Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH ORIENTASI ETIKA, LOCUS OF CONTROL DAN BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN


(Studi Empiris Pada BUMN di kota Padang)

ARTIKEL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Studi S1


pada Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Padang

Oleh :
AGUNG ATSANI PUTRA
18889/2010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
Pengaruh Orientasi Etika, Locus Of Control dan Budaya Organisasi Terhadap Perilaku
Etis Akuntan (Studi Empiris pada BUMN di kota Padang)

Agung Atsani Putra


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang

Absctract
This study aims to obtain empirical evidence about influence of ethic orientation
(idealism, relativism), locus of control and organizational culture to ethical behavior of
accountants. Population in this research are BUMN in Padang city, around 30 BUMN. Data
used in this study are primary data. This study used questionnaire to collect data from 44
respondents. Statistical methods for data analysis is multiple regression analysis SPSS
version 16.0 for windows.
Results of study showed that empirical evidence supports all the proposed
hypothesis: (1) idealism orientation has positive significant effect on ethical behaviour with
tcount > ttable is , 2,374 > 2,02269 and Sig. 0,023 < 0,05, (2) Relativism orientation doesn’t has
effect on ethical behaviour with tcount < ttable is -1,053 < 2,02269 and Sig 0,299 > 0,05). (3)
locus of control has positive significant effect on ethical behaviour with tcount > ttable is 2,141
> 2,02269 and Sig 0,039 < 0,05. (4) ) organizational culture has positive significant effect on
ethical behaviour with tcount > ttable is 3,320 > 2,02269 and Sig 0.002 < 0,05.
Key words: Idealism, Relativism, Locus of Control, Organizational Culture, Ethical
behaviour

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh orientasi
etika (idealisme, relativisme), locus of control dan budaya organisasi terhadap perilaku etis
akuntan. Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kota
Padang yang berjumlah 30 BUMN. Sumber data adalah data primer. Penelitian ini
menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari 44 responden. Metode statistik
analisis data yang digunakan regresi berganda dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bukti-bukti empiris mendukung semua hipotesis
yang diajukan: (1) orientasi idealisme berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku etis
dimana t hitung > t tabel yaitu , 2,374 > 2,02269 dan Sig. 0,023 < 0,05. (2) orientasi relativisme
tidak berpengaruh terhadap perilaku etis dimana t hitung < t tabel yaitu -1,053 < 2,02269 dan Sig
0,299 > 0,05). (3) Locus of control berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku etis
dimana t hitung > t tabel yaitu 2,141 > 2,02269 dan Sig 0,039 < 0,05. (4) Budaya organisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku etis dimana t hitung > t tabel yaitu 3,320 >
2,02269 dan Sig 0.002 < 0,05.

Kata kunci: Idealisme, Relativisme, Locus of Control, Budaya Organisasi, Perilaku Etis
1. PENDAHULUAN perorangan dan norma-norma sosial
Seorang akuntan dalam dianggap benar.
menjalankan profesinya sebagai pemeriksa Kerr dan Smith (1995) dalam
(auditor), diatur berdasarkan suatu kode Febrianty (2010) menyatakan bahwa
etik profesi akuntan. Di Indonesia dikenal perilaku etis dan pendidikan merupakan
dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan hal yang kritis dalam masyarakat modern,
Indonesia. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode dunia bisnis, dan profesi akuntansi. Ketika
Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan perilaku etis hilang dari dalam diri
bahwa setiap anggota harus akuntan, maka kredibilitas profesi
mempertahankan integritas dan akuntansi ada dalam bahaya.
objektivitas dalam melaksanakan tugas. Kecurangan atau kejadian tidak etis
Dengan mempertahankan integritas, ia ini sudah menjadi bagian dari budaya pada
akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa beberapa perguruan tinggi. Budaya tidak
pretensi. Dengan mempertahankan etis di lingkungan mahasiswa terjadi
objektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa disebabkan kurangnya pengetahuan,
dipengaruhi tekanan atau permintaan pemahaman serta kemauan untuk
pihak tertentu atau kepentingan pribadi. menerapkan nilai-nilai moral yang sudah
Etika dalam profesi akuntansi mereka dapatkan dari keluarga maupun
merupakan panduan bagi perilaku akuntan pendidikan formal di kampus.
sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban Mahasiswa akuntansi yang akan
terhadap klien, masyarakat, anggota dipersiapkan menjadi seorang akuntan
profesi, dan dirinya sendiri. Tanpa etika, seharusnya memiliki kemampuan untuk
profesi akuntan tidak akan ada, karena dapat mengerti dan peka serta mengetahui
fungsi akuntan adalah penyedia informasi permasalahan etika yang terjadi (Shaub,
yang tidak hanya bertindak untuk 1993). Kepekaan mahasiswa terhadap
menghasilkan informasi yang berguna bagi perilaku etis atau tidak etis mutlak harus
pengambil keputusan, tetapi juga bertindak dimiliki. Mengingat kepekaan seorang
sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang mahasiswa terhadap permasalahan etis
berlaku. Etika menjadi kebutuhan penting merupakan landasan pijak bagi praktek
bagi semua profesi yang ada agar tidak akuntan. Ini berarti bahwa prilaku tidak
melakukan tindakan yang menyimpang etis seorang akuntan ada kaitannya dengan
dari hukum. pendidikan yang telah dilaluinya.
Kode etik akuntan Indonesia Dalam penelitian sebelumnya
memuat 8 prinsip etika yaitu Tanggung Comunale (2006) menggunakan variabel
jawab profesi, Kepentingan publik, orientasi etis, gender, umur, dan
Integritas, Obkektivitas, Kompetensi dan pengetahuan mengenai skandal keuangan
Kehati-hatian profesional, Kerahasiaan, dan profesi akuntansi untuk mengetahui
Perilaku profesional, dan standar teknis. reaksi mahasiswa akuntansi terkait dengan
Arens (2012:60) menyatakan opini mereka terhadap auditor dan
bahwa etika dapat didefinisikan secara luas corporate manager. Dalam penelitian ini
sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral diketahui reaksi mahasiswa terhadap krisis
atau nilai-nilai. Perilaku beretika etis profesional dalam bidang profesi
merupakan hal yang penting bagi akuntansi yang telah terjadi, dilihat dari
masyarakat agar kehidupan berjalan dua aspek orientasi etis para mahasiswa
dengan tertib. Nilai-nilai dan moral pribadi akuntansi, yaitu mahasiswa yang memiliki
perorangan dan konteks sosial menentukan orientasi idealis dan mahasiswa yang
apakah suatu perilaku tertentu dianggap memiliki orientasi relativis.
sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Orientasi etika adalah konsep diri
Dengan kata lain, perilaku etis merupakan sendiri yang turut menentukan perilaku
perilaku yang menurut keyakinan etika seorang akuntan, sesuai dengan peran

1
yang disandang (Khomsiyah dan individual dalam kemampuan menerima
Indriantoro, 1998). Menurut Cohen (1980) perilaku etis atau tidak etis membuktikan
dalam Falah (2006) orientasi setiap bahwa individu dengan internal locus of
individu pertama-tama ditentukan oleh control cenderung tidak mau menerima
kebutuhan akuntan, kebutuhan tersebut tindakan kurang etis. Sebaliknya, individu
berinteraksi dengan pengalaman pribadi dengan eksternal locus of control
dan sistem nilai individu yang akan cenderung lebih mau menerima tindakan
menentukan harapan-harapan atau tujuan tertentu yang kurang etis.
dalam setiap perilaku sehingga pada Fauzi (2001) yang melakukan
akhirnya individu tersebut menentukan penelitian tentang pengaruh perbedaan
tindakan apa yang akan diambil. Orientasi faktor-faktor individual terhadap perilaku
tersebut terbagi menjadi idealisme dan etis mahasiswa, membuktikan bahwa
relativisme. mahasiswa akuntansi dengan internal locus
Pada dasarnya idealisme dan of control berprilaku etis daripada
relativisme adalah dua aspek moral filosofi mahasiswa dengan eksternal locus of
seorang individu. Seorang individu yang control. Dengan demikian, hasil penelitian
idealis akan menghindari berbagai ini mendukung penelitian Reis dan Mitra
tindakan yang dapat menyakiti maupun (1998)
merugikan orang disekitarnya, seorang Penelitian Hunt dan Vitell (1986)
idealis akan mengambil tindakan tegas dalam Falah (2006) menyebutkan
terhadap suatu kejadian yang tidak etis kemampuan seorang profesional untuk
ataupun merugikan orang lain. Sedangkan dapat mengerti dan sensitif akan adanya
individu yang relativis justru tidak masalah-masalah etika dalam profesi
mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dipengaruhi oleh lingkungan budaya,
dan lebih melihat keadaan sekitar sebelum lingkungan profesi, lingkungan organisasi
bertindak merespon suatu kejadian yang dan pengalaman pribadi.
melanggar etika. Relativisme berbicara Lingkungan kerja menjadi faktor
tentang pengabaian prinsip dan yang mempengaruhi etika individu
tidak adanya rasa tangggung jawab dalam seseorang. Semakin sering pimpinan dan
pengalaman hidup seseorang. karyawan melakukan aktivitas yang tidak
Penelitian Mudrack (1993) dalam etis, maka banyak perusahaan yang
Lucyanda (2012) menunjukkan bahwa mengambil langkah untuk meningkatkan
faktor individu lainnya yang berpengaruh perilaku etis di lingkungan kerja, antara
terhadap perilaku etis adalah locus of lain dengan menetapkan kode etik.
control (LoC). Menurut Rotter dalam Budaya organisasi adalah sebuah
Lucyanda (2012) Locus of control adalah sistem makna bersama yang dianut oleh
cara pandang seseorang terhadap suatu para anggota yang membedakan suatu
peristiwa, dimana seseorang tersebut dapat organisasi dari organisasi - organisasi lain.
atau tidak mengendalikan peristiwa yang (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_orga
terjadi padanya. Locus of control nisasi). Sistem makna bersama ini adalah
dibedakan menjadi dua, yaitu locus of sekumpulan karakteristik kunci yang
control eksternal dan locus of control dijunjung tinggi oleh organisasi. Apabila
internal. Locus of control internal yaitu organisasi mencapai kesuksesan, visi
individu merasa bahwa mereka dapat pendiri lalu dipandang sebagai faktor
mengendalikan nasib mereka sendiri, penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini,
sedangkan locus of control eksternal yaitu seluruh kepribadian para pendiri jadi
individu merasa bahwa kehidupan mereka melekat dalam budaya organisasi.
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Permasalahan dalam budaya kerja
Penelitian Reis dan Mitra (1998) yang dihadapi adalah terabaikannya nilai-
tentang efek dari pembedaan faktor nilai etika dan budaya kerja dalam pola

2
prilaku akuntan itu sendiri. Penelitian ini faktor yang telah dipakai pada penelitian-
menguji faktor lingkungan yang akan penelitian sebelumnya.
mempengaruhi prilaku etis tersebut. Faktor Adapun perbedaan dengan
lingkungan yang dimaksud adalah budaya penelitian sebelumnya adalah dari segi
organisasi yang berkaitan erat dengan sampel, tempat penelitian dan waktu
persepsi terhadap nilai-nilai moral. Budaya penelitian. Berdasarkan fakta dan
organisasi akan mempengaruhi orientasi penelitian terdahulu di atas maka penulis
etika akuntan dalam melaksanakan tugas melakukan penelitian yang berjudul
dan juga akan berpengaruh pada etika. “Pengaruh Orientasi Etika, Locus of
Penelitian Wilopo (2006) Control dan Budaya Organisasi
menjelaskan banyak kasus kejahatan yang terhadap Perilaku Etis Akuntan “
melibatkan manajemen BUMN dan swasta.
Kejahatan tersebut meliputi memanipulasi Berdasarkan latar belakang yang
pencatatan, penghilangan dokumen dan telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
mark-up yang merugikan keuangan negara masalah yang akan diteliti ini adalah:
atau perekonomian negara. Perilaku 1. Sejauhmana pengaruh idealisme
tersebut dapat memberikan informasi yang terhadap perilaku etis akuntan?
menyesatkan. Perilaku tersebut muncul 2. Sejauhmana pengaruh relativisme
karena seseorang mengalami dilema etika terhadap perilaku etis akuntan?
antara mematuhi peraturan dan perilaku 3. Sejauhmana pengaruh locus of
yang menguntungan dirinya atau pihak- control terhadap perilaku etis
pihak tertentu. akuntan?
Untuk kasus pelanggaran BUMN di 4. Sejauhmana pengaruh budaya
kota Padang, seperti kasus dugaan mark-up organisasi terhadap perilaku etis
tanah pembangunan kantor PLN Kuranji. akuntan?
Dalam pemeriksaan, ternyata ada
perbedaan harga tanah yang dibeli. Dalam Berdasarkan rumusan masalah yang
surat perintah itu disebutkan, penyidikan telah dipaparkan maka penelitian ini
kasus dikarenakan adanya pertikaian harga digunakan untuk mengetahui:
tanah seluas 2000 m2, untuk pembangunan 1. Pengaruh idealisme terhadap
gedung PLN Rayon Kuranji, di atas perilaku etis akuntan
normal. Jika dihitung, ada sekitar Rp300 2. Pengaruh relativisme terhadap
juta, penggelembungan dana pembelian perilaku etis akuntan
tanah. (http://www.harianhaluan.com) 3. Pengaruh locus of control terhadap
Berdasarkan fakta di atas dapat perilaku etis akuntan
dilihat bahwa masih banyak terjadi 4. Pengaruh Budaya organisasi
kecurangan akuntansi dalam tubuh BUMN terhadap perilaku etis akuntan
yang juga melibatkan profesional
akuntansi. Padahal BUMN didirikan untuk Hasil penelitian ini diharapkan
mengembangkan misi dalam memberikan dapat berguna untuk banyak pihak, seperti:
kontribusi kepada negara, pelayanan 1. Bagi penulis, penelitian ini
masyarakat serta mensejahterakan merupakan pengalaman dalam
masyarakat. mempraktekkan ilmu akuntansi
Penelitian ini penting karena manajemen yang telah didapat
banyak fakta prilaku akuntan yang selama perkuliahan, dan dapat
melanggar kode etik atau etika profesi menambah pengetahuan mengemai
akuntan, penelitian mengenai etika sudah perilaku etis akuntan.
banyak di lakukan tetapi pelanggaran etika 2. Bagi akademik, berguna untuk
masih tetap terjadi. Hal ini di sebabkan bahan perbandingan antara teori
karena adanya faktor lain di luar faktor- dan fakta

3
3. Bagi objek penelitian, penelitian ini sebagai perbuatan terpuji dan
diharapkan dapat menjadi solusi meningkatkan martabat dan kehormatan
dan memberikan penjelasan seseorang (Munawir, 1997). Etika sangat
mengenai perilaku etis profesional erat kaitannya dengan hubungan yang
akuntansi yang terjadi. mendasar antar manusia dan berfungsi
untuk mengarahkan perilaku bermoral.
2. TELAAH LITERATUR Moral sebagai sikap mental dan emosional
yang dimiliki individu sebagai anggota
Etika dan Perilaku Etis kelompok sosial dalam melakukan tugas-
tugas atau fungsi yang diharuskan serta
Etika, dalam bahasa latin"ethica", loyalitas pada kelompok.
berarti falsafah moral. Etika merupakan Etika meliputi suatu proses
pedoman cara bertingkah laku yang baik penentuan yang kompleks tentang apa
dari sudut pandang budaya, susila serta yang harus dilakukan seseorang dalam
agama, sedangkan menurut Keraf (1998) situasi tertentu. Proses itu sendiri meliputi
dalam Lucyanda (2012), etika secara penyeimbangan pertimbangan sisi dalam
harfiah berasal dari kata Yunani ethos yang (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati
artinya sama persis dengan moralitas, yaitu oleh kombinasi unik dari pengalaman dan
adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan pembelajaran masing-masing individu.
yang baik ini lalu menjadi sistem nilai Perilaku moral di sini lebih terbatas
yang berfungsi sebagai pedoman dan tolak pada pengertian yang meliputi kekhasan
ukur tingkah laku yang baik dan buruk. pola etis yang diharapkan untuk profesi
Socrates dalam Falah (2006) tertentu. Pada riset tentang isu-isu etika
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan dalam akuntansi, secara umum
tindakan etis adalah tindakan yang menghindari diskusi filosofi tentang benar
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. atau salah dan pilihan baik atau buruk.
Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, Namun lebih difokuskan pada perilaku etis
maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai atau tidak etis para akuntan yang
(Syafruddin,2005). Dalam praktik hidup didasarkan pada apakah mereka mematuhi
sehari-hari, teoritis di bidang etika kode etik profesi atau tidak. Etika secara
menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, umum didefinisikan sebagai studi isi
ada dua pendekatan mengenai etika ini, (conduct) yang sistematis yang didasarkan
yaitu pendekatan deontological dan pada prinsip pengembangan moral,
pendekatan teleological. Pada pendekatan mencerminkan pilihan dan sebagai standar
deontological, perhatian dan fokus perilaku tentang sesuatu hal yang benar dan salah.
dan tindakan manusia lebih pada
bagaimana orang melakukan usaha Orientasi Etika
(ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan Hal yang perlu diperhatikan dalam
mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran etika adalah konsep diri dari sistem nilai
untuk mencapai tujuannya. Pada yang ada pada auditor sebagai pribadi yang
pendekatan teleological, perhatian dan tidak lepas dari sistem nilai diluar diri.
fokus perilaku dan tindakan manusia lebih Tiap-tiap pribadi memiliki konsep diri
pada bagaimana mencapai tujuan, tetaoi sendiri yang turut menentukan perilaku
kurang memperhatikan apakah cara, etika akuntan, sesuai dengan peran yang
teknik, ataupun prosedur yang dilakukan disandang (Khomsiyah dan Indriantoro,
benar atau salah (Syafruddin, 2005). 1998).
Etika merupakan suatu prinsip Ismaya (2006) mendefinisikan
moral dan perbuatan yang menjadi orientasi adalah suatu proses, dimana
landasan bertindak seseorang sehingga apa pegawai baru mengembangkan
yang dilakukan dipandang oleh masyarakat pengetahuan dengan pegawai lain dan

4
dengan organisasi. Bagi pegawai baru, Sejalan dengan arti katanya, secara umum
orientasi merupakan proses untuk relativisme berpendapat bahwa perbedaan
mengetahui dan mengenal tempatnya manusia, budaya, etika, moral, agama,
bekerja. Dengan demikian, orientasi adalah bukanlah perbedaan dalam hakikat,
bagian yang penting dari proses latihan. melainkan perbedaan karena faktor-faktor
Sukses atau tidak hasil kerja pegawai diluar. Sebagai paham dan pandangan etis,
dimasa yang akan datang tergantung pada relativisme berpendapat bahwa yang baik
orientasi yang baik. dan yang jahat, yang benar dan yang salah
Menurut Forsyth (1980) yang juga tergantung pada masing-masing orang dan
didukung oleh penelitian-penelitian budaya masyarakat.
sebelumnya dalam bidang psikologi Forsyth (1992) dalam Falah (2006),
(Hogan,1970;Kelman & Lawrence,1972; relativisme merupakan teori yang
Kohlberg, 1976) membuktikan bahwa menyatakan bahwa suatu tindakan dapat
orientasi etika dikendalikan oleh dua dikatakan etis atau tidak etis tergantung
karakteristik yaitu idealisme dan pandangan dari masyarakat. Teori ini
relativisme. meyakini bahwa tiap individu maupun
Forsyth (1992) dalam Falah (2006) kelompok memiliki keyakinan etis yang
mendefinisikan idealisme sebagai suatu berbeda. Dengan kata lain, relativisme etis
sikap yang menganggap bahwa tindakan maupun relativisme moral adalah
yang tepat atau benar akan menimbulkan pandangan bahwa tidak ada standar etis
konsekuensi dari hasil yang di inginkan. Ia yang absolut benar. Dalam penalaran
menjelaskan bahwa individu yang moral seorang individu, ia harus selalu
memiliki idealisme merupakan individu mengikuti standar moral yang berlaku
yang menganggap segala tindakan benar umum dalam masyarakat dimanapun ia
akan membawa konsekuensi yang berada.
diharapkan. Ketika individu memiliki
idealisme yang tinggi cenderung Locus of Control
menghindari segala tindakan yang dapat Locus of control merupakan sebuah
merugikan orang lain, dan menolak konsep yang dikembangkan oleh Rotter
tindakan yang dapat membawa dampak pada tahun 1966. Seseorang dengan locus
negatif. of control percaya bahwa sesuatu yang
Individu yang memliki idealisme terjadi pada diri mereka dikenal sebagai
rendah menganggap prinsip moral attribution yang berkenaan dengan
sebaiknya dihindari dan tidak menutup bagaimana seseorang menjelaskan kejadian
kemungkinan perilaku negatif dibutuhkan yang terjadi pada dirinya. Ada 3 proses
dalam situasi tertentu. Jika terdapat dua langkah yang mendasari attribution yaitu
pilihan yang berakibat negatif terhadap pertama, seseorang harus merasa
individu lain, maka seorang yang idealis mengamati sebuah prilaku, lalu mencoba
akan mengambil pilihan yang paling memahami prilaku yang disengaja dan
sedikit mengakibatkan dampak buruk bagi terakhir yaitu menetapkan apakah
orang lain. seseorang itu mempunyai kekuatan untuk
Banyak penelitian yang telah menunjukkan prilaku tersebut.
menunjukan bahwa seorang idealis akan Locus of control didefinisikan
mengambil tindakan tegas terhadap suatu (MacDonald dalam Renata Zoraifi 2005)
situasi yang dapat merugikan orang lain, sebagai sejauh mana seseorang merasakan
dan seorang idealis memilki sikap serta kontijensi antara tindakan dan hasil yang
pandangan yang lebih tegas terhadap mereka mereka peroleh, seseorang yang
individu yang melanggar perilaku etis. percaya bahwa mereka memiliki
Relativisme berasal dari kata Latin, pengendalian atas takdir mereka disebut
relativus, yang berarti nisbi atau relatif. “internal‟ sedangkan “eksternal‟ di lain

5
pihak, percaya bahwa hasil mereka dalam budaya organisasi (Robbins,
ditentukan oleh agen atau faktor ekstrinsik 2003:315)
diluar mereka sendiri, sebagai contoh Robbins membedakan budaya yang
adalah takdir, keberuntungan, kesempatan, kuat dan budaya yang lemah. Budaya yang
kekuatan yang lain, atau seseuatu yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar
tidak dapat diprediksi. pada prilaku karyawan dan lebih langsung
Reiss dan Mitra (1998) dalam terkait dengan pengutangan turn-over
Nugrahaningsih (2005:619) membagi locus karyawan. Dalam budaya yang kuat, nilai
of control menjadi dua: internal locus of inti organisasi dipegang secara mendalam
control adalah cara pandang bahwa segala dan dianut secara meluas. Makin banyak
hasil yang didapat, baik atau buruk adalah anggota yang menerima nilai-nilai inti dan
karena tindakan, kapasitas, dan faktor- makin besar komitmen mereka pada nilai-
faktor dari dalam diri mereka sendiri, nilai tersebut, maka budaya akan semakin
sedangkan eksternal locus of control kuat. Budaya yang kuat juga
adalah cara pandang dimana segala hasil memperlihatkan kesepakatan yang tinggi
yang didapat, baik atau buruk berada di antara anggota mengenai apa yang
diluar kontrol mereka tetapi faktor luar dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan
seperti keberuntungan, kesempatan, takdir, maksud tersebut selanjutnya membina
dimana individu tersebut meletakkan keakraban, kesetiaan dan komitmen
tanggungjawab diluar kendalinya. organisasi (Robbins, 2003:309).
Bukti dari keseluruhan menyatakan Budaya organisasi pada intinya
bahwa individu internal umumnya merupakan sebuah sistem dari nilai-nilai
mempunyai kinerja yang lebih baik, yang bersifat umum. Adapun nilai-nilai
mereka akan lebih aktif dalam mencari personal mulai dikembangkan pada saat
informasi sebelum mengambil keputusan, awal kehidupan,seperti halnya kepercayaan
dan lebih termotivasi untuk berprestasi dan pada umumnya,tersusun dalam sistem
melakukan upaya yang lebih besar untuk hirarki dengan sifat-sifat yang dapat
mengendalikan lingkungan mereka. dijelaskan dan diukur, serta konsekuensi-
konsekuensi perilaku yang dapat diamati
Budaya Organisasi (Douglas, 2001) dalam Falah (2006).
Budaya organisasi adalah sistem Organisasi yang sukses tampak
makna dan keyakinan bersama yang di memiliki budaya yang kuat dan dapat
anut oleh para anggota organisasi yang mengikat dan memelihara setiap anggota
menentukan sebagian besar cara mereka organisasi dalam peranannya untuk
bertindak , budaya tersebut mewakili pencapaian tujuan organisasi. Budaya
persepsi bersama yang dianut oleh para organisasi yang kuat tidak terbentuk
anggota organisasi tersebut (Robbins, dengan sendirinya, pimpinan memegang
2003:58) peranan yang penting dalam membentuk
Robbins menyatakan bahwa proses budaya dari organisasi yang dipimpinnya.
penciptaan budaya organisasi terjadi dalam Budaya organisasi adalah “soft side”
tiga cara. Pertama, para pendiri hanya sedangkan “hard side” meliputi struktural,
memperkerjakan dan mempertahankan sistem produksi, teknologi dan desain.
karyawan yang mempunyai pola pikir Dari beberapa pengertian diatas,
sama dan sependapat dengan yang mereka dapat disimpulkan bahwa budaya
tempuh. Kedua, mereka mensosialisasikan organisasi merupakan suatu sistem yang
para karyawan ini dengan cara berpikir dan berisikan norma-norma berprilaku, sosial
cara berperasaan mereka. Bila organisasi dan moral yang dianut oleh setiap individu
berhasil, maka visi pendiri menjadi dalam mengarahkan tindakan mereka
penentu utama keberhasilan. Pada titik ini, untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya
keseluruhan kepribadian pendiri tertanam organisasi juga merupakan keyakinan

6
instansi untuk menyelesaikan pekerjaan bertanggungjawab atas tindakan yang telah
secara maksimal dan membentuk cara dilakukan.
berfikir dari instansi tersebut. Selain itu,
budaya organisasi dapat berupa norma- Kerangka Konseptual
norma sosial dan prilaku serta pola-pola Berdasarkan latar belakang dan
asumsi dasar yang dikembangkan oleh kajian teori yang telah dikemukakan diatas
kelompok tertentu yang bertujuan untuk dapat dijelaskan bahwa ada beberapa
membentuk tingkah laku sehari-hari suatu faktor yang mempengaruhi seseorang
organisasi dalam melaksanakan dan khususnya akuntan dalam berperilaku etis
menyelesaikan pekerjaan serta dalam dan tidak etis, diantaranya adalah
pengambilan keputusan idealisme, relativisme, locus of control dan
budaya organisasi.
Penelitian Terdahulu Idealisme mempercayai bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh kepatuhan pada standar etika diharapkan
Nurfarida (2011), menunjukkan hasil menunjukkan tingkat paling tinggi pada
bahwa idealisme berpengaruh positif sensitivitas etika. Relativisme kurang
terhadap sensitivitas etika, dimana individu sensitif terhadap situasi yang melanggar
yang punya idealisme tinggi cenderung norma atau aturan. Dengan demikian,
akan patuh terhadap aturan etika ketika ketika dihadapkan pada pada situasi dilema
berada dalam dilema etika, sedangkan dalam mengambil keputusan, akuntan yang
relativisme berpengaruh negatif terhadap idealis cenderung sensitif terhadap situasi
sensitivitas etika, mereka cenderung yang melanggar norma atau aturan serta
melanggar aturan jika hal tersebut berguna lebih fokus pada standar etika. Sebaliknya,
baginya. Variabel budaya organisasi akuntan yang relativis kurang sensitif
berpengaruh terhadap sensitivitas etika untuk mengidentifikasi situasi yang
individu jika berada dalam situasi yang melibatkan masalah etika.
mengandung nilai etika. Hal ini Berdasarkan teori locus of control ,
mengindikasikan bahwa budaya organisasi memungkinkan bahwa prilaku etis akuntan
yang baik akan mempengaruhi individu akan dipengaruhi karakteristik locus of
dalam mengenal masalah etika yang terjadi control yang dimilikinya. Seseorang
ketika menjalankan tugas. dengan locus of control internal akan
Penelitian lain pernah dilakukan berprilaku lebih etis daripada seseorang
oleh Setiawan (2013), menunjukkan bahwa dengan locus of control eksternal. Ciri
idealisme dan budaya organisasi pembawaan locus of control internal
berpengaruh signifikan positif terhadap adalah bahwa mereka yakin akan setiap
perilaku etis sedangkan relativisme tidak kejadian selalu berada dalam kendalinya
berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa dan akan selalu mengambil peran serta
responden tidak cukup dominan dalam bertanggungjawab dalam penentuan benar
mengarahkan orientasi etisnya ke orientasi atau tidaknya tindakan yang diambil.
relativisme.
Penelitian mengenai locus of Budaya menuntut individu untuk
control pernah dilakukan oleh Febrianty berperilaku dan memberi petunjuk pada
(2010), hasil penelitian menunjukkan mereka mengenai apa saja yang harus
individu yang punya internal locus of diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga
control cenderung memiliki prilaku yang berlaku dalam suatu organisasi.
lebih etis daripada individu yang punya Keberadaan budaya dalam organisasi
eksternal locus of control, hal ini mampu jadi perekat dan pedoman dari
disebabkan karena individu dengan seluruh kebijakan organisasi serta tuntutan
internal locus of control cenderung untuk operasional bagi aspek-aspek lain dalam
organisasi. Adanya keterkaitan hubungan

7
antara budaya organisasi dan prilaku etis kembali kuesioner pada peneliti dalam
akuntan seperti yang telah dijelaskan diatas waktu yang telah ditentukan.
menunjukkan bahwa semakin baik dan
berkualitas aturan-aturan dalam budaya Pengukuran Variabel
organisasi suatu instansi maka akan Pengukuran variabel dalam pe-
berpengaruh baik pula terhadap prilaku nelitian ini dengan menggunakan skala
akuntan dalam bekerja. likert dengan lima alternatif jawaban dan
masing-masing diberi skor yaitu: Sangat
Berdasarkan uraian di atas maka Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
dapat digambarkan kerangka konseptual Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
penelitian sebagai berikut:
Instrumen Penelitian
Gambar 1
Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam rangka mengumpulkan
3.METODE PENELITIAN
data. Instrumen yang digunakan dalam
Jenis Penelitian
penelitian ini adalah kuesioner. Variabel
Berdasarkan rumusan masalah dan
yang diukur dalam kuesioner: idealisme,
tujuan penelitian yang telah dijelaskan
relativisme, locus of control, budaya
pada bab terdahulu, maka jenis penelitian
organisasi dan perilaku etis.
ini dikelompokkan pada penelitian
kausatif (causative).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Populasi dan Sampel
1.Uji Validitas
Populasi dalam penelitian ini
Uji validitas adalah untuk
adalah perusahaan BUMN di kota Padang
mengukur sejauh mana instrumen yang
dimana terdapat 30 perusahaan yang
digunakan benar-benar mengukur apa yang
terdaftar dalam Biro Perekonomian
seharusnya diukur. Uji validitas ini
Sumbar. peneliti memakai total sampling
menggambarkan bahwa pertanyaan yang
karena jumlah populasi yang kurang dari
digunakan mampu untuk mengungkapkan
100 perusahaan, maka seluruh populasi
sesuatu yang dapat diukur (valid). Dari
dijadikan sampel. Unit analisis dalam
print out SPSS dapat dilihat dari corrected
penelitian ini adalah kantor pusat atau
item total correlation, jika rhitung < rtable
kantor cabang BUMN di kota Padang.
maka nomor item tidak valid. Sebaliknya
jika rhitung > rtable maka item valid. Bagi
Jenis dan Sumber Data
item yang tidak valid, maka item yang
Jenis data yang digunakan dalam
memiliki nilai rhitung yang paling kecil
penelitian ini adalah jenis data subjek.
dikeluarkan dari analisis, kemudian
Sumber data yang digunakan dalam
dilakukan analisis yang sama sampai
penelitian ini adalah data primer.
semua item dinyatakan valid.
Teknik Pengumpulan Data
2.Uji Reliabilitas
Teknik pengumpulan data adalah
Uji realibilitas adalah untuk
cara yang digunakan untuk memperoleh
mengukur bahwa instrumen yang
data penelitian. Data untuk penelitian ini
digunakan bebas dari kesalahan, sehingga
dikumpulkan dengan cara menyebarkan
diharapkan dapat digunakan dengan aman
kuesioner. Kuesioner disebarkan langsung
karena instrumen yang reliabel akan
ke responden, demikian pula pengembali-
akurat, dapat bekerja dengan baik pada
annya dijemput sendiri sesuai dengan janji
waktu yang berbeda-beda dan dalam
pada kantor instansi pemerintah tersebut.
kondisi yang berbeda beda pula. Uji
Responden diharapkan mengembalikan

8
realibilitas dimaksudkan untuk mengukur model regresi yang baik adalah regresi
seberapa besar suatu pengukuran yang tidak terjadi heterokedastisitas/
mengukur dengan stabil atau terjadinya homokedastisitas. Jika
konsisten.Instrumen dipercaya jika profitabilitas diatas 5% dapat disimpulkan
jawaban dari responden atas pertanyaan model regresi tidak mengandung adanya
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke heterokedastisitas
waktu. Untuk uji reliabilitas instrumen,
semakin dekat koefisien keandalan dengan 3. Uji Multikolonieritas
1,0 maka akan semakin baik. Secara Uji Multikolinearitas digunakan
umum, keandalan kurang dari 0,60 untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
dianggap buruk, keandalan dalam kisaran yang kuat di antara variabel-variabel
0,7 bisa diterima, dan lebih dari 0,80 independen yang diikutsertakan dalam
adalah baik (Sekaran, 2006). pembentukan model. Untuk mendeteksi
apakah model regresi linier mengalami
Uji Asumsi Klasik multikolinearitas dapat diperiksa
Uji asumsi klasik bertujuan untuk melihat menggunakan Variance Inflation Factor
kelayakan model serta untuk melihat (VIF) untuk masing-masing veriabel
apakah terdapat pelanggaran asumsi klasik independen, yaitu jika suatu variabel
dalam model regresi berganda. Terdapat independen mempunyai nilai VIF >10
tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi oleh berarti telah terjadi multikolinearitas.
model regresi agar parameter estimasi Untuk mendapatkan nilai VIF untuk
tidak bias, yaitu: masing-masing variabel independen

1. Uji Normalitas Residual Uji Model


Uji normalitas merupakan uji 1. Uji F (F- test)
asumsi paling dasar dalam analisis Uji F-statistik pada dasarnya
multivariatemengenai bentuk menunjukkan apakah semua variabel bebas
pendistribusian data untuk variabel tunggal yang dimasukkan dalam model regresi
dan penyesuaiannya terhadap distribusi mempunyai pengaruh secara bersama-sama
normal. Pengujian ini bertujuan untuk terhadap variabel terikat. Setelah F garis
menguji apakah dalam model regresi, regresi ditemukan hasilnya, kemudian
variabel terikat dan variabel bebas dibandingkan denganFtabel. Untuk
keduanya memiliki distribusi normal atau menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi
tidak. Model regresi dianggap baik jika yang digunakan adalah sebesar α = 5%
keduanya memiliki distribusi data normal dengan deraja tkebebasan (degree of
atau mendekati normal. Pengujian ini freedom). Jika Fhitung>Ftabel maka variabel
menggunakan metode kolmogorov smirnov bebas mampu menjelaskan variabel terikat
dengan kriteria pengujian α= 0,05. Jika α secara bersama-sama. Sebaliknya jika
sig ≥ α berarti d ata sampel berdistribusi Fhitung<Ftabel maka, variabel bebas secara
normal, jika sebaliknya maka data tidak bersama-sama tidak mampu menjelaskan
berdisribusi normal. variabel terikatnya.

2. Uji Heterokedastisitas 2. Adjusted R Square (koefisien


Uji heterokedastisitas bertujuan determinasi)
untuk menguji apakah dalam suatu model Untuk mengetahui kontribusi dari
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari variabel bebas terhadap variabel terikat
residual pengamatan kepengamatan dilihat dari adjusted R square-nya,
lainnya. Jika varians dari residual suatu pemilihan nilai adjusted R square karena
pengamatan kepengamatan lainnya tetap penelitian ini menggunakan analisis regresi
maka disebut homokedastisitas. Suatu berganda dengan jumlah variabel lebih dari

9
satu. Koefisien determinasi (R2) pada ataupun sangsi atas tindakan yang tidak
intinya mengukur seberapa jauh bermoral.
kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat. Adjusted R2berarti 4.HASIL PENELITIAN DAN
R2 sudah disesuaikan dengan derajat bebas PEMBAHASAN
dari masing-masing jumlah kuadrat yang Gambaran Umum Objek Penelitian
tercakup di dalam perhitungan Adjusted R2. Jumlah populasi sasaran atau
Untuk membandingkan dua R2, maka sampel pada penelitian ini adalah 30 Badan
harus memperhitungkan banyaknya Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di
variabel X yang ada dalam model Kota Padang. Setiap sampel masing-
masing terdiri dari tiga responden. Dari 30
3. Uji Hipotesis (t-test) BUMN, hanya 18 BUMN yang
Uji t-statistik bertujuan untuk mengizinkan untuk dilakukan penelitian.
menguji pengaruh secara parsial antara Dari 18 BUMN tersebut, disebarkan
variabel bebas terhadap variabel tidak sebanyak 54 kuesioner. Hingga batas akhir
bebas dengan variabel lain dianggap pengumpulan data, kuesioner yang
konstan, dengan asumsi bahwa jika diterima kembali sebanyak 44 kuesioner.
signifikan nilai t hitung yang dapat dilihat Hanya 81,48% diantaranya yang
dari analisa regresi menunjukkan kecil mengembalikan dan mengisi kuesioner
dari α = 5%, berarti variabel independen dengan lengkap.
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Statistik Deskriptif
Definisi Operasional Sebelum dilakukan pengujian data
secara statistik dengan lebih lanjut, terlebih
Sikap atau perilaku etis dahulu dilakukan pendeskripsian terhadap
merupakan sikap dan perilaku yang sesuai variabel penelitian. Hal ini dimaksudkan
dengan norma-norma sosial yang diterima agar dapat memberikan gambaran tentang
secara umum sehubungan dengan masing-masing variabel yang akan diteliti.
tindakan-tindakan yang bermanfaat atau Tabel 1
yang membahayakan bagi individu lain. Dari Tabel 1 diatas diketahui
Idealisme adalah suatu hal yang bahwa jumlah sampel yang digunakan
dipercaya individu tentang konsekuensi dalam penelitian ini sebanyak 44 orang
yang dimiliki dan diinginkan untuk tidak dari pimpinan dan staf akuntansi dari 30
melanggar nilai-nilai etika. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
Relativisme adalah sikap Kota Padang. Untuk variabel idealisme
penolakan individu terhadap nilai-nilai (X1a) tersebut diketahui memiliki nilai rata-
etika dalam mengarahkan perilaku etis. rata sebesar 41,82 dengan standar deviasi
Selain mempunyai sifat idealisme, juga 4,156 sedangkan nilai tertinggi 50 dan nilai
terdapat sisi relativisme pada diri terendah 33. Untuk variabel relativisme
seseorang. (X1b) memiliki nilai rata-rata sebesar 35,73
Locus of control (LoC) merupakan dengan standar deviasi 5,406 sedangkan
konsep yang menjelaskan tentang persepsi nilai tertinggi sebesar 50 dan nilai terendah
seseorang terhadap faktor apa yang akan sebesar 24. Untuk variabel locus of control
menentukan nasibnya. (X2) tersebut diketahui memiliki nilai rata-
Budaya organisasi adalah rata sebesar 26,57 dengan standar deviasi
pandangan luas tentang persepsi karyawan 3,662 sedangkan nilai tertinggi 35 dan nilai
pada tindakan etis pimpinan yang menaruh terendah 20. Untuk variabel budaya
perhatian pentingnya etika di perusahaan organisasi (X3) tersebut diketahui memiliki
dan akan memberikan penghargaan nilai rata-rata sebesar 15,48 dengan standar

10
deviasi 2,236 sedangkan nilai tertinggi 20 kolmogrov-sminov test, yang mana jika
dan nilai terendah 11. nilai asymp. Sig (2-tailed) = 0,05 maka
distribusi data dapat dikatakan normal.
Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian Hasil pengolahan SPSS 16 didapat bahwa
1. Uji Validitas nilai masing-masing variabel nilai
Untuk melihat validitas dari kolmogrov smirnov > 0,05, yaitu 0,845.
masing-masing item kuesioner, digunakan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Corrected Item-Total Colleration. Jika data berdistribusi secara normal. Hasil
rhitung > rtabel, maka data dikatakan valid, pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.
dimana rtabel untuk N = 44, adalah 0,2512. Tabel 4
Berdasarkan hasil pengolahan data
didapatkan bahwa nilai Corrected Item- 2. Uji Heterokedastisitas
Total Colleration untuk masing-masing Uji Heterokedastisitas digunakan
item variabel X1a, X1b, X2 dan X3 di atas untuk melihat apakah dalam sebuah model
rtabel. Jadi dapat dikatakan bahwa item regresi terjadi ketidaksamaan varians dan
pernyataan untuk variabel X1a, X1b, X2 dan residual atas pengamatan ke pengamatan
X3 adalah valid. Hasilnya bisa dilihat pada yang lain. Untuk mendeteksi adanya
tabel 2. heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
uji Glejser.
Tabel 2 Tabel 5
Dalam uji ini hasil sig > 0,05 maka
2. Uji Reliabilitas tidak terdapat gejala heterokedastisitas,
Uji reliabilitas dilakukan untuk model yang baik adalah tidak terjadi
menge-tahui sejauhmana hasil penelitian heterokedastisits. Berdasarkan tabel di atas
tetap konsisten. Berikut ini merupakan terdapat nilai sig 0.424 untuk variabel
tabel nilai Cronbach’s Alpha masing- idealisme ,0.351 untuk variabel
masing instrumen: relativisme, 0.084 untuk variabel internal
Tabel 3 locus of control dan 0.299 untuk variabel
Keandalan konsistensi antar item budaya organisasi sehingga dapat
atau koefisien keandalan Cronbach’s disimpulkan model regresi tidak terjadi
Alpha yang terdapat pada tabel di atas adanya heterokedastisitas.
yaitu untuk instrumen perilaku etis sebesar
0.866, untuk instrumen sebesar idealisme 3. Uji Multikolinearitas
0.734, untuk instrumen relativisme sebesar
0.819, untuk instrumen locus of control Uji menguji adanya multikolonearitas
sebesar 0.790, dan untuk instrumen budaya dapat dilihat melalui Variance Inflantion
organisasi sebesar 0,629. Data ini Factor (VIF) < 10 tolerance > 0,1.
menunjukkan nilai berada pada kisaran
Tabel 6
diatas 0,6, dengan demikian semua
instrumen penelitian dapat dikatakan Dari tabel dapat dilihat bahwa
reliabel. variabel idealisme (X1a) dengan nilai VIF
1.748, variabel relativisme (X1b) dengan
Uji Asumsi Klasik VIF 1.636, variabel locus of control (X2)
1. Uji Normalitas Residual dengan VIF 2.420, dan variabel budaya
Tujuan dari uji normalitas adalah organisasi (X3) dengan VIF 1.633. Pada
untuk menguji dalam sebuah model variabel idealisme (X1) dengan nilai
regresi, variabel eksogen dan endogen tolerance 0.572, variabel relativisme (X2)
terdistribusi normal atau tidak. Pengujian dengan nilai tolerance 0.611, variabel
normalitas dalam penelitian ini dilakukan locus of control (X2) dengan nilai tolerance
dengan menggunakan one sample

11
0.413, dan variabel budaya organisasi (X3) menujukkan bahwa variabel idealisme
dengan nilai tolerance 0.612. berpengaruh signifikan positif terhadap
perilaku etis akuntan, dengan demikian
Uji Model hipotesis pertama (a) diterima.
1. Uji F(F-test) Hipotesis pertama adalah
Berdasarkan tabel 7, Uji F relativisme berpengaruh negatif terhadap
dilakukan untuk menguji apakah secara perilaku etis akuntan. Nilai ttabel pada α =
serentak variabel independen mampu 0,05 adalah 2,02269. Nilai thitung untuk
menjelaskan variabel dependen secara baik variabel relativisme (X1b) adalah -1,053.
atau untuk menguji apakah model yang Dengan demikian dapat diketahui bahwa t
digunakan telah fix atau tidak. Berdasarkan hitung < t tabel yaitu -1,053 < 2,02269 dengan
tabel 7, nilai Sig 0,000a menunjukkan nilai β -0,053 ( Sig 0,299 > 0,05). Hal ini
bahwa variabel independen secara menujukkan bahwa relativisme tidak
bersama-sama memberikan pengaruh yang berpengaruh secara negatif terhadap
signifikan terhadap variabel dependen. Ini perilaku etis akuntan, dengan demikian
berarti model fix digunakan untuk uji t hipotesis pertama (b) ditolak.
statistik yang menguji variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis kedua adalah locus of
control berpengaruh positif terhadap
Tabel 7 perilaku etis akuntan. Nilai ttabel pada α =
0,05 adalah 2,02269. Nilai thitung untuk
2. Adjusted R Square (koefisien variabel idelisme (X1a) adalah 2,141.
determinasi) Dengan demikian dapat diketahui bahwa t
Nilai Adjusted R Square hitung > t tabel yaitu 2,141 > 2,02269 dengan
menunjukkan 0,604. Hal ini nilai β 0,195 ( Sig 0,039 < 0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa keterlibatan menujukkan bahwa locus of control
variabel relativisme, orientasi, locus of berpengaruh signifikan positif terhadap
control, dan budaya organisasi terhadap perilaku etis akuntan, dengan demikian
perilaku etis akuntan sebesar 60,4% hipotesis kedua diterima.
sedangkan 39,6% lagi ditentukan oleh
variabel lain diluar model. Hipotesis ketiga adalah budaya
organisasi berpengaruh positif terhadap
Tabel 8 perilaku etis akuntan. Nilai ttabel pada α =
0,05 adalah 2,02269. Nilai thitung untuk
3. Uji Hipotesis
variabel idelisme (X1a) adalah 2,141.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan Dengan demikian dapat diketahui bahwa t
membandingkan (a) t hitung dengan ttabel hitung > t tabel yaitu 3,320 > 2,02269 dengan
atau (b) nilai sig dengan a yang diajukan nilai β 0,407 ( Sig 0.002 < 0,05) . Hal ini
yaitu 95% atau α = 0,05. menujukkan bahwa budaya organisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap
Tabel 9 perilaku etis akuntan, dengan demikian
hipotesis ketiga diterima.
Hipotesis pertama adalah idealisme
berpengaruh signifikan positif terhadap Pembahasan
perilaku etis akuntan. Nilai ttabel pada α = 1. Pengaruh Idealisme terhadap
0,05 adalah 2,02269. Nilai thitung untuk Perilaku Etis Akuntan
variabel idelisme (X1a) adalah 2,374.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa t Berdasarkan analisis statistik dalam
hitung > t tabel yaitu 2,374 > 2,02269 dengan penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis
nilai β 0,162 (Sig. 0,023 < 0,05). Hal ini pertama (H1a) yaitu idealisme mempunyai

12
pengaruh positif terhadap perilaku etis perilaku etis akuntan. Ini berarti bahwa
akuntan. Ini berarti bahwa hubungan hubungan relativisme berlawanan arah
idealisme searah dengan perilaku etis dengan perilaku etis akuntan. Dapat
akuntan. Dapat diartikan bahwa semakin diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
tinggi tingkat idealisme yang dimiliki relativisme yang dimiliki seorang akuntan
seorang akuntan maka akan meningkatkan maka akan menurunkan perilaku etis dalam
perilaku etisnya dalam melaksanakan melaksanakan tanggungjawab sebagai
tanggungjawab sebagai profesional profesional akuntansi.
akuntansi. Variabel relativisme memiliki nilai
Variabel idealisme memilki nilai koefisien regresi sebesar -0,053
koefisien regresi sebesar 0,162 mengindikasikan bahwa setiap peningkatan
mengindikasikan bahwa setiap peningkatan relativisme satu satuan maka perilaku etis
idelisme satu satuan maka perilaku etis akan menurun sebesar -0,053 satuan. Ini
akan meningkat sebesar 0,162 satuan. Ini berarti relativisme yang terdiri atas 4
berarti idealisme yang terdiri atas 4 komponen berpengaruh negatif terhadap
komponen berpengaruh positif terhadap perilaku etis akuntan.
perilaku etis akuntan. Forsyth (1992) dalam Falah (2006),
Menurut Forsyth (1980) dalam relativisme merupakan teori yang
Antonious (2013), orientasi etis menyatakan bahwa suatu tindakan dapat
dikendalikan oleh karateritik idealisme dan dikatakan etis atau tidak etis tergantung
karateristik relativisme. Karateristik pandangan dari masyarakat. Teori ini
idealisme merupakan orientasi etis yang meyakini bahwa tiap individu maupun
mengacu pada sejauh mana seseorang kelompok memiliki keyakinan etis yang
percaya bahwa konsekuensi dari tindakan berbeda. Dengan kata lain, relativisme etis
yang dilakukannya dapat terjadi tanpa maupun relativisme moral adalah
melanggar nilai-nilai moral. Karateristik pandangan bahwa tidak ada standar etis
idealisme adalah karateristik orientasi yang yang absolut benar. Dalam penalaran
mengacu pada kepedulian seseorang moral seorang individu, ia harus selalu
terhadap kesejahteraan orang lain dan mengikuti standar moral yang berlaku
berusaha tidak merugikan orang lain. umum dalam masyarakat dimanapun ia
Penelitian yang dilakukan oleh berada.
Setiawan (2013) menunjukkan bahwa Hasil penelitian yang dilakukan oleh
idealisme berpengaruh signifikan positif Setiawan (2013) menunjukkan bahwa
terhadap perilaku etis. Hal ini juga relativisme tidak berpengaruh signifikan
membuktikan teori yang menyatakan dengan terhadap perilaku etis. Penolakan
bahwa saat seseorang memiliki idealisme akan hipotesis ini dimungkinkan karena
tinggi dalam memegang prinsip etika maka adanya responden yang tidak cukup
seseorang akan senantiasa berperilaku etis. dominan dalam mengarahkan
Idealisme dalam memegang prinsip etika kecenderungan orientasi etikanya ke
tentunya tidak timbul dengan sendirinya. orientasi relativisme. Bisa dikatakan bahwa
Kebiasaan untuk berperilaku etis adalah responden dalam satu sisi mereka
faktor penting untuk membangun menyikapi suatu tindakan etis adalah
idealisme dalam berorintasi etika. didasarkan pada situasi yang relatif, namun
mereka sudah terbiasa untuk berperilaku
2. Pengaruh Relativisme terhadap etis, sehingga dalam situasi ini perilaku
Perilaku Etis Akuntan relatif tidak dapat berjalan dengan absolut.
Berdasarkan analisis statistik dalam
penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis 3. Pengaruh Locus of control terhadap
pertama (H1b) yaitu relativisme Perilaku Etis Akuntan
mempunyai pengaruh negatif terhadap

13
Berdasarkan analisis statistik dalam ketiga (H3) yaitu budaya organisasi
penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis mempunyai pengaruh positif terhadap
kedua (H2) yaitu locus of control perilaku etis akuntan. Ini berarti bahwa
mempunyai pengaruh positif terhadap hubungan budaya organisasi searah dengan
perilaku etis akuntan. Ini berarti bahwa perilaku etis akuntan. Dapat diartikan
hubungan locus of control searah dengan bahwa semakin baik budaya organisasi
perilaku etis akuntan. Dapat diartikan yang dimiliki perusahaan maka akan
bahwa semakin tinggi tingkat locus of meningkatkan perilaku etis akuntan dalam
control yang dimiliki seorang akuntan melaksanakan tanggungjawab sebagai
maka akan meningkatkan perilaku etis profesional akuntansi.
dalam melaksanakan tanggungjawab Variabel budaya organisasi
sebagai profesional akuntansi. memiliki nilai koefisien regresi sebesar
Variabel locus of control memiliki 0,407 mengindikasikan bahwa setiap
nilai koefisien regresi sebesar 0,195 peningkatan faktor budaya dalam
mengindikasikan bahwa setiap peningkatan organisasi satu satuan maka perilaku etis
idelisme satu satuan maka perilaku etis akan meningkat sebesar 0,407 satuan. Ini
akan meningkat sebesar 0,195 satuan. Ini berarti bahwa budaya organisasi yang
berarti locus of control yang terdiri atas 3 terdiri atas 3 komponen berpengaruh
komponen berpengaruh positif terhadap positif terhadap perilaku etis akuntan.
perilaku etis akuntan. Budaya organisasi adalah sistem
Locus of control didefinisikan makna dan keyakinan bersama yang di
(MacDonald dalam Renata Zoraifi 2005) anut oleh para anggota organisasi yang
sebagai sejauh mana seseorang merasakan menentukan sebagian besar cara mereka
pengaruh antara tindakan dan hasil yang bertindak, budaya tersebut mewakili
mereka mereka peroleh, seseorang yang persepsi bersama yang dianut oleh para
percaya bahwa mereka memiliki anggota organisasi tersebut (Robbins,
pengendalian atas takdir mereka disebut 2003:58).
“internal‟ sedangkan “eksternal‟ di lain Pada yang dilakukan oleh Setiawan
pihak, percaya bahwa hasil mereka (2013) menunjukkan bahwa budaya
ditentukan oleh agen atau faktor ekstrinsik organisasi berpengaruh signifikan positif
diluar mereka sendiri, sebagai contoh terhadap perilaku etis, Hal ini
adalah takdir, keberuntungan, kesempatan, menunjukkan bahwa budaya organisasi
kekuatan yang lain, atau seseuatu yang yang tumbuh kuat dalam sebuah komunitas
tidak dapat diprediksi mampu mempengaruhi perilaku
Penelitian mengenai locus of anggotanya untuk turut berperilaku etis.
control pernah dilakukan oleh Febrianty Budaya perusahaan memberikan kontribusi
(2010), hasil penelitian menunjukkan yang signifikan terhadap perilaku etis.
individu yang punya internal locus of Perusahaan akan menjadi lebih baik jika
control cenderung memiliki prilaku yang mereka membudayakan etika dalam
lebih etis daripada individu yang punya lingkungan perusahaan.
eksternal locus of control, hal ini Adanya keterkaitan hubungan
disebabkan karena individu dengan antara budaya organisasi dan prilaku etis
internal locus of control cenderung untuk akuntan seperti yang telah dijelaskan diatas
bertanggungjawab atas tindakan yang telah menunjukkan bahwa, semakin baik dan
dilakukan. berkualitas aturan-aturan dalam budaya
organisasi suatu instansi maka akan
4. Pengaruh Budaya Organisasi berpengaruh baik pula terhadap prilaku
terhadap Perilaku Etis Akuntan akuntan dalam bekerja.
Berdasarkan analisis statistik dalam
penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis

14
5.PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai menunjukkan bahwa
idealisme, locus of control dan budaya
organisasi berpengaruh signifikan positif
terhadap perilaku etis akuntan, sedangkan
relativisme tidak berpengaruh pada
perilaku etis akuntan pada Badan Usaha
Milik Negara yang ada di kota Padang.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dilihat bahwa pengaruh yang diberikan
empat variabel bebas yaitu idealisme,
relativisme, locus of control dan budaya
organisasi terhadap perilaku etis akuntan
baik. Sebaiknya profesional akuntansi
meningkatkan indikator diatas yang
dimilikinya serta mampu mensinergikan
kecerdasan yang ada untuk menuntunnya
bersikap dan berperilaku yang lebih etis.
Penelitian ini masih terbatas pada
idealisme, relativisme, locus of control dan
budaya organisasi. Untuk penelitian
selanjutnya dapat menambahkan variabel-
variabel lain yang dapat mempengaruhi
perilaku etis, seperti kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual,
kecerdasan emosional, gender, dll. Selain
itu penelitian selanjutnya juga lebih baik
dilakukan dengan wawancara sehingga
dapat menggali semua hal yang menjadi
tujuan dalam penelitian.

15
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol .
1 hal.13-28.
Arens A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley
dan Amir A. J, 2012. Jasa Audit dan Lucyanda dan Endro,Gunardi.2012.
Assurance: Pendekatan Terpadu ”Faktor-Faktor yang mempengaruhi
(Adaptasi Indonesia), Jilid I, Penerbit Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi
Salemba Empat: Jakarta Universitas Bakrie.”

Arsinawati. 2010. “Pengaruh Kecerdasan M.Syafruddin.2005.Kasus Mulyana dalam


Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Perspektif Etika,Suara Merdeka. April
Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap hal 6. Diakses 20 Agustus 2014.
Etis Fiskus”. Skripsi, Universitas Islam
Nugrahaningsih,Putri.”Analisis Perbedaan
Negeri Syarif Hidayatullah.
Perilaku Etis Auditor di KAP Dalam
Comunale, C.Thomas,S.and Stephen,C. Etika Profesi (Studi Terhadap Peran
2006. ”Professional Ethical Crises: A Faktor-Faktor Individual: Locus of
Case Study of Accounting Majors”. Control, Lama Pengalaman Kerja,
Managerial Auditing journal, Vol.21, Gender dan Equity Sensitivity)”. SNA
No.6,pp 636-656. VIII Solo,15-16 September 2005.

Falah,Syaikhul.2006.”Pengaruh Budaya Nurfarida,Lia.2011.”Pengaruh Budaya Etis


Etis Organisasi dan Orientasi Etika Organisasi dan Orientasi Etika
Terhadap Sensivitas Etika”.SNA X terhadap Komitmen Organisasi dan
Makassar,26-28 Juli 2007 Sensitivitas Etika Auditor”.Skripsi.UIN
Syarif Hidayatullah.
Fauzi,A.2001.”Pengaruh Perbedaan
Faktor-Faktor Individual Terhadap Robbins, Stephen P. 2003. Prilaku
Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi”. Organisasi. Jilid 2. Edisi 9.Jakarta: PT.
Tesis.Yogyakarta:Program Indeks
Pascasarjana UGM.
Reiss, M. C., & Mitra, K. (1998).The
Febriyanti.2010.”Pengaruh Gender,Locus Effects of Individual Difference
of Control,Intellectual Capital dan Factors on the Acceptability of Ethical
Ethical Sensitivity Terhadap Perilaku and Unethical Workplace Behaviors.
Etis Mahasiswa Akuntansi pada Journal of Business Ethics, Vol.17,
Perguruan Tinggi Negeri”.Jurnal No.12: 1581-1593.
Ilmiah Orasi Bisnis-ISSN: 2085-1375
Sekaran,Uma.2006.Metode Penelitian
Edisi V.
Untuk Bisnis.Jakarta:Salemba Empat.
Hastuti, S. (2007).Perilaku Etis Mahasiswa
Setiawan, Antonious Singgih.2013.
dan Dosen Ditinjau dari faktor
“Pengaruh Budaya Etis, Orientasi Etis
Individual Gender dan Locus of
Terhadap Perilaku Etis”.STIE Musi
Control. Jurnal Riset Ekonomi dan
Palembang
Bisnis, Vol.7 No.7 Maret: 58-73.
Stefani,2011.” Pengaruh orientasi etika
Ismaya,Sujana.2006. Kamus akuntansi.
terhadap sensitivitas etika dengan
Bandung:Pustaka Grafita komitmen profesi sebagai variabel
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. intervening”.Skripsi.UNP
”Pengaruh Orientasi Etika terhadap
Sugiyono.2004.Metode Penelitian Bisnis.
Komitmen dan Sensitivitas Etika
Bandung:Alfabeta.
Auditor Pemerintah di DKI Jakarta”.

16
Unti Ludigdo dan Mas’ud
Machfoedz.1999.”Persepsi Akuntan
dan Mahasiswa terhadap Etika Bisnis”.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.IAI.
Vol 2. 1 Januari hal 1-19.
Utami,Noegroho,Indrawati.”Pengaruh
Locus of Control, Komitmen
Profesional, dan Pengalaman Audit
terhadap Perilaku Akuntan Publik
dalam Konflik Audit dengan
Kesadaran Etis sebagai Variabel
Pemoderasi”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia , Desember 2007,
Vol.4, No.2, hal 192-2010.
Widarma,Ryan.2012.”Pengaruh Locus of
Control terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran dengan budgetary
slack”.Skripsi.UNP
Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor
yang Berpengaruh terhadap Terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi”. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang.
http://www.harianhaluan.com/index.php/be
rita/haluan-padang/6559-kasus-plndan-
pertamina-segera-disidang. Diakses 20
Juli 2014.
http://www.academia.edu/5861505/5_Kasu
s_Pelanggaran_Etika_Profesi). Diakses 23
September 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organi
sasi). Diakses 23 September 2014.

17
Lampiran
Gambar 1 Kerangka Konseptual

Idealisme

Relativisme
Perilaku Etis
Akuntan

Locus of
control

Budaya
Organisasi

Table 1 Stasistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


ID 44 33 50 41.82 4.156
REL 44 24 50 35.73 5.406
LOC 44 20 35 26.57 3.662
BUD 44 11 20 15.48 2.236
PE 44 14 25 21.11 2.233
Valid N (listwise) 44

Tabel 2 Uji Validitas

Nilai Corrected
Instrumen Variabel Item-Total
Colleration Terkecil
Perilaku etis (Y) 0,636
Idealisme (X1a) 0,313
Relativisme (X1b) 0,273
locus of control (X2) 0,350
Budaya organisasi (X3) 0,289

18
Tabel 3 Uji Reliabilitas
Nilai Cronbach’s Alpha
Nilai
Instrumen Variabel Cronbach’s
Alpha
Perilaku Etis (Y) 0,866
Idealisme (X1a) 0,734
Relativisme (X1b) 0,819
locus of control (X2) 0,790
Budaya organisasi (X3) 0,629

Tabel 4 Uji Normalitas Residual


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 44
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.33806379
Most Extreme Absolute .093
Differences Positive .083
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .614
Asymp. Sig. (2-tailed) .845
a. Test distribution is Normal.

Tabel 5 Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.372 1.363 1.740 .090
ID .033 .041 .157 .809 .424
REL .029 .031 .178 .945 .351
LOC -.098 .055 -.406 -1.776 .084
BUD -.078 .074 -.198 -1.053 .299
a. Dependent Variable:
RES2
b.

19
Tabel 6 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1(Constant)
ID .572 1.748
REL .611 1.636
LOC .413 2.420
BUD .612 1.633
a. Dependent Variable:
PE

Tabel 7 Uji F (F-test)

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 137.444 4 34.361 17.406 .000a
Residual 76.988 39 1.974
Total 214.432 43
a. Predictors: (Constant), BUD, REL, ID,
LOC
b. Dependent Variable: PE

Tabel 8 Adjusted R Square (koefisien determinasi)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .801a .641 .604 1.405
a. Predictors: (Constant), BUD, REL, ID, LOC

20
Tabel 9 Uji Hipotesis

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.783 2.246 2.129 .040
ID .162 .068 .301 2.374 .023
REL -.053 .051 -.129 -1.053 .299
LOC .195 .091 .320 2.141 .039
BUD .407 .122 .407 3.320 .002
a. Dependent Variable: PE

21

Anda mungkin juga menyukai