BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepala Sekolah
Secara etimologi kepala sekolah adalah guru yang memimpin sekolah.[1] Berarti secara
terminology kepala sekolah dapat diartikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberikan tugas
tambahan untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.
Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat
berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan
modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan.
B. Fungsi Kepala Sekolah
Soewadji Lazaruth menjelaskan 3 fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai administrator
pendidikan, supervisor pendidikan, dan pemimpin pendidikan. Kepala sekolah berfungsi sebagai
administrator pendidikan berarti untuk meningkatkan mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah
dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolahnya misalnya gedung, perlengkapan atau
peralatan dan lain-lain yang tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Lalu jika kepala
sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan berarti usaha peningkatan mutu dapat pula
dilakukan dengan cara peningkatan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui
rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan lain sebagainya. Dan kepala sekolah berfungsi
sebagai pemimpin pendidikan berarti peningkatan mutu akan berjalan dengan baik apabila guru
bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana yang demikian
ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah.[2] Itulah pendapat
Soewadji Lazaruth dalam bukunya Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, yang kurang lebih
sama dengan pendapat E. Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah Profesional, seperti
di bawah ini.
Menurut E. Mulyasa, kepala sekolah mempunyai 7 fungsi utama, yaitu:[3]
1. Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana
dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi
dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu
saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan
senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus
meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan
efisien.
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah
adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini,
kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para
guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat
sekolah, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan
melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak
lain.
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan
kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan
anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi
para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang
memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala
sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan
kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya
diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim mengemukakan
bahwa menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan,
isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran
dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala
sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah
dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya
dengan baik.
5. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas
sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan
setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut
secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa
menyebutkan kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian
kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya
diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi
yang stabil, dan (7) teladan.
6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan
baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan
sekolah, dan mengembangkan model model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai
inovator akan tercermin dari cara cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif, integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan
7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi
tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan
secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber
Belajar (PSB).
C. Peran Kepala Sekolah
Penelitian tentang harapan peranan kepala sekolah sangat penting bagi guru-guru dan
murid-murid. Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai
pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan,
administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, dan
perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Cara kerja kepala sekolah dan cara ia
memandang peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman
profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala
sekolah di bidang pengajaran. Pelayanan pendidikan dalam dinas bagi administrator
sekolah dapat memperjelas harapan-harapan atas peranan kepala sekolah.
Menurut Purwanto, bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam peranan, yaitu
: “Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan antara anggota-anggota,
menwakili kelompok, bertindak sebagai pemberi ganjaran, bertindak sebagai wasit, pemegang
tanggung jawab, sebagai seorang pencipta, dan sebagai seorang ayah.”[4]
Penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus
berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program atau rencana yang telah
ditetapkan bersama
2. Sebagai perencana (planner)
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan, sehingga
segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara sembarangan saja, tatapi segala tindakan
diperhitungkan dan bertujuan.
3. Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan
yang dipegangnya.
4. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal relationship)
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha mambangun hubungan yang harmonis.
5. Mewakili kelompok (group representative)
Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya di luar kelompoknya mencerminkan baik buruk
kelompok yang dipimpinnya.
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran / pujian dan hukuman.
Ia harus membesarkan hati anggota-anggota yang bekerja dan banyak sumbangan terhadap
kelompoknya.
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-anggotanya ia harus
dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu anggotanya.
8. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
Ia haruslah bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan
atas nama kelompoknya.
9. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kosepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam
menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju kearah yang dicita-citakan.
10. Bertindak sebagai ayah (father figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya mencerminkan tindakan
seorang ayah terhadap anak buahnya.
Apabila kita meneliti lebih lanjut, maka dapat disimpulkan 10 peran di atas sama seperti apa
yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan kita “Ki Hadjar Dewantara”, mengatakan bahwa
pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, dan Ing Tut Wuri Handayani.
D. Tugas & Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara
langsung berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam
pasal 12 ayat 1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunan serta pemeliharaaan sarana dan prasarana.[5] Menurut Dirawat, tugas dan
tanggungjawab kepala sekolah dapat digolongkan kepada dua bidang, yaitu:[6]
1. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi
Dapat digolongkan menjadi enam bidang yaitu:
a. Pengelolaan pengajaran
Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok. Kegiatan
yang berhubungan dengan pengelolaan ini antara lain:
1) Pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar program pengajaran untuk tiap
bidang studi dan tiap kelas,
2) Menyusun program sekolah untuk satu tahun,
3) Menyusun jadwal pelajaran,
4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran,
5) Mengatur kegiatan penilaian,
6) Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas,
7) Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid,
8) Mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah,
9) Mengkoordinir program non kurikuler,
10) Merencanakan pengadaan,
11) Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-alat pelajaran.
b. Pengelolaan kepegawaian
Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan
penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota staf
sekolah, pembagian tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan dan
ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah penerapan kode etik
jabatan.
c. Pengelolaan kemuridan
Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan penyelenggaran murid baru,
pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-kelas atau kelompok-kelompok (grouping),
perpindahan dan keluar masuknya murid-murid (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus
(special services) bagi murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran,
penyelenggaran testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan laporan tentang kemajuan masalah
disiplin murid, pengaturan organisasi siswa, masalah absensi, dan sebagainya.
d. Pengelolaan gedung dan halaman
Pengelolaan ini menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan, inventarisasi, pengaturan
pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan dan alat-alat material sekolah, keindahan serta
kebersihan umum, usaha melengkapi yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), lapangan
tempat bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran klasikal dan alat
peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi, fasilitas pemeliharaan sekolah,
perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi sekolah, dan alat-alat komunikasi,
e. Pengelolaan keuangan
Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru dan staf sekolah, urusan
penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-
usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian.
f. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk orang tua murid-murid, dan
untuk dapat menciptakan kerjasama antara sekolah-rumah- dan lembaga-lembaga sosial.
2. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi
Supervisi pada dasarnya pelayanan yang disediakan oleh kepala sekolah untuk membantu para
guru dan karyawan agar menjadi semakin cakap/terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan jaman. Supervisi adalah usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam membantu guru-guru agar semakin mampu mewujudkan proses belajar mengajar.[7] Di mana
Kepala Sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk
dapat menciptakan situasi belajar mengajar. Tugas ini antara lain :
a. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan
pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan.
b. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan
dan kebutuhan murid.
c. Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai dengan minat,
kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong mereka untuk terus
mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.
d. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar sejauh mana
tujuan sekolah itu telah dicapai.
[1] W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 482
[2] Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), cet. VI, hal.
20
[3] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),hal. 98-122
[4] Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),
hal. 65
[5] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah..., hal. 25
[6] Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 80
[7] http://massofa.wordpress.com/2011/02/09/fungsi-dan-tanggung-jawab-kepala-sekolah/Diakses pada
hari Minggu 27/10/12, pukul 11:15 WIB.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah kegiatan membimbing anak buah dengan jalan memberi perintah
(komando), memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberi usaha
lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arahyang ditetapkan dalam petunjuk,
peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.
4. Pengkoordinasian (coordinating)
Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan tugas-tugas
sehingga terjalin kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap
dserta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan, duplikasi, kekosongan tindakan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil
kerja sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk, atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah
diterapkan.
F. Teknik-Teknik Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang
diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar teknik supervisi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan seorang supervisor (kepala sekolah, penilik,
atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya
untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakag sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan dan kelemahan yang sekiranya
masih perlu diperbaiki.
c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi peserta didik dan atau mengatasi
problema yang dialami peserta didik.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar peserta
didik. Misalnya peserta didik yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian,
peserta didik yang nakal, peserta didikyang memiliki perasaan rendah diri dan tidak dapat
bergaul dengan teman-temannya. Disinilah peran seorang supervisor, terutama kepala sekolah
untuk dapat membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru tersebut.
d. Membimbing guru-guru dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah
Kegiatan ini antara lain mencangkup tentang penyusunan Program Semester,
penyusunan Program Satuan Pelajaran, pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas,
pelaksanaan teknik-teknik evaluasi pengajaran, penggunaan media dan sumber dalam
pengajaran, dan pengkoordinasian kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler,study
tour dan sebagainya
2. Teknik kelompok
Supervisi ini dilakukan secara berkelompok. Beberapa kegiatan yang dapatdilakukan
antara lain:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya melaksanakan kegiatan berdasarkan
rencana yang sudah disusunnya. Termasuk di dalam rencana itu mengadakan rapat-rapat secara
periodik dengan para guru. Bahan yang dapat digunakan pada rapat tersebut misalnya hal-hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
c. Mengadakan penataran-penataran
Teknik supervisi kelompok sudah banyak dilakukan melalui penataran-penataran sudah
banyak dilakukan. Misalnya untuk penataran guru-gurubidang studi tertenttu, penataran tentang
metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Tugas utama kepala
sekolah adalah mengelola dan membimbing pelksanaan tindak lanjut (follow up) dari hasil
penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
A. Kesimpulan
Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator,
supervisor,leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan. Fungsi
kepala sekolah sebagai supervisor mencangkup kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan
pembangkitan semangat dan kerjasama para guru, pemenuhan alat-alat dan perlengkapan sekolah
demi kelancaran pengajaran, pengembangan dan pembinaan pengetahuan serta keterampilan
guru-guru, dan kerjasama antara sekolah dan masyarakat, yang semuanya ditujukan untuk
mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran siswa. Teknik yang digunakan dalam
melaksanakan supervisi oleh kepala sekolahterhadap guru-guru dan pegawai sekolah dapat
dilakukan dengan teknik perseorangan dan teknik kelompok. Seberapa jauh kepala sekolah dapat
mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, dan pada gilirannya dapat
membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
A. PENGERTIAN DASAR
2. Definisi Supervisi
Supervisi merupakan usaha untuk membantu dan melayani guru dalam meningkatkan
kompetensinya. Supervisi tidak langsung diarahkan kepada siswa, tetapi kepada guru
yang membina siswa itu. Supervisi tidak bersifat direktif tetapi lebih banyak bersifat
konsultatif.
Edmonds (dalam Sagala, 2005) tentang sekolah efektif menunjukkan bahwa peran
kepala sekolah sedemikian penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada tingkatan
yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala
sekolah yang baik, artinya kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauannya
untuk bekerja keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah
menjadi jaminan keberhasilan sebuah sekolah. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan
pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di
sekolah maka kepala sekolah harus memahami perannya.
1. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan secara resmi oleh
organisasi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu, tetapi
direncanakan secara matang sebelumnya.
2. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah)
dan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru.
3. Supervisi pendidikan mempengaruhi kemampuan guru yang pada gilirannya meningkatkan
kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:
1. Melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses belajar
mengajar.
2. Mengadakan observasi kelas untuk peningkatan efektivitas proses belajar mengajar.
3. Melaksanakan pertemuan individual secara profesional dengan guru untuk meningkatkan
profesi guru.
4. Menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru secara profesional dalam pemecahan masalah
proses belajar mengajar.
5. Menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan
mutu proses belajar mengajar.
6. Melaksanakan pengembangan staf yang berencana dan terarah.
7. Melaksanakan kerjasama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif.
8. Menciptakan team work yang dinamis dan profesional.
9. Menilai hasil belajar peserta didik secara komprehensif.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil
supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran (tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan), selanjutnya
diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat
memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan
suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik
dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih
efektif.
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai
supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor
khusus yang independen dan dapat meningkatkan objektivitas pembinaan dan
pelaksanaan tugasnya. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus
mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan
dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga
kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih cermat melaksanakan
pekerjaannya.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemampuannya menyusun
dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya.
Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan
ekstra-kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboraturium dan
ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan diwujudkan dalam
pelaksanaan program supervisi klinis dan dalam program supervisi kegiatan ekstra-
kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan
diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.
SMP Islamiyah Weru Cirebon terletak di jalan Syeh Datul Kahfi No. 10 Weru Cirebon.
Sekolah ini berdiri tahun 1977 di atas lahan seluas 6115 m2 dengan SK Yayasan Islamiyah
dan jumlah rombongan belajar 28 kelas, 45 tenaga guru, 6 tenaga administrasi dan 1400
murid.
Adapun potensi-potensi yang dimiliki SMP Islamiyah Weru Cirebon diantaranya yaitu:
SDM guru 90% berijazah Sarjana Pendidikan (S1), suasana belajar nyaman dan tenang,
sarana dan prasarana sekolah sangat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran,
seperti laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, sarana olah raga:
basket, voli, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola, sepak takraw, lompat jauh, tolok peluru
dan lempar lembing. Sarana peribadatan telah tersedia dengan adanya musholla guna
melaksanakan praktek sholat dan kegiatan sholat berjamaah serta melaksanakan sholat
dhuha.
Animo masyarakat untuk menyekolahkan putra-putri mereka sangat baik, terbukti lebih
dari 400 siswa setiap tahunnya yang mendaftar ke SMP Islamiyah Weru Cirebon. Etos
kerja di lingkungan sekolah tergolong cukup tinggi terbukti dengan kehadiran guru
mencapai 95%. Pendapatan memadai karena mendapat bantuan dari pemerintah pusat
dan daerah. Sarana angkutan umum sudah ada (angkot, kopayu dan angkodes). Selain
itu, di SMP Islamiyah Weru Cirebon sering menjuarai even-even perlombaan, khususnya
dalam bidang ekstrakurikuler.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka SMP Islamiyah Weru Cirebon memiliki peluang
untuk bersaing dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya terutama sekolah-sekolah
swasta yang sederajat di sekitar wilayah Cirebon. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh
SMP Islamiyah Weru Cirebon ini antara lain: belum adanya keterbatasan ruang atau
tempat yang diperuntukan untuk ruang kelas tambahan dan serta lapangan untuk sepak
bola dan upacara, dan kerja sama masyarakat pun masih sangat kurang.
Dibantu PKS :
Ridwan J
BP : H. Narisa
VISI : Sumber daya manusia berakhlak terpuji, berkarakter rajin belajar, berprestasi
dalam bidang keilmuan dan ekstrakurikuler, berguna bagi nusa dan bangsa.
MISI :
1. Mengembangkan akhlak terpuji melalui fasilitas penghayatan dan pengamalan norma agama,
norma susila dan peraturan yang berlaku.
2. Menumbuhkan karakter rajin belajar dan bertindak dengan model PAKEM.
3. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang profesional.
4. Mengembangkan seluruh unsur sekolah berdasarkan standar nasional pendidikan.
5. Menata lingkungan sebagai wawasan Wiyata Mandala.
3. Tujuan SMP Islamiyah Weru Cirebon
1. Citra publik SMP Islamiyah Weru menyenangkan seluruh lapisan masyarakat.
2. Siswa SMP Islamiyah Weru terdepan dalam prestasi intra-ekstrakurikuler.
3. Pelayanan pendidikan SMP Islamiyah Weru dapat memuasan seluruh lapisan masyarakat.
4. Pengembangan SMP Islamiyah Weru sesuai dengan standar nasional pendidikan.
5. SMP Islamiyah Weru menjadi lingkungan pendidikan yang pragmatis.
4. Sasaran SMP Islamiyah Weru Cirebon
1. Disiplin siswa dan personil berdasarkan nilai religi, norma susila dan ketentuan peraturan
yang berlaku.
2. Motivasi belajar siswa meningkat dan siswa keluar berkurang.
3. Kesejahteraan pendidikan dan tenaga kependidikan berbasis kinerja profesional.
4. SSN (Sekolah Standar Nasional).
5. Lingkungan sekolah yang elegan.
5. Strategi SMP Islamiyah Weru Cirebon
1. Siswa naik kelas lulus dengan nilai yang baik dan akhlak terpuji setiap tahun.
2. Siswa dapat meraih nilai UN yang memadai untuk melanjutkan studi ke jenjang SMA/SMK
setiap tahun.
3. Mendapatkan juara dalam lomba olahraga dan akademis setiap tahun.
4. Menjadi rintisan sekolah berstandar nasional.
5. Menjadi sekolah sehat berbudaya lingkungan.
6. Melahirkan personil berprestasi.
8. Prestasi SMP Islamiyah Weru Cirebon
ABSTRAK
Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di
sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali
Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam
rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait
dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat
dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala
Sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai supervisor secara efektif, maka
Kepala Sekolah memiliki kompetensi yaitu kemanusiaan, manajerial, dan. teknis. Kesemuanya merupakan
A. Latar Belakang
Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung
jawab.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut perlu adanya peningkatan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting
karena gurulah yang berfungsi secara langsung dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah
menduduki posisi yang strategis di dalam pencapaian keberhasilan suatu sekolah dan berperan sebagai
pemimpin pendidikan, administrator dan supervisor (Udik Budi Wibowo, 1994 : 11). Kepala Sekolah
sebagai pemimpin karena mempunyai tugas untuk memimpin staf (guru-guru, pegawai dan pesuruh)
untuk membina kerjasama yang harmonis staf yang dipimpin serta meningkatkan suasana yang kondusif.
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan membina guru
atau staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan
kelancaran proses belajar mengajar. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi
bimbingan, bantuan dan pengawasan dan penilaian pada masalah-maslah yang berhubungan dengan
tehnis penyelenggara dan pengembangan pendidikan, pengajaran yang berupa perbaikan program
pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar
mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel
(baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan
pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan
situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.
Kajian yang dilakukan oleh Depdiknas, Bappenas, dan Bank Dunia (1999: 47) menemukan bahwa guru
merupakan kunci penting dalam keberhasilan memperbaiki mutu pendidikan, guru merupakan titik sentral
dalam usaha mereformsi pendidikan, dan mereka menjadi kunci keberhasilan setiap usaha peningkatan
peningkatan pelayanan belajar, penyediaan buku teks, hanya akan berarti apabila melibatkan guru.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan
kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini
pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian
kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang
dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini
disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses
pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui
manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap
perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru
sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen
sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat
melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan
merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran
agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu
Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan
model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal
ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru. Kasus
guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap
bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci
pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang proses pelaksanaan supervisi
dan Pelatihan oleh kepala sekolah dan teman sejawat, kegunaan supervisi, dan proses pembinaan guru
Kajian Teori
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di
kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki
kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru (Suhertian, 2000:19).
Pendapat lain mengenai tujuan supervisi adalah “mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan pening katan profesi mengajar”. Beberapa tujuan supervisi pendidikan jika
dijabarkan:
2. Membina guru-guru guna mengatasi poroblem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya
3. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang
5. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif
8. Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-krtik tak wajar dari
masyarakat.
9. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan keteman sejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.
Kalau kita cermati dari tujuan supervisi itu, maka betapa berat tugas yang di bebankan kepada seorang
supervisor, karena ia harus dapat mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui
pembinanan dan peningkatan proresi mengajar. Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada
pencapaian tujuan akhid dari pendidikan, yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Seorang supervisor hendaknya bekerja sama dengan guru-guru, karena tugasnya adalah membantu guru
dalam memecahkan masalah yang di hadapinnya di kelas. Guru-guru itupun akan berusaha memperbaiki
dan meningkatkan mutu pekerjaannya demi perkembangan jabatan dan karir masing-masing. Bantuan
yang diberikan supervisor kepada guru-guru sampai pada tujuannya, yaitu terciptanya situasi belajar
mengajar yang menyenangkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Melalui bantuan yang diberikan
kepada guru, murid dapat di tolong sedemikian rupa sehingga dapat tumbuh secara terus menerus dan
Para pemimpin pendidikan bukan masanya lagi untuk memaksa bawahannya, menakut-nakuti, dan
melumpuhkan kreatifitas dari anggota staff, sebab sikap ini tidka akan dapat menciptakan situasi dan
relasi di mana orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreativitasnya. Kedepan
diharapkan, para pengelola Madrasah, terutama kepala Madrasah dapat melakukan fungsinya sebagai
supervisor, terlibat langsung dnegan permasalahan-permasalahan yang dialami guru di kelas atau di
lingkungan sekolah, ikut berpartisipasi dalam pengembangan Madrasah dari aspek yang paling dasar,
Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta pembinaan
bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditujukan pada pencapaian
tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran
yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik. Purwanto (2003:86-87)
Tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai supervisor (Hendiyat Soetopo dan Wasty 1998 : 42)
bertugas mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat berjalan dengan lancar
dan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan. Adapun aspek-aspek
a. Membantu guru-guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan program satuan
pelajaran
Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar setiap orang
mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Menurut Sahertian, supervisi adalah usaha memberi
layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar
Supervisi merupakan pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya
menunjang perkembangan siswa dengan tujuan untuk: (1) menciptakan, memperbaiki, dan memelihara
organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan secara optimal, (2)
menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan
Lebih lanjut Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru, oleh karena itu program supervisi
harus dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan
Supervisor di dalam tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus
diikuti atau diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai. Beberapa paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa kepala Sekolah merupakan penyelenggara pendidikan yang juga, yaitu: (1) menjadi
manajer lembaga pendidikan, (2) menjadi pemimpin, (3) sebagai penggerak lembaga pendidikan, (4)
sebagai supervisor atau pengawas, (5) sebagai pencipta iklim bekerja dan belajar yang kondusif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan kepala sekolah sebagai supervisor adalah: (1) kepribadian guru, (2)
peningkatan profesi secara kontinue, (3) proses pembelajaran, (4) penguasaan materi pelajaran, (5)
keragaman kemampuan guru, (6) keragaman daerah), dan (7) kemampuan guru dalam bekerja sama
Penggunaan teknik-teknik supervisi tergantung dari banyak hal misalnya: masalah, tempat, dana,
waktunya, orang yang kita hadapi, baik jumlahnya muaupun sifatnya. Adapun teknik-teknik supervisi
yang lazim dan secara teratur dapat dilakukan oleh setiap kepala sekolah ialah: rapat sekolah, kunjungan
kelas, musyawarah atau pertemuan perseorangan.
Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan
tugasnya. Jika jumlah guru banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru
senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor menurut
Mulyasa (2005:115), antara lain dapat ditunjukkan dengan: (1) meningkatkan kesadaran tenaga
kependidikan untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2) meningkatkan keterampilan tenaga kependidikan
dalam melaksanakan tugasnya.
Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membawa guru (orang yang
dipimpin) agar menjadi guru atau personil yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar dapat meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran di sekolah. Wiles (1987) mengemukakan terdapat tiga aspek kegiaan supervisi yaitu aspek
personil, aspek operasional, dan aspek material. Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu
situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu
situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource
guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup
segala benda baik yang bersifat hard ware maupun soft ware yang didayagunakan untuk memperlancar
D. Proses Supervisi
Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Menurut Tim
Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan, yakni mengidentifikasi aspek-
aspek yang perlu disupervisi. Identifikasi dilaksanakan dengan menganalisis kelebihan, kekurangan,
peluang, dan ancaman dari aspek kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar supervisi lebih
efektif dan tepat sasaran. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah:
b) Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan
d) Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
e) Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada
guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tim Pakar
Manajemen Pendidikan (2004:53) berpendapat supervisi tidak berhenti pada selesainya pemberian
bantuan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan
supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua
orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan
pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85)
mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan
Banyak ahli supervisi yang mengemukakan tiga langkah supervisi, yaitu pertemuan pendahuluan,
observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin dkk, 2007:36). Di bawah ini
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor.
Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan
mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama
oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat
supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan
kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan
kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar
yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan
yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau
guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan
maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang
menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, permasalahan yang sering dihadapi guru dalam mengajar dibedakan
menjadi dua, yaitu guru kurang menguasai keterampilan dasar mengajar sehingga proses belajar siswa di
kelas masih belum optimal dan kurangnya kepercayaan dan kesadaran mengenai diri sendiri dari pihak
guru (Burhanuddin dkk, 2007:37). Kedua permasalahan tersebut bisa dijadikan materi pembicaraan pada
tahap pertemuan pendahuluan. Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu:
b. Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan
c. Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar,
d. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan,
e. Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta
data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.
dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja (1998) mengemukakan bahwa observasi dan
kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada
tahap ini guru megajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen ketrampilan yang telah
objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi guru-siswa
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:
c) Selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang
d) Kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor,
e) Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara
wajar.
Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi mengajar
guru. Supervisor menyajikan data apa adanya kepada guru. Sebelumnya guru diminta menilai
penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya. Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat
a) Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal
c) Supervisor mereviuw tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar,
d) Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian
utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian
e) Menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor,
kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama,
i) Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan
hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan)
Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa ada 3 tahap yang harus dilakukan supervisor dalam melakukan
Pra-observasi (Pertemuan awal) yaitu dengan menciptakan suasana akrab dengan guru, membahas
persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
Observasi (Pengamatan pembelajaran) yaitu dengan pengamatan difokuskan pada aspek yang telah
disepakati, menggunakan instrumen observasi, disamping instrumen perlu dibuat catatan (fieldnotes),
catatan observasi meliputi perilaku guru dan siswa, tidak mengganggu proses pembelajaran.
Pasca observasi (Pertemuan balikan), hal ini dilaksanakan dengan menanyakan bagaimana pendapat guru
mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung, beri kesempatan guru mencermati dan
menganalisisnya, diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah disepakati
(kontrak), berikan penguatan terhadap penampilan guru, hindari kesan menyalahkan, usahakan guru
menemukan sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki
kekurangannya
Kepala sekolah akan melakukan supervisi akademik (pembelajaran) pada guru melalui kunjungan kelas,
apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau berbeda dari teman-
temannya. Bahkan seringkali dijumpai, seorang kepala sekolah melakukan supervisi terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan guru dengan cara mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak
diketahui.
Supervisi akademik identik dengan supervisi pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan
proses belajar-mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki
mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di
dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, peningkatan mutu
pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi
pengajaran, dan sebagainya”. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas dan pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar
siswa.
Supervisi pembelajaran merupakan salah satu tugas kepala sekolah dan pengawas sekolah, karena guru
membutuhkan bantuan secara langsung dan juga umpan balik untuk peningkatan proses belajar-
mengajar di kelas. Dengan demikian diharapkan bahwa seorang kepala sekolah maupun pengawas
mampu memberikan umpan balik yang tepat setelah menganalisis kegiatan belajar-mengajar yang
dilaksanakan oleh guru, dan juga menganalisis interaksi kemanusiaan yang terjadi di dalam kelas.
Supervisi dengan segala usahanya diarahkan pada pembinaan dan pengembangan aspek-aspek yang
terdapat dalam situasi pembelajaran, sehingga akan tercipta suatu situasi yang dapat menunjang
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, yang dimaksudkan dengan situasi pembelajaran ialah situasi
dimana terjadi proses interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah
ditentukan. Tujuan konkret supervisi tersebut menunjukkan tugas-tugas nyata yang harus dilakukan oleh
kepala sekolah dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan “setting” pembelajaran dalam segala
aspeknya, yang berpengaruh ke arah yang lebih baik, dan hal tersebut juga menjadi pedoman kegiatan
Terdapat 6 (enam) faktor yang dapat menentukan hasil dari suatu proses pembelajaran, yaitu:
a) Siswa adalah bahan yang akan diolah dalam suatu proses pembelajaran dengan berbagai tujuan yaitu
dikuasainya segenap pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan lain-lain oleh siswa setelah proses
b) Guru adalah pelaku yang berperan langsung dalam proses pembelajaran mengelola siswa, dengan
kemampuan profesionalnya.
c) Kurikulum adalah komponen yang mengatur bagaimana guru harus melaksanakan proses pembelajaran
akan dicapai.
d) Sarana-prasarana adalah berupa hal atau konsep yang membantu untuk memperjelas konsep, dengan
sarana dan prasarana yang cukup, sehingga konsep dari guru akan lebih mudah diterima oleh siswa.
e) Pengelolaan adalah tindakan dalam melakukan pengelolaan, pengaturan berbagai komponen yang ada,
seperti: siswa, sarana yang dibutuhkan, metode atau cara-cara yang paling tepat yang akan dilakukan
f) Lingkungan adalah hal-hal yang ada di sekitar pelaksanaan pembelajaran, yang berpengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran serta menentukan hasil pembelajaran.
F. Prinsip-Prinsip Supervisi
Pelaksanaan supervisi memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi acuan agar dapat mencapai tujuan.
Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip supervisi adalah prinsip fundamental dan prinsip praktis.
Prinsip fundamental adalah supervisi dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang
tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia yakni Pancasila. Supervisi pendidikan
haruslah menggunakan prinsip-prinsip sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini
haruslah menjiwai kegiatan supervisi. Prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman
praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif dan negatif.
Agar supervisi tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip supervisi yaitu
6. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik di tingkat
Tahalele (1979) juga mengemukakan bahwa prinsip supervisi digolongkan menjadi prinsip positif dan
negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam pelaksanaan supervisi,
sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu yang tidak baik, yang berakibat
terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prinsip-prinsip positif supervisi menurut Tahalele
(1979) adalah:
1) Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen. Sistematis,
maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut. Objektif maksudnya apa
2) Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru,
3) Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun
6) Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam
supervisi,
8) Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan
6) Supervisi tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru,
7) Supervisi tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga
Supervisi pengajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi pengajaran
adalah peningkatan mutu pengajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadap kemampuan guru.
ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis (Sergiovanni, 1987). Disamping
itu ada juga pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif,
dan behavioral. Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif (Glickman, 1980).
Pada pendekatan ilmiah, indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen pembelajaran,
variabel-variabel proses belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan
Pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak
menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor (Eisner dalam Sergiovanni, 1982).
Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran yang bersifat “subtleties” (lembut).
Pendekatan ini menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk
keperluan supervisi.
Pendekatan klinis kesejawatan antara supervisor dan guru lebih ditekankan (Goldhammer dalam
Sergiovanni, 1982). Keberhasilan pengajaran banyak ditentukan oleh guru dalam penampilannya di kelas.
Disamping itu dalam menentukan peningkatan kemampuan guru telah didahului dengan kontrak
(kesepakatan) antara guru dan supervisor, komponen atau kemampuan apa yang perlu diamati untuk
kemampuan guru yang disupervisi. Glickman (1980) menekankan pada dua aspek yaitu derajat komitmen
dan derajat abstraksi guru. Dari dua aspek ini ia membagi guru dalam empat kelompok (kuadran). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Keterangan:
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen tinggi (Kuadran II guru kerjanya tak
berfokus) atau guru yang memiliki derajat abstraksi yang tinggi namun komitmennya rendah (Kuadran III
guru yang pengamat analitik) pendekatan supervisi yang cocok adalah kolaboratif. Supervisor
berkolaborasi dengan guru. Kegiatan supervisor adalah mempresentasikan persepsinya mengenai sesuatu
yang menjadi sasaran supervisi, menanyakan guru mengenai persepsinya terhadap sasaran supervisi,
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen rendah (Kuadran I guru yang drop out)
pendekatan supervis yang tepat adalah direktif. Supervisor banyak mengarahkan guru. Kegiatannya
menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai serta
Guru yang memiliki derajat abstraksi tinggi dan juga derajat komitmen tinggi (Kuadran IV guru
profesional) pendekatan supervisi yang tepat adalah nondirektif. Yang dilakukan supervisor adalah
bertanya dan mengklarifikasi pengalaman guru. Implementasi kemampuan professional guru mutlak
professional guru akan terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam
mengelola interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya
Upaya peningkatan profesional guru dapat melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran
perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan
pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan
supervisi baik oleh kepala sekolah dan pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-
aspek yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru. Untuk mensupervisi guru digunakan
staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi bimbingan dan pengawasan dan
penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan tehnis penyelenggara dan pengembangan
pendidikan, pengajaran, yang berupa perbaikan program pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan
pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar-mengajar yang baik (Hartati Sukirman, 1999:45).
Implementasi supervisi dilapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan melaksanakan
supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang pendidikan dan tingkat jabatan,
perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam tujuan dan keterampilan menganalisa,
perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk
memimpin dan berdiri untuk dipimpin, perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam
pengalaman belajar mengajar, serta perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional.
Perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan supervisi profesional.
Sikap supervisor yang memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas anggota staf
perlu diubah. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap
orang mau dan mampu menumbuh kembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan pengajaran. Penilaian
pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kelemahan pelaksanaan pembinaan maupun faktor yang memberinya harapan dalam kemudahan
pelaksanan supervisi.
1) Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat. Guru perlu pembiasaan budaya kerja baru sesuai
semangat otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang menuntut kreatifitas dan kerja keras. Kebiasaan
2) Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat. Pembinaan pembelajaran harus dilakukan dengan serius
dan sungguh-sungguh.
3) Masih adanya mental anak emas untuk guru yang dinilai dan baik
4) Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi, menyebabkan
kesibukan dalam menangani urusan administrasi, terutama menghadapi pemeriksaan pembukuan, LSM
dan Pers.
5) Transparansi manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan dengan komite sekolah,
6) Transparansi pengelolaan keuangan sekolah yag pembukuan dan bukti-buktinya menyita banyak
waktu.
Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan permasalahan yang ditempuh dalam kegiatan
supervisi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2010):
4) Pelibatan organisasi guru, seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasilan guru dalam
pembelajaran dan sebagai tempat bertukar pendapat dan menggali ide-ide kreatif.
Supervisor yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke arah
usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinyu, dan
komprehensif.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan sekolah. Kedudukan kepala sekolah dalam hal ini begitu pentingnya,
sehingga ada anggapan tentang “bagaimana” suatu sekolah sangat tergantung pada “bagaimana” kepala
sekolahnya. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala Sekolah akan berhasil
apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai oiganisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seorang yang diberi amanat dan tanggung jawab untuk
memimpin sekolah.
Ditinjau dari struktur organisasi di sekolah, kedudukan guru berada di bawah kepala sekolah. Kedudukan
guru adalah sentral, artinya guru menduduki tempat inti dari fungsi sekolah. Guru melakukan tugas
mengajar, mendidik, melatih dan membimbing. Kepala sekolah dalam upaya untuk memberdayakan guru,
harus mampu menolong para guru dan staf administrasi untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan, memberi kesempatan untuk mengemukakan gagasan, membangkitkan semangat kerja yang
tinggi, menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Bantuan terhadap
guru dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, dapat dilakukan melalui pelaksanaan supervisi
pendidikan. Supervisi pendidikan memberikan tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan
kemampuan profesional guru, yang dimulai dengan mengadakan perbaikan dalam cara mengajar guru di
kelas, dengan cara ini diharapkan siswa dapat belajar dengan baik, sehingga tujuan pengajaran dapat
Kepala sekolah sebagai supervisor, diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan melakukan supervisi
terhadap proses pembelajaran guru di kelas, dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional guru
yang tercermin pada kemampuan mengelola proses pembelajaran guru di kelas, yang meliputi: menguasai
bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya,
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran Konsep, Pendekatan, dan Penerapan
Hartati Sukirman DKK, 1999, Administrasi dan supervisi pendidikan, FIP IKIP Yogyakarta.
Mulyasa, Dr. E. M.Pd. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: