Anda di halaman 1dari 4

A.

Cara Kerja Obat Anemia


1. Tablet Besi (Fe)
Besi terdapat dalam makanan, terutama sebagai kompleks ferri, yang
dalam lambung diubah menjadi ferroklorida dimana vitamin C bertindak
sebagai stabilisator. Kadar normalnya dalam serum antara 11-27
milimol/liter. Absorpsi tablet Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung
di duodenum dan jejenum proksimal, makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini lebih mudah diserap dalam bentuk ferro. Transportnya
melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah
diabsorpsi berubah menjadi Ion Feri dalam sel mukosa, selanjutnya ion feri
akan masuk ke plasma dengan perantara transferrin atau diubah menjadi
ferritin dan disimpan dalam sel mukosa usus.
Secara umum bila cadangan dalam tubuh tinggi dan ketubuhan akan
zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi ferritin. Setelah di
absopsi, Fe dalam tubuh akan diikat dalam dalam transferin ( siderofilin ),
suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa
jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.
Perhitungan kebutuhan tubuh untuk besi dapat dilakukan dengan
rumus berikut :

9 – Kadar Hb dalam mmol/l

Kebutuhan Fe = x 2,5 + 1

(dalam g) 9

Dalam rumus ini, 9 adalah kadar Hb rata-rata pada orang dewasa dan
2,5 adalah jumlah gram total Fe (dari Hb), sedangkan 1 merupakan jumlah
gram besi yang perlu untuk mengisi depot kosong. Perlu diperhatikan bahwa
hanya 10-3-% dari besi yang diberikan peroral yang dapat diserap tubuh.
Penggunaan oral dan parental secara bersamaan tidak boleh dilakukan, karna
penjenuhan ferritin dapat menimbulkan reaksi toksis akut.(Tjay and Rahardja,
2002)
2. Vitamin B 12 ( Sianokobalamin )
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan
SK . Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah
suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan
perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung. Setelah
di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein
plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin II),Sisanya
terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein
(transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan di
angkut ke berbagai jaringan, terutama hati yang merupakan gudang utama
penyimpanan vitamin B12 (50-90% ).
Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml
dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar. Fungsi metabolik Vit B12
bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel. Keduanya
dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu
vitamin ini menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit (anemia
megaloblastik). Defisiensi Vit B12 juga menyebabkan kelainan neurologik.
Vitamin B12 ini tidak daoat diserap dari makanan karena tidak adanya
intrinsic factor (Castle, 1992) di lambung. Intrinsic factor atau hemopetine
adalah suatu hormone yang disekresi oleh parietal diujung lambung. (Tjay and
Rahardja, 2002)
3. Asam Folat
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan
energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi.
Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih
mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari gangguan di usus
kecil, alkoholisme yg menyebabkan asupan makanan buruk, efek toksik
alkohol pada sel hepar, anemia hemolitik yg menyebabkan laju malih eritrosit
tinggi, Obat-obat yang dapat menurunkan kadar folat dalam plasma. Dalam
hati asam folat direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic acid),
suatu ko-enzim yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta
pembelahan sel. Khasiat asam folat selain bias mencegah spina bifida pada
bayi, asam folat diduga berdaya untuk mencegah PJP, khususnya infark
jantung. Asam folat diduga melindungi terhadap kanker usus besar. (Tjay and
Rahardja, 2002)
4. Eritopoietin
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk
sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit.
Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum tulang.
Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia
jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh
ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk membuat sel
darah.
EPO menstimulasi pembentukan eritrosit dan fibrin, serta pemasukan
oksigen ke otot. Efeknya adalah diperbesarnya daya tahan lama dan
peningkatan prestasi sampai 30%. Efek sampingnya berupa sakit di bagian
dada, debar jantung, darah menjadi lebih kental, sesak napas, serta hipertensi
dengan resiko infark otak dan jantung. Karenanya EPO dimasukkan kedalam
daftar obat doping oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). (Tjay and
Rahardja, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, D. T. H. and Rahardja, D. K. (2002) OBAT-OBAT PENTING Khasiat,
Penggunaan dan efek sampingnya. Kelima. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai