abbasiyah dimungkinkan karena landasannya telah dipersiapkan oleh Umayyah dan
Abbasiyah memanfaatkannya. Dinasti Abbasiyah berkedudukan di Bagdad. Secara turun
menurun kurang lebih tiga puluh tujuh khalifah pernah berkuasadi negeri ini. Pada dinasti ini
Islam mencapai puncak kejayaannya dalam segala bidang. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
terpanjang, berkisar antara 750-1258 M. Dinasti Abbasiyah mencapai keberhasilannya
disebabkan dasar-dasarnya telah berakar sejak Umayyah berkuasa. Ditinjau dari proses
pembetukannya, Dinasti Abbasiyah didirikan atas dasar-dasar antara lain:

1. Dasar kesatuan untuk mengahadapi perpecahan yang timbul dari dinasti sebelumnya;
2. Dasar universal, tidak terlandaskan atas kesukuan;
3. Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan;
4. Dasar kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat Islam;
5. Pemerintahan bersifat Muslim moderat, ras Arab hanyalah dipandang sebagai salah
satu bagian saja di antara ras-ras lain;
6. Hak memerintah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka.1

Pemerintahan Bani Umayyah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang yang
besar sekali, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri Sind dan berakhur di negeri
Spanyol. Ia demikian kuatnya, sehingga apabila seseorang menyaksikannya, pasti akan
berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapau
pun. Namun jalan yang ditempuh oleh pemerintahan Bani Umayyah, mekipun ia dipatuhi oleh

1
Ajid Thohir, Perkembangn Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016),
h. 44.
sejumlah besar manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak sedikit pun memperoleh
penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah sebabnya, belum sampai berlalu satu abad
dari kekuasan mereka, kaum Bani Abba berhasil menggulingkan singgasananya dan
mencampakkannya dengan mudah sekali. Dan ketika singgasana itu terjatuh, demikin pula para
rajanya, tidak seorang pun yang meneteskan air mata menangisi mereka. 2

Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam. Dinasti ini berkuasa di Bagdad
(sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam
sebagai pusat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan kehkhalifahan ini
berkuasa setelah merebutnya dari Dinasti Umayyah. Dan menundukkan semuanya kecuali
Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari Paman Nabi Muhammad yang
termuda, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke
dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke
Bagdad. Pendiri dari khalifah ini adalah Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin Al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.3

Adapun penyebab keberhasilan kaum penganjur berdirinya Khilafah Bani Abbas ialah
karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin pada umumnya, bahwa Bani Abbas adalah
keluarga yang dekat kepada Nabi sawa., dan bahwasanya mereka akan mengamalkan syari’at
Allah. Oleh sebab itu, ketika as-Saffah dibai’at sebagai khalifah di kota Kufah, pada bulan
Rabi’uts-Tsani tahun 132 H., dalam pidato pertamanya setelah menyebutkan tentang kezaliman-
kezaliman yang dilakukan oleh Bani Umayyah, ia berkata: “Dan sesungguhnya aku berharap
kalian tidak akan lagi didatangi oleh kezaliman, pada saat kebaikan telah datang kepadamu, tidak
pula kehancuran pada saat perbaikan telah datang mengunjungimu.” Setelah itu berdirilah paman
As-Saffah, Daud bin Ali, dan ia menegaskan di hadapan orang banyak.”Demi Allah, gerakan
yang telah kami lakukan ini sama sekali tidak bertujuan untuk menumpuk harta-benda, menggali
sungai, membangun istana atau mengumpulan emas atau perak, tapi sesungguhnya kami telah
bertindak demi memprotes perampasan hak kami, dan demi membela putera-puteri paman kami
(yakni keluarga Abu Thalib), dan karena buruknya perlakuan Bani Umayyah terhadap kalian,

2
Abdul A’la Al-Mauddi, Khilafah dan Kerajaan (Bandung: Mizan, 1996), h. 248.
3
Mursal Aziz dan Siti Fatimah, Loc.Cit.
penghinaan mereka terhadap kalian dan monopoli mereka dengan tunjangan dan harta yang
menjadi hak kalian. Maka dengan ini kami berjanji kepada kalian, demi kesetiaan kami kepada
Allah dan Rasul-Nya dan demi kehormatan Abbas, untuk memerintah di kalangan kalian sesuai
dengan apa yang diturunkan oleh Allah, melaksanakan Kitab Allah dan berjalan – baik di
kalangan umum atau pun khusus – dengan teladan Rasulullah saw.”

Sesungguhpun demikian, pemerintahan mereka itu belum berjalan cukup lama, ketika
tindakan dan perilaku mereka menunjukkan bahwa segala yang mereka sebutkan itu ternyata
adalah penipuan muslihat belaka.4Di antara situasi-situasi yang mendorong berdirinya Dinasti
Abbasiyah dan menjadi lemah dinasti sebelumnya adalah:

1. Timbulnya pertentangan poitik antara Muawiyah dengan pengikut Ali bin Abi Thalib
(Syiah);
2. Munculnya golongan Khawarij, akibat pertentangan politik antara Muawiyah dengan
Syiah, dan kebikjakan-kebijakan land reform yang kurang adil;
3. Timbulnya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai;
4. Adanya dasar peafsiran bahwa keputusan politik harus didasarkan pada Alqur’an dan
oleh golongan Khawarij orang Islam non-Arab;
5. Adanya konsep hijrah di mana setiap orang harus bergaung dengan golongan
Khawarij yang tidak bergabung dianggapnya sebagai orang yang berbeda pada dar
al-har, dan hanya golongan Khawarijlah yang berada pada dar al-Islam;
6. Bertambah gigihnya perlawanan pengikut Syiah terhadap Umayyah setelah
terbunuhnya Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala;
7. Munculnya paham mawali, yaitu paham tentang perbedaan antara orang Islam Arab
dengan non-Arab.5

4
Abdul A’la Al-Mauddi, Op.Cit., h. 249.
5
Ajid Thohir, Op. Cit., h. 45.
B. KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN DINASTI BANI ABBASIYAH
1. Kemajuan

Umat Islam sesungguhnya banyak dipacu untuk dapat mengembangkan dan memberikan
motivasi, melakukan inovasi serta kreativitas dalam upaya membawa umat kepada keutuhan dan
kesempurnaan hidup. Kejayaan Daulah Bani Abbas terjadi pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid
dan anaknya, al-Makmun. Ketika Ar-Rasyid memerintah, Negara dalam keadaan makmur,
kekayaan melimpah , keamanan terjamin walau ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya
mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Pada masanya hidup pula para filosofi, pujangga, ahli
baca al-Qur’an dan para ulama di bidang agama.6

a. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan

Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan Dunia Islam selalu bermuara di Masjid.
Masjid dijadikan centre of education. Pada Dinasti Abbasiyah inilah mulai adanya
pengembangan keilmuan dan teknologi. Pada perkembangan selanjutnya mulailah dibuka
madrasah-madrasah yang dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun 455-485H.
Lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Nizhamul Muluk
merupakan pelopor pertama yang mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada seperti sekarang
ini dengan nama madrasah.

b. Corak Gerakan Keilmuan

Gerakan keilmuan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik. Kajian keilmuan yang
kemanfaatannnya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu kedokteran, disamping kajian yang
bersifat pada Al-Quran dan Al-Hadis

c. Kemajuan dalam Bidang Agama

Pada Dinasti Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode
penafsiran, yaitu tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi. Dalam bidang Hadist, yang pada
zamannya hanya bersifat penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat.
Pada zaman ini juga mulai diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis. Pengklasifikasian

6
Mursal Aziz dan Siti Fatimah, Op. Cit, h. 91.
itu secara ketat dikualifikasikan sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadis Shahih, Dhaif dan
Maudhu. Bahkan dikemukakan pula kritik sanad dan matan. 7

Dalam bidang fiqih, pada masa ini lahir fuqaha legendaris yang kita kenal, seperti Imam
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafei, dan Imam Ahmad ibnu Hambal. Sehingga ilmu fiqih juga
ikut berkembang dan muncullah empat madzhab fiqih; madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan
Hambali.8

d. Kemajuan Ilmu Pengetahauan, Sains dan Teknologi.

Diantara kemajuan nya yaitu :

1) Perumusan ilmu Logaritma


2) Perumusan ilmu Aljabar
3) Perumusan ilmu segitiga
4) Perumusan ilmu optick oleh Al-Hasan bin Al-Haitsam
5) Penemuan bola bumi dan perputarannya pada porosnya serta pergerakannya mengelilingi
matahari.
6) Penemuan jam-jam yang memiliki bandul.

e. Perkembangan Politik, Ekonomi dan Administrasi

Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, umat Islam benar-benar berada di
puncak kejayaan dan memimpin peradaban duni saat itu. Kebijakan-kebijakan politik yang
dikembangkan pada masa ini yaitu:

1) Memindahkan ibukota Negara dari Damaskus ke Bagdad.


2) Memusnahkan keturunan Bani Umayyah.
3) Merangkul orang-orang Persia dalam rangka politik memperkuat diri.
4) Menumpas pemberontakan-pemberontakan.
5) Menghapus politik kasta

7
Ajid Thohir, Op. Cit, h. 51.
8
Salamah Muhammad Al-Harafi Al-Ballawi, Op. Cit, h. 401.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah II, kekuasaan politik mulai menurun dan terus
menurun, terutama kekuasaan politik pusat. Dikarenakan Negara-negara bagian sudah tidak
begitu memperdulikan lagi pemerintahan pusat, kecuali pengakuan secara politis saja. Ekonomi
pada masa ini dapat dikatakan cukup stabil dan menunjukkan angka vertical devisa Negara
penuh berlimpah-limpah. Khalifah Al-Manshur merupakan tokoh ekonomi Abbasiyah yang telah
mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan Negara.
Disektor pertanian, daerah-daerah pertanian diperluas disegenap wilayah Negara, bendungan-
bendungan dan digali kanal-kanal sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau oleh
irigasi. Dalam bidang administrasi Negara, masa Dinasti Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan
Dinasti Umayyah. Hanya saja pada masa ini telah mengalami kemajuan-kemajuan,perbaikan dan
penyempurnaan.9

2. Kemunduran

Dinasti Abbasiyah menghadapi berbagai faktor yang menyebabkan kelemahan dan


kehancuran selama beberapa abad lamanya. Diantaranya yaitu faktor intern dan ekstern yang
berkaitan erat dengan karakter pemerintahan Dinasti Abbasiyah itu sendiri dan wilayah
kekuasaannya yang luas. Begitu juga berkaitan dengan pejabat Negara dan penyelanggara
pemerintahan itu sendiri, termasuk didalamnya sang khalifah, paraa menteri, dan komandan
militernya., yang tenggelam dalam kerusakan dan merebaknya gaya hidup menyimpang dari
ajaran islam. Melihat realita seperti ini, maka muncullah fenomena separatisme dan pemisahan
Negara-negara Islam dari kekhalifahan Abbasiyah di Bagdad. Diantara Negara-negara yang
memisahkan diri tersebut antara lain:

a. Dinasti Saljuk di Persia dan Irak


b. Dinasti Umawiyah di Andalusia.
c. Dinasti Touluniyah-Ikhsyidiyah dan Fathimiyah di Mesir
d. Dinasti Zaidiyah-Shafariyah-Samaniyah- dan Buwaihiyah di Persia
e. Dinasti Aghalibah-Bani Idris-Dinasti Fathimiyah dalam fase pertamanya-Daulah
Murabithun dan Muwahhidun di Afrika Utara

9
Ajid Thohir, Op. Cit, h. 49-54.
f. Bani Hamdan di Aleppo10

Adapun faktor-faktor penyebab kemunduran daulah Abbasiyah sehingga tumbang


adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal
1) Kemewahan hidup dikalangan penguasa.
Perkembangan peradaban dan kemajuan yang besar yang dicapai Dinasti
Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah. Setiap Khalifah cenderung ingin mewah daripada pendahulunya.
Kondisi ini memberikan peluang kepada tentara professional asal turki untuk
mengambil alih kendali pemerintahan.
2) Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah.
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin.
Ditambah dengan masuknya unsure turki dan Persia. Setelah Al-Mutawakkil
wafat, penggantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas
khilafah pada periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah
yang wafat dengan wajar. Selebihnya khalifah itu wafat karena dibunuh atau
diracuni dan diturunkan secara paksa.
3) Konflik Keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dam Khalifah Ali yang berakhir
dengan lahirnya ketiga kelompok umat: pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan
Khawarij. Ketiga kelompok ini berebut pengaruh. Yang senantiasa
berpengaruh pada masa kehilafah Abbasiyah adalah kelompok sunni dan
kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antar kelompok
tersebut saling mendukung, namun antara dua kelompok tak pernah ada satu
kesepakatan.
b. Faktor Eksterenal
1) Banyaknya Pemberontakan

10
Fathi Zaghrut, Bencana-bencana Besar dalam Sejarah Islam ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2014), h59.
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, akibatnya provinsi-
provinsi yang dipimpin gubernur yang bersangkutan melepaskan diri dari
genggaman penguasa Bani Abbas.
2) Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami
kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan
orang-orang professional dibidang kemiliteran, khususnya tentara Turki,
kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan
anggota militer inilah yang dalam perkembangan selanjutnya mengancam
kekuasaan khalifah, tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut.
3) Dominasi Bangsa Persia
Pada mulanya bangsa Persia berkhidmat kepada pembesar-pembesar
daripada khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima
tentara, diantaranya menjadi panglima besar. Setelah mereka berkedudukan
kuat, para khalifah Abbasiyah berada dibawah telunjuk mereka dan seluruh
pemerintahan berada ditangan mereka dan khalifah tinggal nama saja.11

Faktor-faktor diatas merupakan hal-hal yang melatar belakangi mundurnya Dinasti


Abbasiyah.

11
Mursal Aziz dan Siti Fatimah, Op. Cit, h. 94-96.

Anda mungkin juga menyukai