Anda di halaman 1dari 65

PPH POT

PUT
OLEH : Dr. (Cand). DANNY WIBOWO, MM,
AK., ACPA,
BKP, CMA, CA, CPA, CLI, CFra, CFE, CPA
(Aust)
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
PENGERTIAN

Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan


PEKERJAAN, JASA, dan atau KEGIATAN dalam NAMA dan
dalam BENTUK apapun yang DITERIMA atau DIPEROLEH
wajib pajak ORANG PRIBADI dalam negeri
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan,
dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

SPDN SPLN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Mekanisme Pemotongan PPh Psl 21/26
 Penghasilan
 Bukti Pemotongan:
• 1721 A1/A2
• Bukti Potong Non FInal
• Bukti Potong FInal
Pemberi Penghasilan
Pemotong PPh Pasal 21

Penerima Lapor SPT Masa


Penghasilan
PPh Psl 21 & SSP

KPP
PEMBERI KERJA yang terdiri dari:
a.orang pribadi dan badan;
b.cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang
terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan
atau unit tersebut.

BENDAHARA atau PEMEGANG KAS PEMERINTAH

PEMOTONG
PPh PASAL DANA PENSIUN, BADAN PENYELENGGARA
21/26 JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA dan
BADAN-BADAN LAIN

ORANG PRIBADI yang melakukan


pekerjaan bebasatau
kegiatan usaha serta
yang melakukan pembayaran
BADAN
sehubungan dengan penyerahan jasa

PENYELENGGARA
KEGIATAN
PEMBERI KERJA BUKAN PEMOTONG PPh PASAL 21/26

Kantor Organisasi- Organisasi- Pemberi kerja orang


Perwakilan Organisasi Organisasi pribadi yang tidak
Negara Asing Internasional Internasional yang melakukan kegiatan
sebagaimana ketentuan Pajak usaha atau
dimaksud dalam Penghasilannya pekerjaan bebas
Peraturan Menteri didasarkan pada yang semata-mata
Keuangan yang ketentuan perjanjian memperkerjakan
mengatur mengenai internasional dan orang pribadi untuk
penetapan dalam perjanjian melakukan
Organisasi- internasional tersebut pekerjaan rumah
Organisasi mengecualikan tangga atau
Internasional yang kewajiban pekerjaan bukan
tidak termasuk pemotongan pajak, dalam rangka
subjek Pajak serta organisasi- melakukan kegiatan
Penghasilan organisasi dimaksud usaha atau
telah ditetapkan oleh pekerjaan bebas
Menteri Keuangan
TIDAK bersifat DAPAT
Jenis FINAL DIKREDITKAN
Pemotongan
PPh Pasal 21 TIDAK DAPAT
Bersifat FINAL
DIKREDITKA
N
Penerima Penghasilan Yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26

penerima uang pesangon,


bukan
pegawai pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT,
termasuk ahli warisny a pegawai*
peserta kegiatan (Peserta
perlombaan; Peserta rapat,
anggota dewan
komisaris/pengawas yang mantan konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja;
tidak merangkap sebagai Peserta/anggota kepanitiaan;
pegawai Peserta pendidikan, pelatihan
dan magang; Peserta kegiatan
pegawai lainnya)
Penerima Penghasilan Yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26
bukan pegawai

Tenaga ahli yang Pemain musik, pembawa acara,


melakukan pekerjaan penyanyi, pelawak, bintang film, Penasihat, pengajar,
bebas (pengacara, bintang sinetron, bintang iklan, pelatih,
akuntan, arsitek, dokter,
sutradara, kru film, foto model, Olahragawan penceramah,
peragawan/peragawati, pemain
konsultan, notaris, drama, penari, pemahat, pelukis, penyuluh, dan
penilai, dan aktuaris) dan seniman lainnya
moderator

Pengarang, Pemberi jasa dalam Pengawas atau


peneliti, Agen iklan
dan segala bidang pengelola proyek
penerjemah

Pembawa pesanan Distributor perusahaan


atau yang menemukan Petugas penjaja Petugas dinas luar MLM atau direct
langganan atau yang barang dagangan asuransi selling dan kegiatan
menjadi perantara sejenis lainnya
Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong
PPh Pasal 21
1. perwakila diplomatik dan konsulat atau pejabat
Pejabat n
dari negara asing, dan orang- lain yang
orang
mereka yang bekerja pada dan tinggal bersama
diperbantukan kepada
bertempat mereka,
dengan syarat:
a. bukan warga negara Indonesia,

b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain


di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta

c. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.


2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dengan syarat:

a. bukan warga negara Indonesia,

b. tidak menjalankan usaha atau ata pekerjaa lain


kegiatan u n
untuk memperoleh penghasilan dari
Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal
21/26
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.

Termasuk: Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Nilai Uang Sebagai Dasar
Penentuan besarnya penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
Penghasilan yang Tidak Dikenakan
PPh Pasal 21/26

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi


kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi
kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf l UU PPh
PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Selisih antara PPh yang


Neto yang akan diterima terutang atas seluruh
selama setahun, penghasilan kena pajak
Penghasilan teratur selama setahun dengan
sebulan dikali 12 PPh yang telah
dipotong masa-masa
sebelumnya
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12
Bulan

Tidak
Disetahunkan
Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal 1. WP OP DN mulai bekerja


dunia atau meninggalkan pada tahun berjalan;
Indonesia selamanya;
2. WP OP DN pindah kerja
2. Orang asing mulai
ke pemberi kerja yang
bekerja di Indonesia
lain
pada tahun berjalan
untuk jangka waktu lebih
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun
2. Iuran pensiun, THT/JHT atau Rp200.000 perbulan
yang dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PTKP:
(PMK 101/PMK.010/2016)

Rp54.000.000,00 Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,00 Tambahan utk WP


Kawin
Tambaha untuk setiap
n anggota keluarga
semenda dalam sedarah
Rp4.500.000,00
keturunan lurus serta garis
anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


Kalender atau awal bulan dari bagian tahun kelender
PTKP Karyawati

Tidak
Kawin
Kawin

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tari
f

Sampai dengan Rp 50 juta


5%

Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta


15%

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta 30%


PPh Pasal 21:
Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt sebulan

Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari

PPh Pasal 21 Sebulan


Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan
Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto) (50 % x Ph Bruto)


-
PTKP sebulan, (50 % x Ph Bruto)
Dihitung secara
Dihitung secara kumulatif
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
Bukan Pegawai …

Dalam hal Bukan Pegawai:

mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan


bruto = jumlah pembayaran setelah dikurangi bagian gaji atau upah dari pegawai yang
dipekerjakan,
kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji atau upah
dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto tersebut
adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;

melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto
hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak
dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya
penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material atau barang
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan


Bruto
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal
17 UU
PPh

Penghasilan
Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang


bersifat utuh dan tidak dipecah
TETAP Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 450 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(> 4,5 jt s.d. 10,2 jt)
– PTKP Harian

Ph BRUTO(> 10,2 jt) – PTKP

PENSIUNAN Ph NETO - PTKP


BERKALA

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif


PEGAWAI

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI Ph Bruto Kumulatif

PESERTA KEGIATAN
Ph Bruto
Penerima Penghasilan Tidak ber-
NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam
PPh Pasal 21 bulan-
SPT Tahunan
bulan selanjutnya
PPh

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Ketentuan Khusus

1. Uang Pesangon Penghasilan bersumber dari


APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus Pensiunannya

PP 68 Tahun PP 80 Tahun
2009 2010
PPh Pasal 26

Tarif Pasal
26:
20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong


akhir bulan dilaku-
Saat dilakukannya
kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya
Contoh Soal 1
• Pegawai Tetap Penghasilan Teratur
Pak Eko bekerja di PT ABC sejak tahun 2015 dengan
status menikah dengan tanggungan anak 2 (dua)
orang, memperoleh gaji sebagai berikut:

Gaji Pokok Rp25.000.000


Tunjangan Transport Rp5.000.000
Tunjangan Makan Rp6.000.000
Tunjangan Jabatan Rp7.000.000
Tunjangan Rumah Rp8.000.000

PT ABC bekerja sama dengan BPJS dengan rincian sbb:


JKK 0,3%; JK 0,24%; JHT 3,7%; JP 2%; BPJS Kesehatan
4%. Regulasi terkait iuran tsb adalah yg dibayar PT
ABC dengan ketentuan tambahan batasan maksimum dasar
hitungan iuran pekerja

penerima upah untuk JP:Rp8.512.400 dan BPJS


Kesehatan:Rp8.000.000, atas iuran dari gaji
pokok ditambah tunjangan tetap. Adapun pak Eko
sbg karyawan membayar tambahan iuran BPJS
melalui pemotongan gaji oleh PT ABC sebesar:
JHT 2%; JP 1%; BPJS Kesehatan 1%.
Hitung PPh Pasal 21 Masa Januari 2019!
Gaji Pokok 25.000.000
Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 51.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 153.000
Jaminan Kematian 0,24% 122.400
BPJS Kesehatan 4% 320.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 595.400
Penghasilan Bruto 51.595.400
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 51.000.000 2% 1.020.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 85.124
Jumlah Pengurang 1.605.124
Penghasilan Neto 1 bulan 49.990.276
Penghasilan Neto 1 tahun 599.883.312
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 532.383.312
Pembulatan 532.383.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 32.383.000 9.714.900
PPh Terutang 104.714.900
PPh Pasal 21 masa Januari 2019 (104.714.900/12) 8.726.242
Contoh Soal 2
Pegawai Tetap dengan Penghasilan Tidak Teratur
Sama dengan contoh seperti pada soal nomor 1.
Namun ada tambahan informasi yaitu pak Eko pada
bulan Juni 2019 memperoleh THR sebesar
Rp51.000.000.

Hitung PPh Pasal 21 Masa Juni 2019!


1. Penghasilan dari Gaji dan Tunjangan (teratur)
Gaji Pokok 25.000.000
Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 51.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 153.000
0,30%
Jaminan Kematian 122.400
0,24%
BPJS Kesehatan 320.000
4%
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 595.400
Penghasilan Bruto 51.595.400
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 51.000.000 2% 1.020.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 85.124
Jumlah Pengurang 1.605.124
Penghasilan Neto 1 bulan 49.990.276
Penghasilan Neto 1 tahun 599.883.312
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 532.383.312
Pembulatan 532.383.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
2. Penghasilan dari Gaji, Tunjangan, dan THR (teratur dan tidak teratur)

Gaji Pokok 25.000.000


Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 51.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 153.000
Jaminan Kematian 0,24% 122.400
BPJS Kesehatan 4% 320.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 595.400
Penghasilan Bruto 51.595.400
Penghasilan Bruto 1 tahun 619.144.800
Tunjangan Hari Raya 51.000.000
Penghasilan Bruto dan THR 670.144.800
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 670.144.800 = 33.507.240
Maksimal 6.000.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 612.000.000 (51.000.000 x 12) 2% 12.240.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 102.148.800 (8.512.400 x 12) 1% 1.021.488
Jumlah Pengurang 19.261.488
Penghasilan Neto 1 tahun 650.883.312
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 583.383.312
Pembulatan 583.383.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 32.383.000 25.014.900
PPh Terutang 120.014.900
PPh Pasal 21 atas THR 15.300.000
PPh Pasal 21 masa Juni 2019 (Gaji dan THR) 24.026.242
Contoh Soal 3
• Pegawai Tetap berhenti bekerja di pertengahan
tahun
Sama dengan contoh seperti pada soal nomor 1.
Namun ada tambahan informasi yaitu pak Eko pada
bulan Mei 2019 berhenti bekerja

Hitung PPh Pasal 21 Masa Mei 2019!


PPh Pasal 21 Terutang masa Januari 2019 s.d. April 2019
Gaji Pokok 25.000.000
Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 51.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 153.000
Jaminan Kematian 0,24% 122.400
BPJS Kesehatan 4% 320.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja

595.400
Penghasilan Bruto 51.595.400
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 51.000.000 2% 1.020.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 85.124
Jumlah Pengurang

1.605.124
Penghasilan Neto 1 bulan 49.990.276
Penghasilan Neto 1 tahun 599.883.312
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak

67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 532.383.312
Pembulatan 532.383.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
PPh Pasal 21 untuk masa Mei 2019
Gaji Pokok 125.000.000
Tunjangan Transport 25.000.000
Tunjangan Makan 30.000.000
Tunjangan Jabatan 35.000.000
Tunjangan Rumah 40.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 255.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 765.000
Jaminan Kematian 0,24% 612.000
BPJS Kesehatan 4% 1.600.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 2.977.000
Penghasilan Bruto 257.977.000
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 2.500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 51.000.000 2% 5.100.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 425.620
Jumlah Pengurang 8.025.620
Penghasilan Neto 1 tahun 249.951.380
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000

Penghasilan Kena Pajak 182.451.380


Pembulatan 182.451.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 132.451.000 19.867.650
PPh Terutang 22.367.650
PPh Pasal 21 Januari s.d. April 2019 34.904.967
PPh Pasal 21 Lebih Potong (12.537.317)
Atas kelebihan potong ini dibayarkan ke pak Eko pada saat berhenti bekerja
yaitu pada masa Mei 2019
Contoh Soal 4
• Pegawai Tetap bekerja di pertengahan
mulai tahun
Sama dengan contoh seperti pada soal nomor 1.
Namun ada tambahan informasi pak
mulai bekerja pada bulan Maret 2019
yaitu Eko

Hitung PPh Pasal 21 Masa Maret 2019!


Gaji Pokok 25.000.000
Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 51.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 153.000
Jaminan Kematian 0,24% 122.400
BPJS Kesehatan 4% 320.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 595.400
Penghasilan Bruto 51.595.400
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 51.000.000 2% 1.020.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 85.124
Jumlah Pengurang 1.605.124
Penghasilan Neto 1 bulan 49.990.276
Penghasilan Neto 1 tahun 499.902.760
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 432.402.760
Pembulatan 432.402.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 182.402.000 45.600.500
PPh Terutang 78.100.500
PPh Pasal 21 masa Januari 2019 (78.100.500/10) 7.810.050
Contoh Soal 5
• Pegawai Tetap yang mana atas kewajiban pajak subjektifnya
sebagai Subjek Pajak dalam negeri dimulai setelah
permulaan dan mulai bekerja pada
berjalan tahun pajak tahun
Mr Exo baru bekerja di PT ABC pada bulan Mei 2019, bekerja
di Indonesia dengan durasi kontrak 01 Mei 2019 s.d. 31
Desember 2020 dengan status menikah dengan tanggungan anak
2 (dua) orang, memperoleh gaji sebagai berikut:
Gaji Pokok Rp125.000.000
Tunjangan Transport Rp5.000.000
Tunjangan Makan Rp6.000.000
Tunjangan Jabatan Rp7.000.000
Tunjangan Rumah Rp8.000.000
PT ABC bekerja sama dengan BPJS dengan rincian sbb: JKK
0,3%; JK 0,24%; JHT 3,7%; JP 2%; BPJS Kesehatan 4%.
Regulasi terkait iuran tsb adalah yg dibayar PT ABC dengan
ketentuan tambahan batasan maksimum dasar hitungan iuran
pekerja penerima upah untuk JP:Rp8.512.400 dan
Kesehatan:Rp8.000.000, atas iuran dari gaji pokok ditambah
BPJS
tunjangan tetap. Adapun pak Eko sbg karyawan membayar
tambahan iuran BPJS melalui pemotongan gaji oleh PT ABC
sebesar: JHT 2%; JP 1%; BPJS Kesehatan 1%.
Hitung PPh Pasal 21 Masa Mei 2019!
Gaji Pokok 125.000.000
Tunjangan Transport 5.000.000
Tunjangan Makan 6.000.000
Tunjangan Jabatan 7.000.000
Tunjangan Rumah 8.000.000
Gaji dan Tunjangan tetap 151.000.000
Jaminan Kecelakaan Kerja 0,30% 453.000
Jaminan Kematian 0,24% 362.400
BPJS Kesehatan 4% 320.000
Jumlah BPJS dibayar pemberi kerja 1.135.400
Penghasilan Bruto 152.135.400
Pengurang:
Biaya Jabatan:
5% x 51.595.400 = 2.579.770
Maksimal 500.000
JHT (dibayar karyawan)
2% x 151.000.000 2% 3.020.000
JP (dibayar karyawan)
1% x 8.512.400 1% 85.124
Jumlah Pengurang 3.605.124
Penghasilan Neto 1 bulan 148.530.276
Penghasilan Neto 8 bulan (8 X 148.530.276) 1.188.242.208
Penghasilan Neto disetahunkan (12/8 X 1.188.242.208) 1.782.363.312
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)
Diri Sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
2 Tanggungan 9.000.000
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 1.714.863.312
Pembulatan 1.714.863.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 1.214.863.000 364.458.900
PPh Terutang 459.458.900
PPh Pasal 21 setahun (459.458.900 x 8/12) 306.305.933
PPh Pasal 21 masa Mei 2019 (306.305.933/8) 38.288.242
Contoh Soal 6
• Pegawai Tidak Tetap
Edo memiliki NPWP bekerja di PT PQR dengan upah
harian sebesar Rp300.000 selama lima hari kerja di
bulan Mei 2019.
Hitung PPh Pasal 21 Masa Mei 2019!

Upah harian 300.000


Total upah 300.000 x 5 1.500.0
00
PPh Pasal 21 Edo adalah sebagai berikut:
Upah harian 300.000
Batasan tidak kena pajak 450.000
Upah harian kena pajak nihil
Contoh Soal 7
• Pegawai Tidak Tetap
Edo memiliki NPWP, menikah anak 1 bekerja di PT PQR
dengan upah harian sebesar Rp500.000 selama 21 hari
kerja di bulan Mei 2019.
Hitung PPh Pasal 21 Masa Mei 2019!
Hari ke 1 s.d. 9 Hari ke 11 s.d. 20
Upah harian 500.000
Upah harian 500.000
Batasan tidak kena pajak Upah
PTKP harian 67.500.000 / 360
harian kena pajak
PPh Pasal 21 5% x 50.000 450.000 Upah harian kena
PPh Pasal 21 9 hari 50.000 pajak
PPh Pasal 21 5% x 187.500
2.500 312.500 312.500
Hari ke 10 Hari ke 21
Upah harian 500.000
22.500 Upah harian akumulasi 21 10.500.000
Akumulasi 10 hari 5.000.000 15.625
hari Upah harian 126.000.00
Akumulasi sudah melebihi Rp4.500.000 sehingga PPh
akumulasi dikali 12 PTKP 0
Pasal 21 adalah sebagai berikut: setahun
PPh 5% x 67.500.000
Upah harian 500.000 terutang 50.000.000 58.500.000
PTKP harian 67.500.000/360 2.500.000
Jumlah PPh 15% x
Upah harian kena pajak
187.500 terutang 8.500.000
PPh Pasal 21 5% x 312.500 1.275.000
PPh Pasal 21 10 hari 312.500
156.250 PPh Pasal 21 masa Mei 314.583
15.625 2019 3.775.000
PPh Pasal 21 hari 1-9
10 133.750 PPh Pasal
PPh 21 hari
Pasal 21 hari 1 s.d. 20 2.08
22.500 312.5003
21
Penghitungan PPh Pasal 21 terhutang

Atas uang Pesangon


Sumber : PMK -16/PMK.03/2010
Per - 16/PJ/2016
Definisi

Pesangon
Definis Pesangon menurut KBBI adalah
uang yang diberikan sebagai bekal kepada karyawan (pekerja dsb) yang diberhentikan dari
pekerjaan dalam rangka pengurangan tenaga kerja. Atau
Sejumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan yang terkena pemutusan
hubungan kerja

Definis Pesangon menurut PMK 16/PMK.03/2010 adalah :


Uang Pesangon adalah Penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola
Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
PPh Pasal 21 atas
Pesangon

PPh Pasal 21 atas Pesangon


Pengenaan PPh Pasal 21 bagi pegawai atas uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan secara sekaligus, diatur
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan khusus mengenai hal dimaksud.
(Pasal 18 Per 16/PJ/2016)

Dibayar sekaligus Dipotong PPh Pasal 21 final


(atau bertahap dalam Dihitung menurut PMK
2 tahun) 16/PMK.03/2010

Uang
Pesangon

Tidak dibayar sekaligus Dipotong PPh Pasal tidak final


Tarif pasal 17 UU PPh
PPh Pasal 21 atas
Pesangon

PPh Pasal 21 atas Pesangon


Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari
Tua yang dibayarkan sekaligus, dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 yang bersifat final.
(Pasal 2 PMK 16/PMK.03/2010)

Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari


Tua, atau Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap
dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.


Tarif PPh Pasal 21 atas
pesangon

Tarif PPh Pasal 21 atas Uang Pesangon


(Pasal 3 PMK 16/PMK.03/2010)

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon:


1.sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah);
2.sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
3.sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan bruto di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
4.sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 di atas diterapkan atas jumlah kumulatif Uang Pesangon yang
dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.
Contoh penghitungan

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas pesangon dan manfaat pensiun


Pirman Nurjaman bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. Asgar Manah sejak tahun 1980. PT. Asgar Manah telah
mengikutkan program pensiun untuk seluruh pegawainya dengan membentuk Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pada
bulan Januari 2010, Pirman Nurjaman terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menerima pembayaran Uang Pesangon
sebesar Rp 600.000.000,00 dari PT. Asgar Manah.
Selain itu, Pirman Nurjaman berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp 300.000.000,00 dari Dana Pensiun PT. Asgar
Manah. Pirman Nurjaman meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun sebesar 20% dari manfaat pensiun dan
sisanya (80% dari manfaat pensiun) dibayarkan secara bulanan. Dana pensiun PT. Asgar Manah membayarkan Uang
Manfaat Pensiun yang dibayarkan sekaligus sebesar 20% x Rp 300.000.000,00 = Rp 60.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon :


0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 400.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 (+)
Jumlah = Rp 87.500.000,00

 Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara
sekaligus :
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5% x Rp 10.000.000,00 = Rp 500.000,00 (+)
JumlahRp 500.000,00
Contoh penghitungan

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas pesangon yang dibayarkan secara bertahap
Apabila PT. Asgar Manah melakukan pembayaran Uang Pesangon kepada Pirman Nurjaman secara bertahap dengan
jadwal pembayaran sebagai berikut :
a. Bulan Januari 2010 Rp 240.000.000,00
b. Bulan Januari 2011 Rp 120.000.000,00
c. Bulan Juli 2011 Rp 120.000.000,00 d. Bulan Januari 2012 :
d. Bulan Januari 2012 Rp 120.000.000,00 Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah memasuki
tahun ketiga maka tarif PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon
maka Penghitungan PPh Pasal 21 yang yang dibayarkan pada bulan Januari 2012 adalah Tarif Pasal
terutang : 17 ayat (1) huruf a Undang- Undang Pajak Penghasilan dan
a. 0% x Bulan
Rp 50.000.000,00
Januari 2010 : = Rp 0,00 pemotongan PPh 21 pada bulan Januari 2012. tidak bersifat
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 Final.
15% x Rp 140.000.000,00 = Rp 21.000.000,00 (+)
Rp 23.500.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bulan Januari 2012 :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
b. Bulan Januari 2011 : 15% x Rp 70.000.000,00 = Rp 10.500.000,00 (+)
15% x Rp 120.000.000,00 = Rp 18.000.000,00 Jumlah = Rp 13.000.000,00

c. Bulan Juli 2011 :


15% x Rp 120.000.000 = Rp. 18.000.000,00
LATIHAN SOAL
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa
1
anak, memperoleh gaji sebulan Rp8.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti
program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari
Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar
iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT
Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.PT Candra
Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp200.000,00, sedangkan Bambang Eko membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 Bambang Eko adalah?
2 Tanti Agustin adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa
anak, bekerja pada PT Dharma Utama dengan gaji sebulan sebesar
Rp8.500.000,00. Tanti Agustin membayar iuran pensiun ke dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar
Rp50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemerintah
Daerah (Pemda) tempat Tanti Agustin berdomisili yang diserahkan kepada
pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan
apapun. Selain menerima pembayaran gaji juga menerima pembayaran
atas lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal
21 Tanti adalah
Nando pada Januari tahun 2019 bekerja pada perusahaan PT Jaya
3
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000,00 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00. Nando menikah tetapi
belum mempunyai anak. Kemudian pada Bulan Juni 2019 Nando
menerima kenaikan gaji, menjadi Rp6.750.000,00 sebulan dan berlaku
surut sejak Januari 2019. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku
surut tersebut maka Nando menerima Rapel sejumlah Rp5.000.000,00
(selisih gaji yang seharusnya diterima untuk masa Januari s.d. Mei
2019). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut,
terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d.
Mei 2019 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan
demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah
4 Indradi pada tahun 2019 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan
PT Rejo Indonusa dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar
Rp250.000,00. Indradi kawin dan mempunyai seorang anak. PT Rejo
Indonusa masuk program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan
0,30% dari gaji. PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Indradi membayar iuran
pensiun Rp35.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
Hitung PPh Pasal 21 yang terhutang ( 1 bulan = 26 hari ) !
Karyawati Shanaya Aqeela (tidak kawin) bekerja pada PT Prabu Kedaton
5
dengan memperoleh gaji sebesar 5.000.000,00 sebulan. Perusahaan ikut
dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
dan premi Jaminan Kematian dan iuran Jaminan Hari Tua dibayar oleh
pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan
3,70% dari gaji. Shanaya Aqeela membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00
dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan.
Pada bulan April 2019 Shanaya Aqeela memperoleh bonus sebesar
Rp6.000.000,00 Berapa PPh Pasal 21 Terhutang !
6 Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 125.000,00 per buah TV
dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp3.000.000,00. Hitung PPh 21!

7 Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar


Rp950.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari. Hitung PPh 21 !

8 Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah


harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2019 Bagus Hermanto
hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah Rp250.000,00. Bagus
Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak. Hitung PPh 21 !
9 Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2019 telah
berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2019
Victoria Endah menerima jasa produksi tahun 2018 dari PT Fajar Wisesa
sebesar Rp55.000.000,00 Hitung PPh Pasal 21 !

9 Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media Primatama, yang bukan


sebagai pegawai tetap. Dalam tahun 2019, yaitu bulan Desember 2019
menerima honorarium sebesar Rp 60.000.000,00, Hitung PPh Pasal 21 !
10 dr. Samudera Putra, Sp.OG merupakan dokter spesialis kebidanan
dan kandungan terkenal yang melakukan praktik di Rumah Sakit
Harapan Ibu dan Anak dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa
dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak
rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr.
Samudera Putra, Sp.OG pada setiap akhir bulan. dr. Samudera
Putra, Sp.OG telah memiliki NPWP, jasa dokter yang dibayarkan
pasien dari praktik dr. Samudera Putra, Sp.OG di Rumah Sakit
Harapan Ibu dan Anak adalah sebagai berikut
Bulan Jasa Dokter yang dibayar Pasien
(Rupiah)
Januari 45.000.000,00
Februari 49.000.000,00
Maret 47.000.000,00
April 40.000.000,00
Mei 44.000.000,00 HITUNG PPh PASAL 21
Juni 52.000.000,00
Juli 40.000.000,00
Agustus 35.000.000,00
September 45.000.000,00
Oktober 44.000.000,00
November 43.000.000,00
Desember 40.000.000,00
Jumlah 524.000.000,00
Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya
11
Kurnia dengan fee sebesar Rp5.000,000,00

12 Toga Marolop Simanjuntak adalah seorang pengacara. Dalam menangani


sebuah kasus, Toga Marolop Simanjuntak mendapatkan fee sebesar
Rp450.000.000,00 dari PT Manis Manja

13 Dedy Efriliansyah melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya


dengan imbalan Rp 10.000.000,00. Dedy Efriliansyah mempergunakan tenaga
5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp
180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan
pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu, Dedy Efriliansyah membeli spare
part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp 1.000.000,00
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai