Anda di halaman 1dari 48

Revisi s.d.

Oktober 2016

BAB 3

PPH PASAL 21:


Konsep Dasar

Oleh:
Billy Ivan Tansuria, SE, MBA
Dosen Fakultas Ekonomi UNKLAB

1
Bahan Bacaan untuk Bab Ini
1. Pasal 21 UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdtd UU No.36 Tahun 2008.
2. PMK No.252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas
Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
3. PMK No.102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan
Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.
4. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
5. Indonesian Tax Review Volume V/Edisi 20/2012 hlm. 6-17 “Pemilihan Bentuk Fasilitas
Kesehatan untuk Karyawan” & “Reimburesement Kesehatan, Aturan Pajaknya Tidak Jelas”.

2
Pengertian PPh Pasal 21
(Pasal 1 angka 2 PER-16/PJ/2016)

Pajak atas penghasilan berupa Gaji, Upah,


Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain
dengan nama atau dalam bentuk apapun
Sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, Jasa, & Kegiatan

yang dilakukan orang pribadi


Subjek Pajak Dalam Negeri

3
Ilustrasi PPh Pasal 21
PEMOTONG PENERIMA
PPh PASAL 21 PENGHASILAN
Pekerjaan, Jasa, Kegiatan

Penghasilan

PPh Ps. 21

Tidak Final

Kredit SPT
Final Tahunan
Pajak
Selesai

4
Subjek Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri
Yang menjadi Subjek Pajak OP Dalam Negeri
adalah:
 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
 Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan (tidak harus
berturut-turut, tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang
tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan
sejak kedatangannya di Indonesia), atau
 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
5
Subjek Pajak Orang Pribadi
Luar Negeri
Yang menjadi Subjek Pajak OP Luar negeri adalah:
 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
 Orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan.
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT
di Indonesia, dan/atau yang dapat menerima/memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain dari kegiatan usaha atau
kegiatan BUT di Indonesia.
Misalnya:
1. Thomas (NZ) memperoleh penghasilan dari pabrik batiknya di
Yogyakarta.
2. Robert (USA) menerima dividen dari PT Matuari (Indonesia).
6
Saat Mulai dan Berakhir Kewajiban Pajak
Subjektif Orang Pribadi

Subjek Pajak Saat Dimulai Saat Berakhir


Orang Pribadi Saat dilahirkan atau saat Saat meninggal dunia atau
dalam negeri berada di Indonesia/ saat meninggalkan
berniat tinggal di Indonesia untuk selama-
Indonesia lamanya
Orang Pribadi luar Saat menerima atau Saat tidak lagi menerima
negeri memperoleh atau memperoleh
penghasilan dari penghasilan dari Indonesia
Indonesia
Orang Pribadi luar Saat menjalankan usaha Saat tidak lagi menjalankan
negeri melalui atau melakukan usaha atau melakukan
BUT kegiatan melalui BUT kegiatan melalui BUT

7
Pemotong PPh Pasal 21
(Pasal 2 ayat (1) PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 2 ayat (1) PER-16/PJ/2016)

PEMBERI Orang Pribadi; Badan;


KERJA
Cabang, perwakilan, atau unit

Bendahara atau Pemegang Kas Pemerintah baik Pemerintah


Pusat/Daerah (termasuk Instansi/Lembaga Pemerintah Lainnya,
Lembaga-lembaga Negara Lainnya, KBRI di Luar Negeri)

Dana pensiun, badan penyelenggara jamsostek, dan badan-badan


lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan THT/JHT
Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Penyelenggara Kegiatan, yaitu OP/Badan yang melakukan
pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun
kepada OP pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tsb
8
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
(Pasal 2 ayat (2) PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 2 ayat (2) PER-16/PJ/2016)

Kantor perwakilan negara asing


(misalnya: kedutaan besar; konsulat jenderal)
Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang tidak termasuk subjek PPh, dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota (PMK-156/PMK.010/2015)

Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan PPh nya didasarkan


pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian internasional
tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak serta organisasi
tersebut telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pemberi kerja orang pribadi yg tidak melakukan kegiatan usaha atau


pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
Melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
9
Penerima Penghasilan yang Dipotong
PPh Pasal 21
(Pasal 3 PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 3 PER-16/PJ/2016)

GOLONGAN PENERIMA PENGHASILAN

Pegawai Tetap
OP Sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri

PEGAWAI
Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Lepas

Tenaga ahli, seniman, artis, pembawa acara, olahragawan,


pengajar, pelatih, penceramah, pengarang, peneliti,
penerjemah, agen iklan, pengawas/pengelola proyek,
BUKAN PEGAWAI pembawa pesan, petugas penjaja barang dagangan,
Petugas dinas luar asuransi, distributor perusahaan
multilevel marketing/direct selling.

PESERTA KEGIATAN Rapat, sidang, seminar, workshop, pendidikan, dll

Penerima pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan


Lainnya hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli waris ; Anggota dewan
komisaris/dewan pengawas bukan pegawai tetap, serta Mantan Pegawai

10
Golongan Penerima Penghasilan

Pegawai:
1. Pegawai Tetap
2. Pegawai Tidak
Tetap 3.Bukan
Pegawai

4.Peserta
5.
Kegiatan
Lainnya

Perbedaan Penghitungan Pajak


11
Pegawai
(Pasal 1 angka 9, 10, 11 PER-16/PJ/2016)

• Orang pribadi
Pegawai
• Bekerja pada Tetap Hanya menerima
penghasilan bila
pemberi kerja • Pegawai menerima bekerja berdasarkan:
• Berdasarkan penghasilan dalam • Jumlah hari bekerja
perjanjian/ jumlah tertentu secara (upah harian)
kesepakatan kerja teratur (mis: gaji • Jumlah unit hasil
(tertulis/lisan) bulanan) pekerjaan (upah
• Melaksanakan • Termasuk anggota satuan)
suatu pekerjaan dewan komisaris &
• Penyelesai-an suatu
dewan pengawas pekerjaan (upah
• Memperoleh • Serta pegawai yang
imbalan borongan)
bekerja berdasarkan
berdasarkan kontrak untuk suatu
periode tertentu, jangka waktu tertentu Pegawai
penyelesaian • Memperoleh Tidak Tetap/
pekerjaan… penghasilan dalam Tenaga Kerja
jumlah tertentu secara
teratur.
Lepas
Pegawai
12
Bukan Pegawai
(Pasal 1 angka 12 PER-16/PJ/2016)

• Orang Pribadi
• Selain pegawai tetap & pegawai
tidak tetap / tenaga kerja lepas
• Memperoleh penghasilan dengan
Definisi nama dan dalam bentuk apapun
dari pemotong PPh 21
• Sebagai imbalan jasa
berdasarkan perintah/
permintaan pemberi penghasilan
• Pasal 1 angka 21 PER-16/PJ/2016: imbalan yang
diberikan antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dll

13
Bukan Pegawai…
(Pasal 3 huruf c PER-16/PJ/2016)

Mereka adalah…
 Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas: pengacara,
akuntan, konsultan, penilai, arsitek, notaris, dokter, &
aktuaris (PAK PANDA).
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, & seniman lainnya
 Olahragawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh &
moderator
 Pengarang, peneliti & penerjemah 

14
Bukan Pegawai…
(Pasal 3 huruf c PER-16/PJ/2016)

 Pemberi jasa dalam segala bidang: teknik, komputer dan


sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi & sosial serta pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan
 Agen iklan
 Pengawas/pengelola proyek
 Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/yang
menjadi perantara
 Petugas penjaja barang dagangan
 Petugas dinas luar asuransi
 Distributor MLM/direct selling & kegiatan sejenis lainnya
15
Peserta Kegiatan
(Pasal 1 angka 13 PER-16/PJ/2016)

• Orang Pribadi
• Terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
(rapat, sidang, seminar, workshop,
pendidikan, pertunjukan, olahraga,
Definisi kegiatan lain)
• Menerima/memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam kegiatan tersebut
• Pasal 1 angka 23 PER-16/PJ/2016: imbalan antara lain berupa
uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah,
penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya.

16
Peserta Kegiatan…
(Pasal 3 huruf f PER-16/PJ/2016)

 Peserta perlombaan dalam segala bidang (olahraga, seni,


ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, perlombaan
lainnya).
 Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau
kunjungan kerja
 Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
 Peserta pendidikan dan pelatihan, atau
 Peserta kegiatan lainnya

17
Lainnya
(Pasal 3 huruf b, d & e PER-16/PJ/2016)

 Anggota dewan komisaris atau dewan


pengawas yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang
sama.
 Mantan pegawai.
 Penerima uang pesangon, pensiun atau
uang manfaat pensiun*, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya.

* Uang manfaat pensiun: Peserta program


pensiun yang masih berstatus pegawai,
menarik dana pensiun.

18
Tidak Termasuk Penerima Penghasilan
Yang Dipotong PPh Pasal 21
(Pasal 4 PMK No.252/PMK.03/2008 jo.Pasal 4 PER-16/PJ/2016; SE-57/PJ/2009)

Pejabat perwakilan diploma- WNI yang


tik/ konsulat atau pejabat lain Pejabat perwakilan bekerja
dari negara asing termasuk organisasi internasional Sebagai official
orang-orang yang yang ditetapkan oleh Badan
diperbantukan & bertempat Internasional
tinggal bersama mereka
Menteri Keuangan
dari PBB

Syarat Syarat Syarat

• Bukan WNI • Bukan WNI Tidak menerima/


• Tidak memperoleh memperoleh
penghasilan lain di luar • Tidak menjalankan usaha/ penghasilan
jabatannya di indonesia kegiatan/pekerjaan lain lain di luar
• Negara ybs. memberikan untuk memperoleh sebagai official
perlakuan timbal balik penghasilan di indonesia
19
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
(Pasal 5 ayat (1) PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 5 ayat (1) PER-16/PJ/2016)

Benefit in Cash

Penerima Jenis Penghasilan


Pegawai Tetap Penghasilan teratur & tidak teratur
Pegawai Tidak Tetap/ Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
Tenaga Kerja Lepas borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan
Bukan Pegawai Honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenis
Peserta Kegiatan Uang saku, uang presentasi, uang rapat,
honorarium, hadiah/penghargaan, imbalan sejenis
Penerima Pensiun Uang pensiun, penghasilan sejenisnya
Piihak Yang Terkena Uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT/JHT,
PHK pembayaran lain sejenis
20
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21…
(Pasal 5 ayat (2) PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 5 ayat (2) PER-16/PJ/2016)

Benefit in Kind

Penerimaan dalam bentuk NATURA/KENIKMATAN yang diberikan oleh:


1. Wajib Pajak yang dikenakan PPh bersifat Final
(WP Jasa konstruksi; WP yang usahanya semata-mata melakukan
persewaan tanah/bangunan)
2. Wajib Pajak yang dikenakan PPh berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit)
(Perusahaan pelayaran/penerbangan internasional; Perusahaan asuransi
LN; Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi; Perusahaan
dagang asing; Perusahaan yang melakukan investasi bangun-guna-
serah) Lihat Pasal 15 UU PPh untuk ketentuan ini.

21
Penghitungan Besarnya Penghasilan
(Pasal 7 PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 7 PER-16/PJ/2016)

Apabila Penghasilan diterima Dalam Bentuk

Natura/
Uang rupiah Uang asing kenikmatan

Kurs Menteri Harga Pasar/


sesuai dengan
Keuangan yang berlaku Nilai Wajar
yang diterima pada saat pembayaran
penghasilan atau pada
saat dibebankan sebagai
biaya

22
Tidak Termasuk Pengertian Penghasilan
Yang Dipotong PPh Pasal 21
(Pasal 8 PMK No.252/PMK.03/2008 jo. Pasal 8 PER-16/PJ/2016)

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubu-


ngan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa.

Peneriman dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan berbentuk apapun yang


diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah
-- PPh ditanggung pemberi kerja merupakan penerimaan berbentuk kenikmatan
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, Iuran Tunjangan Hari Tua / Iuran Jaminan Hari Tua
kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua/jamsostek, yang dibayar oleh
pemberi kerja.
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan/lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan Pemerintah, atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di indonesia yang diterima
oleh orang pribadi yang berhak dari Lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dgn usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.

Beasiswa yang diterima WNI dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam


negeri pada tingkat pendidikan dasar, menengah & tinggi dengan syarat pemberi
dengan penerima beasiswa tidak mempunyai hubungan Istimewa
23
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Apa Itu?
 PTKP merupakan suatu jumlah/besaran (dalam rupiah)
penghasilan yang diterima oleh WP orang pribadi dalam
negeri yang tidak akan dikenai pajak penghasilan.
 Dengan demikian apabila WP OP DN menerima penghasilan
neto sama besar atau kurang dari PTKP maka atas
penghasilan tersebut tidak dikenai PPh.
 Penyesuaian PTKP dilakukan sejalan dengan:
 Perkembangan dibidang ekonomi dan moneter.
 Meningkatnya harga-harga (inflasi) kebutuhan pokok

24
Jumlah dan Peruntukan PTKP
(PMK No.101/PMK.010/2016)

Rp24.300.000 Rp36.000.000 Rp54.000.000 Untuk diri Wajib Pajak OP

Tambahan untuk
Rp2.025.000 Rp3.000.000 Rp4.500.000
Wajib Pajak yang Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
Rp2.025.000 Rp3.000.000
dan keluarga semenda
Rp4.500.000
dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat,
yang menjadi tanggungan
Sejak 1 Jan Tahun Pajak Tahun Pajak sepenuhnya, paling
2013 2015 2016 banyak 3 orang untuk
setiap keluarga.

 Basis PTKP adalah setahun


25
Anggota Keluarga yang Menjadi
Tanggungan Wajib Pajak

Nama saya Dimas…saya bekerja


sebagai Pegawai PT ABC. Saya
adalah Wajib Pajak orang pribadi

1. Anggota keluarga sedarah garis keturunan lurus (vertikal) dari Dimas:

Anak Kandung, Orang Tua Nenek & Kakek


Anak Angkat (ayah & ibu)
26
Anggota Keluarga yang Menjadi Tanggungan
Wajib Pajak…

2. Anggota keluarga semenda garis keturunan lurus (vertikal) dari Dimas:

Mertua Kakek & Nenek Anak Tiri


Mertua

Pengertian “tanggungan sepenuhnya” adalah:


• tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya
ditanggung oleh Wajib Pajak.
27
Penerapan PTKP
(Pasal 11 ayat (5) & (6) PER-16/PJ/2016)

Besarnya
PTKP

Ditentukan oleh:

Keadaan Wajib Pajak


Keadaan Wajib Pajak
pada
pada
AWAL BULAN DARI
AWAL TAHUN
BAGIAN TAHUN
KALENDER
KALENDER
28
Keadaan WP pada
Awal Tahun Kalender

KEADAAN PADA TANGGAL 1 JANUARI

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2016 seorang pegawai telah


berstatus kawin dengan memiliki seorang anak. Status pegawai
untuk pengurangan PTKP pada tahun 2016 adalah K/1.
Meskipun pada tanggal 2 Januari 2016 anak kedua lahir, status
tersebut tidak berubah. Nanti pada tahun 2017 satus pegawai
untuk mendapatkan pengurangan PTKP berubah menjadi K/2.
Konsep yang sama pula berlaku apabila ada yang meninggal
dunia. Misalnya pada tanggal 2 Januari 2017 anak yang pertama
meninggal dunia karena sakit, namun demikian status pegawai
yang bersangkutan untuk tahun 2017 tetap K/2.

29
Keadaan WP pada Awal Bulan
dari bagian Tahun Kalender

KEADAAN PADA SAAT MENJADI


SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Misalnya seorang karyawan asing baru datang pada


bulan September 2016 dan berniat untuk menetap di
Indonesia lebih dari time test. Penghitungan besarnya
PTKP ditentukan menurut keadaan pada tanggal 1
September 2016.

30
PTKP Karyawati
(Pegawai Tetap Seorang Wanita)
(Pasal 11 ayat (3) & (4) Per 16/PJ/2016)

Kawin,Suami
Tidak tidak
Kawin
Kawin berpenghasilan

1. Diri sendiri;
1. Diri sendiri;
 Diri sendiri 2. Status kawin;
2. Tanggungan
3. Tanggungan
max 3.
max 3.

syarat
menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami
tidak menerima/memperoleh penghasilan 31
PTKP menurut status
Wajib Pajak Orang Pribadi
Tabel berikut ini meringkaskan jumlah PTKP yang telah dihitung berdasarkan
status dari Wajib Pajak orang pribadi Pegawai:

Kode PTKP JUMLAH


TK/0 Rp54.000.000
TK/1 Rp58.500.000
TK/2 Rp63.000.000
TK/3 Rp67.500.000
K/0 Rp58.500.000
K/1 Rp63.000.000
K/2 Rp67.500.000
K/3 Rp72.000.000

32
Saat & Tempat Terutang Pajak
(Pasal 21 PER-16/PJ/2016)

Saat terutang
(untuk setiap masa pajak)

Penerima
penghasilan
Pemotong

Saat dilakukannya akhir bulan dilakukannya


pembayaran (cash basis) pembayaran
atau atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya penghasilan
penghasilan (accrual basis) (setiap masa pajak)

Tempat terutang
Tempat Pemotong terdaftar (KPP Lokasi)
33
Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21
(Pasal 22, 23 PER-32/PJ/2016)

Mendaftarkan diri ke KPP untuk mendapatkan NPWP


(pemotong pajak haruslah Wajib Pajak)
Menghitung, memotong, menyetor dan melapor PPh yang terutang setiap
bulan kalender termasuk laporan penghitungan PPh yang nihil
Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 untuk masing-
masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21
yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau
kertas kerja perhitungan tersebut

Dalam hal terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang pada
suatu bulan, kelebihan tersebut dapat diperhitungkan (kompensasi) dengan
PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui SPTMasa PPh 21

Membuat & memberikan bukti pemotongan pajak pada saat dilakukan


pemotongan pajak, kecuali kepada pegawai tetap dibuat setahun sekali paling
Lama 1 bulan setelah tahun kalender berakhir/ ybs berhenti bekerja

Mengadakan sendiri formulir yang sudah ditetapkan dalam peraturan


Direktur Jenderal Pajak
34
Kewajiban Penerima Penghasilan
yang Dipotong PPh Pasal 21
(Pasal 22 PER-32/PJ/2016)

Membuat surat pernyataan yang berisi jumlah


tanggungan keluarga pada awal tahun kalender
atau pada saat mulai menjadi subjek pajak dalam
negeri sebagai dasar penentu PTKP pada
saat mulai bekerja atau mulai pensiun

Apabila terjadi perubahan tanggungan keluarga,


penerima penghasilan membuat surat pernyataan baru
yang berisi jumlah tanggungan keluarga yang baru
dan menyerahkannya ke pemotong PPh paling
Lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya

35
Ketentuan Khusus
Pemotongan PPh Pasal 21
(Pasal 17 & 18 PER-16/PJ/2016)

1 1. Uang Pesangon 2 Penghasilan bersumber dari


APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

 PP 68 Tahun 2010 jo.  PP 80 Tahun 2010 jo.


 PMK No.16/PMK.03/2010  PMK No.262/PMK.03/2010

BERSIFAT FINAL
36
Reimbursement
Biaya Pengobatan
 Reimbursement  perusahaan melakukan pembayaran
kembali kepada pegawai atas biaya pengobatan/kesehatan
yang telah dikeluarkan.
 Dalam praktek reimbursement biaya pengobatan paling
sering dijumpai.
 Perlakuan pajak atas reimbursement belum memiliki dasar
hukum / aturan pajak.
 Oleh karena tidak ada aturan pajaknya maka Wajib Pajak
harus memahami sifat dasar (nature) dari transaksi
reimbursement untuk menentukan apakah bersifat taxable
income – deductible expense atau tidak berdasarkan
ketentuan PPh.
37
Pihak-Pihak Terkait
dalam Transaksi Reimbursement
• Pegawai
Pihak • Pihak yang ditalangi
Pertama

• Perusahaan
Pihak • Pihak yang menalangi
Kedua

• Rumah Sakit
• Pihak yang membantu terselenggaranya
Pihak kegiatan/pemberian fasilitas dari pihak kedua, bisa
Ketiga
dalam bentuk pemberian jasa maupun material

 Dalam skema transaksi reimbursement biaya pengobatan, transaksi terjadi antara


pihak kedua (perusahaan) dengan pihak ketiga (rumah sakit).
 Pada dasarnya perusahaan memberikan fasilitas (kenikmatan) pada pegawai.
38
Syarat-Syarat
Reimbursement = Benefit in Kind
 Reimbursement biaya pengobatan/kesehatan merupakan penghasilan
bagi pegawai yang dapat digolongkan benefit-in-kind (pemberian dalam
bentuk fasilitas / kenikmatan).
 Namun penggolongan sebagai benefit-in-kind harus memenuhi empat
syarat:
1. Tidak di mark-up / mark-down;
2. Bukti asli diserahkan oleh pegawai kepada penanggung beban atau
biaya pengobatan sebenarnya (pihak ke dua – perusahaan).
3. Bukti asli atas nama perusahaan atau atas nama pegawai q.q.
perusahaan.
4. Diatur dalam kontrak kerja.
 Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka reimbursement dianggap
sebagai penggantian dalam bentuk tunai kepada pegawai.
39
Ilustrasi-1
David seorang pegawai tetap di PT Klabat. Bulan Mei 2014 mengalami kelu-
han diperutnya dan berobat ke RS Advent Manado. Pengobatan tersebut
menghabiskan biaya sebesar Rp5 juta. David kemudian mengajukan
penggantian ke PT Klabat sesuai dengan jumlah yang tertera dalam kuitansi
dari RS Advent Manado. Bagaimana aspek reimbursement tersebut?
 Jumlah biaya pengobatan tidak di mark-up/mark-down telah terpenuhi.
 Bagaimana dengan kuitansi yang diterima? Apakah dibuat atas nama PT
Klabat atau atas nama David?
 Jika kuitansi tertulis “sudah diterima dari PT Klabat untuk pengobatan
David” maka syaratnya terpenuhi.

Pada kasus ini secara substansi yang bertransaksi adalah PT Klabat dengan
RS Advent Manado untuk memberikan fasilitas kesehatan kepada David,
sehingga bagi David hal ini adalah kenikmatan. Bagi David bersifat non-
taxable income, bagi PT Klabat non-deductible expense.
40
Ilustrasi-2
Billy seorang pegawai tetap di PT Klabat. Bulan Juni 2014 mengalami sakit
gigi dan berobat ke drg. Suhartono yang berpraktek di Apotik Re Ra Farma.
Pengobatan tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp200 ribu. Billy kemudi-
an mengajukan penggantian ke PT Klabat sebesar Rp250.000 termasuk bia-
ya transportasi (dan memang PT Klabat memiliki kebijakan menambahkan
Rp50.000 atas setiap kuitansi yang diperoleh dari dokter sebagai biaya
transportasi). Bagaimana aspek reimbursement tersebut?
 Oleh karena penggantian/reimbursement yang diminta/diberikan tidak
sesuai dengan biaya pengobatan yang sesungguhnya (terdapat mark-
up), maka penggantian tersebut substansinya adalah pemberian uang
tunai kepada pegawai.

Pada kasus ini secara substansi pemberian uang tunai merupakan benefit-in-
cash sehingga merupakan objek PPh Pasal 21 bagi Billy.
Bagi Billy bersifat taxable income, bagi PT Klabat deductible expense.
41
Ilustrasi-3
Billy seorang pegawai tetap di PT Klabat. Bulan Juni 2014 mengalami sakit
gigi dan berobat ke drg. Suhartono yang berpraktek di Apotik Re Ra Farma.
Pengobatan tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp200 ribu. Billy kemudi-
an mengajukan penggantian ke PT Klabat dan mendapat penggantian sebe-
sar 75% dari biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp150 ribu. Bagaimana
aspek reimbursement tersebut?
 Penggantian biaya pengobatan tersebut tidak memenuhi syarat material
karena diberikan tidak sesuai dengan biaya sesungguhnya (mark-down).
 Apabila syarat reimbursement tidak terpenuhi, maka perlakuan penggan-
tian pembayaran dari PT Klabat kepada Billy dapat dipersamakan dengan
pemberian tunjangan – seolah-olah perusahaan memberikan uang seba-
gai tambahan kemampuan ekonomis bagi pegawai.
Pada kasus ini pemberian tunjangan tersebut bagi PT Klabat dapat
diperhitungkan sebagai deductible expense, sedangkan bagi Billy bersifat
taxable income (objek PPh Pasal 21)
42
Soal Latihan
1. Tentukan apakah penerima penghasilan berikut ini termasuk pada
golongan Pegawai Tetap; Pegawai Tidak Tetap, Bukan Pegawai;
Peserta Kegiatan; atau Lainnya dalam penghitungan PPh Pasal 21:
a. Taufik Hidayat (pemain bulutangkis nasional) memperoleh fee sebagai
bintang iklan produk Deodorant PT Unilever.
b. Hermawan menerima fee dari Unklab sebagai pembicara seminar
pemasaran yang diselenggarakan untuk mahasiswa.
c. Kale, pelawak ternama SULUT disewa oleh PT Kawanua untuk menjadi
MC acara ulang tahun perusahaan.
d. Daniel, seorang dokter spesialis gigi, menerima bonus uang tunai dari
PT Prodent atas penulisan resep obat selama tahun 2015.
e. Agatha, mahasiswa FEKON Unklab yang magang di PT Bank BNI
dengan menerima uang saku mingguan.  (lanjutan)

43
Soal Latihan…

g. Andry, bekerja diperusahaan rokok kretek Gudang Garam dengan


upah Rp5 per batang yang dia hasilkan per hari.
h. Piput, seorang mantan pegawai PT GIA menerima jasa produksi.
i. Erik, tukang servis AC keliling untuk menservis 10 unit AC kantor milik
PT Klabat yang rusak.
j. Kartika, pegawai tetap PT ABC, ditugaskan oleh perusahaan untuk
mengikuti pertemuan kerja dengan memperoleh uang hadir (perdiem).
k. Donald, mengikuti perlombaan bulutangkis Gudang Garam Open dan
menerima hadiah uang tunai.
l. Ibu Lani, menerima uang JHT suaminya yang telah meninggal.
m. Yuka, seorang dokter spesialis anak yang membuka praktik di Apotik
Re-Ra Farma Airmadidi, menerima bonus uang tunai atas penjualan
obat berdasarkan resep dokter di Apotik tersebut.
44
Soal Latihan…

2. Tentukan apakah natura berikut ini termasuk Objek Pajak, atau


Bukan Objek Pajak:
a. PT Tonaas (perusahaan jasa konstruksi) memberikan kepada
setiap pegawai tetapnya yang bekerja di kantor, masing-
masing satu unit Samsung Galaxy Note.
b. PT Bangun Perkasa (perusahaan jasa konstruksi) memberikan
kepada setiap pegawai konstruksinya, masing-masing helm,
rompi, dan sepatu booth untuk seragam kerja.
c. PT Kawanua Tower (perusahaan persewaan ruangan kantor)
memberikan sembako kepada seluruh karyawannya menjelang
Natal.
d. PT Maesa (perusahaan manufaktur) memberikan kepada setiap
pegawai tetapnya masing-masing satu unit oven cosmos.
45
Soal Latihan…

3. Apakah penghasilan berikut ini dipotong atau tidak dipotong PPh


Pasal 21:
a. Robert, seorang manajer asing (expatriate) yang bekerja 4 tahun di
PT BNI menerima gaji dalam satuan mata uang Dollar Amerika.
b. Alonso, seorang manajer asing (expatriate) yang bekerja 3 bulan di PT
ABC menerima gaji dalam satuan mata uang Dollar Amerika.
c. Brian, seorang pegawai PT Manguni (manufaktur obat nyamuk)
menerima sembako senilai Rp800 ribu pada bulan Desember.
d. Christania, pegawai PT Klabat yang di PHK menerima uang
kompensasi sebesar Rp10 juta.
e. Chiefly, mahasiswa FEKON Unklab menerima Beasiswa Bidik Misi
sebesar Rp6 juta per semester dari DIKTI.

46
Soal Latihan…

4. Apakah pemberi kerja berikut ini pemotong atau bukan


pemotong PPh 21:
a. Kantor Perwakilan WHO di Jakarta.
b. CV Anging Mammiri (produsen minyak angin).
c. UD Bella (toko bahan bangunan milik Clara Bella).
d. Konjen Amerika di Surabaya.
e. KBRI di Washington USA.
f. PT Pertamina (BUMN)
g. Universitas Klabat
h. Panti jompo TOPP (tua, ompong, peot, pikun)
47
Soal Latihan…

5. Apa kode status dan berapa jumlah PTKP tahun 2016 bagi pegawai-pegawai
berikut ini:
a. Susanti telah menikah dan suaminya bekerja, mempunyai tanggungan 2
orang anak kandung dimana anak kedua lahir pada 5 Februari 2016.
b. Sintia telah menikah dan suaminya tidak berpenghasilan (memiliki surat dari
Kecamatan), mempunyai tanggungan 4 orang anak kandung dimana anak
keempat lahir pada 5 Februari 2016?
c. Amran telah menikah dengan tanggungan 2 orang anak kandung dimana
anak kedua lahir pada 5 Februari 2016?
d. Rio telah menikah dengan Susi pada 5 Maret 2016. Anak pertama lahir pada
5 Desember 2016. Rio juga menanggung mertuanya Albert, seorang
pensiunan PNS.
e. Toni telah menikah dengan Sonia pada 1 Januari 2015. Anak pertama lahir
pada 5 Oktober 2015 akan tetapi meninggal pada 10 Januari 2016. Toni
juga menanggung mertuanya Melani.
-ooOoo-
48

Anda mungkin juga menyukai