Anda di halaman 1dari 25

TEORI AKTIVITAS BELAJAR

DAN PEMBELAJARAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan salah satu kunci utama dalam mencapai tujuan


pendidikan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berlangsung
secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai suatu tujuan. Menurut
Sagala penbelajaran adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam
mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu
kurikulum. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen
pembelajaran tersebut antara lain guru dan siswa.

Guru merupakan yang paling bertanggung jawab untuk melaksanakan


pembelajaran di kelas. Baik tidaknya proses pembelajaran disuatu kelas
tergantung kepada kemampuan guru dalam melakukan pengajaran secara
professional. Berhasilnya atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan guru
dapat dilihat dari sudut proses dan sudut hasil yang dicapai.

Materi yang diajarkan sekolah dasar terbagi atas beberapa disiplin ilmu.
Salah satu bidang ilmu yang diajarkan di sekolah dasar adalah Matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tingkat keberhasilan
dari sudut hasil masih kurang. Banyak ditemui di lapangan siswa harus
mendapat nilai kecil pada mata pelajaran ini, siswa malas menyelesaikan
tugas-tugas mata pelajaran matematika dengan alasan tidak mengerti dan
sulit ataupun disaat proses pembelajaran keluar masuk kelas serta
melaksanakan aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran
matematika.

Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk menekan pada konsep


matematika, penataan nalar dan pembentukan sikap, kemampuan
memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan serta memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan untuk mengubah
tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa terlihat pada akhir
pembelajaran dan diharapkan perubahan itu mengarah pada hasil belajar.

Aktivitas belajar itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk


mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau
hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan
apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu
untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar
aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor
yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak
manusia itu sendiri. Belajar hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan
sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara
yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius sesuai
yang dikutip Hisyam Zaini. Dia mengatakan: Apa yang saya dengar saya
lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan apa yang saya lakukan saya
faham.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dengan adanya


aktifitas belajar yang baik maka siswa akan belajar lebih aktif dan pada
akhirnya hasil belajar dapat dicapai secara maksimal. Untuk itu keaktifan
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, terutama pada mata pelajaran
Matematika.

Hal ini sangat sejalan yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik bahwa
penggunaan asas aktifitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena
:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami


sendiri,
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral,
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa,
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis,
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru,
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis dan
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.

Oemar Hamalik mengemukakan kemampuan-kemampuan yang selama ini


harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. misalnya
kemampuannya dalam: 1) merencanakan pembelajaran dan merumuskan
tujuan, 2) mengelola kegiatan individu, 3) menggunakan multi metode, dan
memanfaatkan media, 4) berkomunikasi interaktif dengan baik, 5)
memotivasi dan memberikan respons, 6) melibatkan siswa dalam aktivitas,
7) mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa, 8) melaksanakan dan
mengelola pembelajaran, 9) menguasai materi pelajaran, 10) memperbaiki
dan mengevaluasi pembelajaran, 11) memberikan bimbingan, berinteraksi
dengan sejawat dan bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) mampu
melaksanakan penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu


hal ini dapat menciptakan suasana aktif dalam proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pengunaan metode pembelajaran yang tepat. Untuk itu,
dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penerapan strategi
pembelajaran berdiri dan berhitung untuk meningkatkan aktivitas belajar
Matematika siswa III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru.

Adapun indikator aktivitas belajar menurut Djamarah antara lain adalah

1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
4. Menulis atau mencatat
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan
7. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper atau kertas keja
9. Mengingat
10. Berfikir
11. Latihan atau praktek.

Namun berdasarkan pengamatan peneliti di MI Al-Fattaah Kecamatan Lima


Puluh Pekanbaru masih ditemui gejala-gejala di kelas III pada pelajaran
Matematika sebagai berikut:

1. Dalam aktivitas mendengarkan, siswa kurang aktif mendengarkan


penjelasan guru
2. Dalam aktifitas memandang, siswa kurang mau memandang ke depan
3. Siswa kurang aktif menulis atau mencatat
4. Siswa kurang aktif membaca
5. Siswa kurang rajin membuat ikhtisar atau ringkasan
6. Siswa kurang aktif mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan
7. Siswa masih lemah dalam mengingat
8. Siswa kurang aktif berfikir
9. Dalam mengerjakan latihan atau praktek, siswa masih belum maksimal

Berdasarkan gejala-gejala di atas, dapat dikatakan bahwa aktifitas belajar


siswa dalam proses pembelajaran Matematika cenderung rendah. Untuk itu,
melalui penelitian ini penulis berusaha untuk memperbaiki aktifitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Dari permasalahan diketahui bahwa
siswa dianggap kurang aktif, kurang memperhatikan pelajaran yang
dijelaskan guru, lamban dalam menjawab apa yang ditanyakan guru,
bahkan tidak terjawab dan kemampuan siswa dalam menganalisis, hal ini
sangat sesuai dengan strategi yang dipilih penulis. Salah satu usaha untuk
memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan
strategi pembelajaran Berdiri dan berhitung. Kelebihan strategi tersebut
adalah, bahwa strategi berdiri sambil berhitung dapat meningkatkan
keaktifan siswa.

Sebagaimana dijelaskan oleh Melvin, bahwa strategi pembelajaran berdiri


dan berhitung merupakan cara cepat untuk memperkenalkan sesama peserta
terutama di kelas yang besar. Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung
dapat meningkatkan keaktifan siswa, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran yang agak rumit seperti matematika.

Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan
sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran melalui
strategi berdiri dan berhitung dengan judul “Penerapan strategi
pembelajaran Berdiri dan Berhitung untuk meningkatkan aktivitas belajar
Matematika siswa III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah apakah Penerapan strategi pembelajaran Berdiri dan
Berhitung dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa III MI
Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru?

C. Defenisi Istilah

1. Aktivitas adalah kegiatan: kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan di tiap bagian Yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
2. Belajar adalah merupakan intraksi individu terhadap lingkungannya.
Pendapat mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
3. Aktifitas belajar adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan di tiap bagian dalam suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku.
4. Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat
untuk memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Report this ad

Tujuan dalam penelitian ini yaitu: meningkatkan aktivitas belajar


Matematika Siswa Kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh
Pekanbaru dengan menggunakan strategi pembelajaran Berdiri dan
Berhitung.

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:


1. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran


Matematika pada khususnya, dan semua mata pelajaran pada umumnya.

2) Memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

2. Bagi Guru

1) Memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi guru dalam


kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran melalui
Penggunaan strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2) Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu strategi tambahan


serta bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan dalam


menentukan kebijakan tentang strategi pembelajaran yang cocok untuk
mata pelajaran Matematika di berbagai jenjang pendidikan umumnya,
khususnya di sekolah dasar.

4. Bagi Peneliti

1) Menambah pengetahuan khususnya tentang model-model atau


teknik-teknik pembelajaran yang baru.

2) Sebagai landasan dalam melakukan penelitian dengan objek


penelitian yang lebih luas.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoretis

1. Aktivitas Belajar

a) Pengertian

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
dipahami bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku pada diri sendiri
berkat adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Sedangkan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru


dengan sedemikian rupa agar menciptakan:

1. Peserta didik aktif bertanya,


2. Mempertanyakan, dan
3. Mengemukakan gagasan.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengagn aktif, berarti mereka
mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan
otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang adala
dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut
serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga
melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana
yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasir, atau hanya menerima dari
guru, ada kecenderungagn untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh
sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat infomrasi yang baru
saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat
informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian?
Karena salah satu factor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah
factor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan
indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar
seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-
kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius.
Dia mengatakan: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat,
apa yang saya lakukan, saya paham.

Menurut Agus Suprijono, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang harus


menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses
aktif dari si pembelajaran dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran
aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik.
Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dalam mengkonfrontif ide itu
dengan dunia ralitas yang dihadapinya.

b) Komponen-Komponen Aktifitas Belajar

Menurut Rahmayulis aktivitas mencakup aktivitas jasmani dan rohani.


Kegiatan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Paul B. Diedrich meliputi :

1. Visual activities
2. Oral activities
3. Listening aktivities
4. Writing activities
5. Drawing activities
6. Motor activities
7. Mental aktivities
8. Emotional activities

1. membaca
2. memperhatikan gambar
3. demontrasi
4. percobaan

1. menyatakan
2. merumuskan
3. bertanya
4. memberi saran
5. mengeluarkan pendapat
6. interviu
7. diskusi dan sebagainya

1. mendengarkan uraian
2. percakapan diskusi
3. musik
4. pidato
5. ceramah dan sebagainya.

1. menulis cerita
2. karangan
3. laporan
4. angket
5. menyalin dan sebagainya.

1. Mengambarkan
2. membuat grafik
3. peta dan sebagainya.
1. melakukan percobaan
2. membuat kontruksi
3. model mereparasi
4. bermain
5. berkebun
6. memelihara bintang dan sebagainya.

1. Menangkap
2. Mengingat
3. memecahkan soal
4. menganalisis
5. mengambil keputusan dan sebagainya.

1. menaruh minat
2. gembira
3. berani
4. tenang
5. gugup
6. kagum dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang terdiri dari
aktivitas jasmani dan rohani menyangkut aktivitas atau kegiatan siswa dalam
belajar sebagaimana kegiatan siswa pada umumnya, yaitu aktivitas visual,
oral, mendengarkan, mencatat, menggambar, bergerak, mental dan aktivitas
emosional.

Lebih lanjut dapat dijelaskan indikator keaktifan siswa dalam proses


pembelajaran adalah :

1. Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari


dan memberikan informasi.
2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun
kepada siswa lainnya.
3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang
disampaikan oleh guru atau siswa lain.
4. Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang
dilakukan guru.
5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil
pekerjaannya, sekaligus memperbiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan
yang belum sempurna.
6. Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.
7. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada
disekitarnya secara optimal.

Dapat disimpulkan indikator keaktifan siswa yang dikemukakan oleh


Sudjana meliputi siswa lebih banyak mencari informasi tentang pelajaran,
memecahkan permasalahan sendiri serta membuat ringkasan pelajar dengan
bahasa sendiri yang dipahaminya.

Bertolak dari beberapa teori tentang aktivitas di atas, Djamarah


mengemukakan aktivitas belajar mencakup beberapa aspek yaitu :

1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
4. Menulis atau mencatat
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan
7. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper atau kertas keja
9. Mengingat
10. Berfikir
11. Latihan atau praktek.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang terdiri dari
aktivitas jasmani dan rohani, menyangkut aktivitas atau kegiatan siswa dalam
belajar sebagaimana kegiatan siswa pada umumnya, yaitu aktivitas visual,
oral, mendengarkan, mencatat, menggambar, bergerak, mental dan aktivitas
emosional.

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pada diri seseorang,


menurut Ngalim Purwanto terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang
belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis (psikhis).

a) Aspek Fisik (Fisiologis)

Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan
mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak rendah.
Keadaan sakit pada pisik/tubuh mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat,
mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar
dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya.

b) Aspek Psikhis (Psikologi)

Menurut Sardiman A.M, sedikitnya ada delapan faktor psikologis yang


mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor itu
adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan
motif. Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Perhatian

Perhatian adalah keaktipan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik
didalam maupun di luar dirinya. Makin sempurna perhatian yang menyertai
aktivitas maka akan semakin sukseslah aktivitas belajar itu. Oleh karena itu, guru
seharusnya selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya agar aktivitas
belajar mereka turut berhasil.

(2) Pengamatan

Pengamatan adalah cara mengenal duia riil, baik dirinya sendiri maupun
lingkungan dengan segenap panca indera. Karena fungsi pengamatan sangat
sentral, maka alat-alat pengamatan yaitu panca indera perlu mendapatkan
perhatian yang optimal dari pendidik, sebab tidak berfungsinya panca indera akan
berakibat terhadap jalannya usaha pendidikan pada anak didik. Panca indera
dibutuhkan dalam melakukan aktivitas belajar .

(3) Tanggapan

Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek yang
telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika
prosese pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.

(4) Fantasi

Fantasi adalah sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk membentuk


tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi
manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau
ke depan, keadaan-keadaan yang akan mendatang. Dengan pantasi ini, maka
dalam belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena dididik untuk
memahami diri atau pihak lain.

(5) Ingatan

Ingatan (memori) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan


memproduksi kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur dalam perbuatan ingatan, ialah :
menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Dengan adanya
kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa
manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang
pernah dialami.

(6) Bakat

Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan
dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia
yang merupakan struktur mental yang melahirkan :kemampuan” untuk
memahami sesuatu. Kemampuan itu menyangkut: achievement, capacity dan
aptitude (Sardiman, 2008:46).

(7) Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian,
mensintesis dan menarik kesimpulan.

(8) Motif

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Apabila aktivitas
belajar itu didorong oleh suatu motif dari dalam diri siswa, maka keberhasilan
belajar itu akan mudah diraih dalam waktu yang relative tidak cukup lama.

1. Faktor Eksternal

Menurut Ngalim Purwanto, faktor eksternal terdiri atas: 1), keadaan keluarga, 2)
guru dan cara mengajar 3), alat-alat pelajaran, 4) motivasi sosial, dan 5)
lingkungan serta kesempatan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:

a) keadaan keluarga

Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal (sekolah) sebelumnya telah


mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga. Di keluargalah setiap orang
pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan
keluarga, suasana di lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik, keadaan
ekonomi, hubungan antar anaggota keluarga, pengertian orang tua terhadap
pendidikan anak dan hal-hal laainnya di dalam keluarga turut memberikan
karakteristik tertentu dan mengakibatkan aktif dan pasifnya anak dalam
mengikuti kegiatan tertentu.

b) guru dan cara mengajar

Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti kegiatan


belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya, seperti
bagaimana guru menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan temannya dan
lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar.

c) alat-alat pelajaran

Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan
guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak-anak.

d) motivasi sosial

Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar tanggung jawab


sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan lingkungan masyarakat
atau bersumber pada lingkungan alam. Oleh karena itu corak hidup suatu
lingkungan masyarakat tertentu dapat mendorong seseorang untuk aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar atau sebaliknya.
e) lingkungan dan kesempatan

Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan belajar


siswa, misalnya jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh, sehingga
memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan
siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya
pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negative serta factor-
faktor lain terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini
lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.

Aktifitas belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si
subjek belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor
yang mempengaruhinya itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi
faktor intern (dalam diri) si subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar diri) si
subjek belajar.

Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak


jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
Kadang-kadang belajar. Yang termasuk dalam faktor intern seperti, faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Kadang-kadangkan faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga
faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah (organisasi) dan faktor masyarakat.

D. Strategi Pembelajaran Berdiri dan Berhitung

a. Pengertian

Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk


memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar. Kelebihan strategi
tersebut adalah, bahwa strategi berdiri sambil berhitung dapat meningkatkan
keaktifan siswa.

Sebagaimana dijelaskan oleh Melvin, bahwa strategi pembelajaran berdiri dan


berhitung merupakan cara cepat untuk memperkenalkan sesama peserta terutama
di kelas yang besar. Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung dapat
meningkatkan keaktifan siswa, khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang
agak rumit seperti matematika.

B. Langkah-Langkah Pelaksanaan

Langkah-langkah Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung sebagai


berikut:

1) Guru menjelaskan tentang materi pembelajaran


2) Guru memberikan apersepsi dan motivasi

3) Jelaskan kepada peserta bahwa anda ingin mengadakan sebuah


survey cepat, untuk membantu semua peserta mengenal “siapa yang ada di
sini hari ini?”

4) Mintalah kepada peserta untuk beridri dan berhitung jika pernyataan


yang anda buat berlaku untuk mereka

5) Kembangkan pernyataan-pernyataan yang akan menjadi minat


berdasarkan kategori-kategori seperti

1. Jabatan (“Berdirilah jika anda adalah seorang supervisor utama”)


2. Status (“Berdirilah jika anda adalah seorang baru di perusahaan ini.”)
3. Lokasi (“Berdirilah jika anda pernah tinggal di luar Negara ini.”)
4. Pengalaman (“Berdirilah jika anda baru-baru ini bertemu seseorang yang
terkenal.”)
5. Keyakinana (“Berdirilah jika anda yakin bahwa pelanggan selalu benar.”)
6. Opini (“Berdirilah jika anda piker bahwa program-program pelatihan memiliki
dampak yang kecil setelah program tersebut selesai.”)
7. Pilihan (“Berdirilah jika anda lebih memilih telepon dibandingkan e-
mail.”)Prioritas (“Berdirilah jika anda piker bahwa penting menghabiskanlebih
banyak waktu untuk mempertahankan jumlah pegawai dari pada mengembangkan
produk.”)
8. Hobi (“Berdirilah jika andamemiliki hobi memainkansebuah alat music.”)
9. Bakat (“Berdirilah jika anda mahir menggunakan excel.”)

Gunakan lima sampai dua puluh pertanyaan. Tetap berada dalam satu
kategori atau campurkanlah kategori diatas. Lakukan apapun yang
mungkin menarik minat para peserta anda. Kegiatan tersebut akan berjalan
dengan sangat baik jika sebagian dari pernyataan anda berlaku pada
hamper seluruh peserta dan sebagian berlaku pada sebagian kecil peserta.
Mungkin juga akan berakhir dengan seluruh audiens berdiri, seperti.
“Berdirilah jika anda hidup!” atau “Berdirilah jika anda senangmelakukan
latihan ini.”

C. Hubungan Strategi Pembelajaran Berdiri dan Berhitung dengan Peningkatan


Aktivitas Belajar

Menurut Melvin strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan


cara cepat untuk memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang
besar. Artinya, pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan
pembelajaran yang menitikberatkan fokusnya pada proses pembelajaran.
Jika dalam pembelajaran siswa aktif, diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajarnya.

Hal tersebut sangat dimungkinkan karena metode atau strategi


pembelajaran ini menekankan siswa pada percobaan-percobaan secara
langsung. Selain itu siswa diajak untuk memahami teori dengan cara
melakukan/merasakan langsung dan secara pribadi. Dengan mengalami
secara langsung maka siswa diajarkan untuk dapat berpikir secara lebih
kritis. Sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran akan semakin
kompleks, yaitu mereka mendapatkan ilmu pengetahuan, mereka
mendapatkan rasa senang, dan mereka juga dapat menerapkannya secara
langsung di lapangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada kaitan ataupun hubungan
yang sangat erat antara strategi pembelajaran berdiri dan berhitung dengan
aktivitas belajar siswa, dimana berdiri dan berhitung sebagai upaya-upaya
atau cara yang dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu
aktivitas belajar yang optimal.

A. Kerangka Berpikir

Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk


memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar. Dengan
demikian siswa diajak bukan hanya memahami teori (teoritis) tetapi juga
diajari untuk melakukan/merasakan langsung. Dengan mengalami secara
langsung maka siswa diajarkan untuk dapat berpikir secara lebih kritis dari
temuan-temuan yang mereka dapatkan.

Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung memungkinkan siswa untuk


berpikir aktif, kreatif serta dinamis. Siswa belajar mempraktekkan teori-
teori yang mereka dapatkan selama pembelajaran berlangsung di ruang
kelas. Pada kenyataannya, pembelajaran matematika di SD masih
cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan atau latihan-
latihan dari guru. Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan
siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Guru
hanya menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah dan
meminimalkan keterlibatan siswa. Siswa diberi pertanyaan yang lebih
cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan kemudian
menyimpulkan sendiri hasil percobaan jarang dilakukan oleh guru.

Siswa dianggap kurang aktif, kurang memperhatikan pelajaran yang


dijelaskan guru, lamban dalam menjawab apa yang ditanyakan guru,
bahkan tidak terjawab dan kemampuan siswa dalam menganalisis, hal ini
sangat sesuai dengan strategi yang dipilih penulis. Salah satu usaha untuk
memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan
strategi pembelajaran Berdiri dan berhitung. Kelebihan strategi tersebut
adalah, bahwa strategi berdiri sambil berhitung dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Melvin, bahwa strategi
pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk
memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar.
Siswa yang aktif dalam belajar, merupakan siswa yang mendapatkan modal
pertama untuk meraih tujuan pembelajaran, yaitu mendapatkan hasil yang
baik dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa melalui strategi pembelajaran berdiri dan berhitung akan dapat
meningkatkan aktifitas belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran
Matematika.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh A. Hamid dari
UIN Suska Riau tahun 2011 dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Belajar
Pendidikan Agama Islam Melalui strategi pembelajaran Berdiri dan
Berhitung materi Membaca Ayat-ayat Pendek Al-Qur’an pada Siswa Kelas
VI Sekolah Dasar Negeri 009 Siak Kecamatan Siak Kabupaten Siak”.
Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan berjudul: Penerapan strategi
pembelajaran Berdiri dan Berhitung untuk meningkatkan aktivitas belajar
Matematika siswa III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru.

Dari dua judul di atas, terdapat kesamaan yaitu, sama-sama penerapkan


Strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung dalam proses pembelajaran,
sama-sama meningkatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan perbedaannya
terletak pada mata pelajaran, kelas, yaitu jika penelitian A.Hamid pada
kelas IV maka penelitian yang dilakukan oleh peneliti berada di kelas III,
selain itu juga tempat penelitian yang juga berbeda. Adapun hasil peneltian
yang dilakuan oleh A.Hamid adalah diperoleh hasil penelitian dengan
aktivitas siswa pada siklus III rata-rata sebesar 72% dengan kategori baik.

C. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan kriteria-kriteria yang ditetapkan sebagai


dasar penilaian apakah aktivitas ataupun tindakan telah berhasil dilakukan
atau tidak. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator
kinerja guru dan siswa, serta hasil belajar.

1. Indikator aktivitas guru

1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa anda ingin mengadakan sebuah


survey cepat, untuk membantu semua peserta mengenal “siapa yang ada di
sini hari ini?”
2. Guru meminta siswa untuk beridri dan berhitung
3. Guru mengembangkan pernyataan-pernyataan yang akan menjadi
minat berdasarkan kategori-kategori seperti

1) Jabatan (“Berdirilah jika anda adalah seorang supervisor utama”)

2) Status (“Berdirilah jika anda adalah seorang baru di perusahaan


ini.”)
3) Lokasi (“Berdirilah jika anda pernah tinggal di luar Negara ini.”)

4) Pengalaman (“Berdirilah jika anda baru-baru ini bertemu


seseorang yang terkenal.”)

5) Keyakinan (“Berdirilah jika anda yakin bahwa pelanggan selalu


benar.”)

6) Opini (“Berdirilah jika anda piker bahwa program-program


pelatihan memiliki dampak yang kecil setelah program tersebut selesai.”)

7) Pilihan (“Berdirilah jika anda lebih memilih telepon


dibandingkan e-mail.”) Prioritas (“Berdirilah jika anda piker bahwa penting
menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempertahankan jumlah pegawai
dari pada mengembangkan produk.”)

8) Hobi (“Berdirilah jika anda memiliki hobi memainkan sebuah


alat musik.”)

9) Bakat (“Berdirilah jika anda mahir menggunakan excel.”)

1. Guru menggunakan lima sampai dua puluh pertanyaan.


2. Indikator aktivitas siswa

Untuk lembaran observasi aktivitas siswa dinilai berdasarkan indikator berikut ini:

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama


2. Siswa aktif bertanya
3. Siswa mempertanyakan
4. Siswa mengemukakan gagasan
5. Indikator Hasil

Indikator kinerja guru merupakan aktivitas-aktivitas guru yang akan dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan strategi pembelajaran berdiri dan berhitung
minimal mendapatkan persentase ketercapaian dari seluruh indikator sebesar 80% atau paling
kurang berada pada kategori ‘baik’

Indikator kinerja siswa juga dianggap berhasil dengan menggunakan strategi pembelajara
berdiri dan berhitung minimal mendapatkan persentase ketercapaian dari seluruh indikator
sebesar 80% atau paling kurang berada pada kategori ‘baik’.

1. E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dibuat untuk menjawab perumusan masalah penelitian, adapun hipotesis
tindakan dalam penelitan ini adalah, melalui Penerapan strategi pembelajaran Berdiri dan
Berhitung dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas III MI Al-Fattaah
Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. A. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru serta siswa kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima
Puluh Pekanbaru dengan siswa sebanyak 15 orang. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
meningkatkan aktivitas belajar Matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran
berdiri dan berhitung.

1. B. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh
Pekanbaru dengan siswa sebanyak 15 orang, tahun pelajaran 2013-2014.

1. C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classrom based action
research), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Peneliti dalam
penelitian ini sebagai pelaksana penelitian, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor
hasil penelitian.

Rancangan penelitian dilakukan dengan 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 2


kali pertemuan dan siklus kedua juga dilaksanakan dengan 2 kali, pertemuan, sehingga ada 4
kali pertemuan dalam dua siklus.

20

Siklus penelitian tindakan kelas dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar. 1

Alur Pelaksanaan Tindakan

1. 2.
2. 3.
3. 4.
4. 5.
5. 6.
6. 7.
7. 8.
8. 9.
9. 10.
10. 11.
11. 12.
12. 13.
13. 14.
14. 15.

Agar penelitian tindakan kelas ini berhasil dengan baik tanpa hambatan yang mengganggu
kelancaran penelitian, peneliti menyusun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian
tindakan kelas, yaitu:

1. Tahap perencanaan
2. Mempersiapkan bahan pelajaran.

Sebelum strategi pembelajaran berdiri dan berhitung diterapkan maka guru perlu
mempersiapkan terlebih dahulu materi pelajaran.

1. Menetapkan jumlah siklus.

Peneliti merencanakan penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus saja, dimana dalam
setiap siklusnya tersebut terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan.

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari :

1) Menyiapkan RPP

2) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru.

3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

4) Meminta kesediaan salah satu guru untuk menjadi observer.

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan merujuk pada langkah-langkah yang tertuang dalam RPP, adapun
tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa anda ingin mengadakan sebuah survey cepat,
untuk membantu semua peserta mengenal “siapa yang ada di sini hari ini?”
2. Guru meminta siswa untuk beridri dan berhitung
3. Guru mengembangkan pernyataan-pernyataan yang akan menjadi minat berdasarkan
kategori-kategori seperti

1) Jabatan (“Berdirilah jika anda adalah seorang supervisor utama”)

2) Status (“Berdirilah jika anda adalah seorang baru di perusahaan ini.”)

3) Lokasi (“Berdirilah jika anda pernah tinggal di luar Negara ini.”)

4) Pengalaman (“Berdirilah jika anda baru-baru ini bertemu seseorang yang


terkenal.”)

5) Keyakinana (“Berdirilah jika anda yakin bahwa pelanggan selalu benar.”)

6) Opini (“Berdirilah jika anda piker bahwa program-program pelatihan memiliki


dampak yang kecil setelah program tersebut selesai.”)

7) Pilihan (“Berdirilah jika anda lebih memilih telepon dibandingkan e-


mail.”)Prioritas (“Berdirilah jika anda piker bahwa penting menghabiskanlebih banyak waktu
untuk mempertahankan jumlah pegawai dari pada mengembangkan produk.”)

8) Hobi (“Berdirilah jika andamemiliki hobi memainkansebuah alat musik.”)

9) Bakat (“Berdirilah jika anda mahir menggunakan excel.”)

1. Guru menggunakan lima sampai dua puluh pertanyaan.


2. Observasi

Dalam pelaksanaan penelitian ini juga melibatkan observer atau pengamat. Tugas dari
observer tersebut adalah untuk melihat atau mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Hal
ini dilakukan untuk memberi masukan dan pendapat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan, sehingga masukan-masukan dari pengamat dapat digunakan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Pengamatan ditujukan untuk melihat aktivitas guru dan siswa
ketika proses pembelajaran.

1. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, dari hasil observasi
guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi guru dan murid selama
pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi dapat dilakukandengan langkah sebagai berikut:

a) Memperhatikan hasil yang telah dicapai

b) Mengkomunikasikan dengan observer


c) Membuat langkah perbaikan selanjutnya

1. E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data di lapangan penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yaitu meningkatkan aktivitas belajar


Matematika melalui strategi pembelajaran berdiri dan berhitung. Adapun prosedur observasi
adalah sebagai berikut:

a) Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.

b) Pengamat tinggal memberikan tanda cek (√) pada kolom yang dikehendaki pada format
tersebut.

1. Dokumentasi

Mengumpulkan informasi dan data yang diperoleh dari sekolah. Baik itu data mengenai
jumlah siswa, perkembangannya selama proses belajar mengajar berlangsung maupun nilai
yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah digunakan strategi pembelajaran berdiri dan
berhitung dalam mengajar. Adapun prosedur dokumentasi adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi dokumen sumber yang akan digunakan.

b) Menggambarkan bagaimana dokumen-dokumen di buat, diproses dan digunakan.

c) Menambahkan catatan yang akan memberikan keterangan mengenai suatu simbol atau
kegiatan contohnya foto.

1. F. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan melihat aktiviatas guru dan aktivitas siswa. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dilakukan
untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
menggunakan metode point of view. Observasi dilakukan dengan kolaboratif, yaitu dibantu
dengan teman sejawat. Setelah data terkumpul melalui observasi, data tersebut diolah dengan
menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

Keterangan:

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya


N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka persentase

100% = Bilangan Tetap

Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil penelitian yaitu keaktifan siswa, maka
dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria berikut:

1. 86 – 100 “Baik Sekali”


2. 71 – 85 “Baik”
3. 56 – 70 “Cukup”
4. 41 – 55 “Kurang”
5. < 40 “Sangat Kurang”

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. 2009

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa undonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005


Depddikbud. Buku Laporan Pendidikan SD. Jakarta: Depdikbud. 2011

Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,


Pekanbaru: Zanafa, 2008

Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani CTSD, Edisi Revisi, Yogyakarta,
2008

Jurnal Teknologi Pendidikan, Padang: Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2008

Melvin L. Silberman, Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka
Insani Madani, 2009

Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2008

Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru 1989

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda. 2004

Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalamulia, 2002

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2011,

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta. 2003

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 2008

[1] Jurnal Teknologi Pendidikan, Padang: Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2008,
hal. 57

[2] Ibid, hal. 58

[3] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani CTSD, Edisi Revisi,
Yogyakarta, 2008, hal. xiv

[4] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda. 2004. hlm 175

[5] Ibid, hlm 117

[6] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, h. 38-45

[7] Melvin L. Silberman. Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insani Madani, 2009, hal. 1

[8] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa undonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 23

[9] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. 2009, hlm. 12

[10] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta.2003
hlm 2

[11] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008, hlm. 14

[12] Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,
Pekanbaru: Zanafa, 2008, hlm.11

[13] Hisyam Zaini, dkk, Pembelajaran Aktif, Jakarta: CTSD, 2011, hlm. XVI

[14] Ibid., hlm. XVII

[15] Agus Suprijono, Cooperative Learning, Jakarta: CTSD, 2010, hlm. x

[16] Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalamulia, 2002, hlm 35


[17] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara,
2008, hlm. 138

[18] Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru 1989), h.
110

[19] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, h. 38-45

[20] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004, hlm. 107

[21] Ngalim Purwanto, Op cit, hlm. 107

[22] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008, hlm. 45

[23] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 145

[24] Sardiman, Op cit, hlm. 45

[25] Abu Ahmadi, Op cit, hlm. 64

[26] Ibid., hlm. 78

[27] Ibid., hlm. 70

[28] Ibid., hlm. 46

[29] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004, hlm. 102-106

[30] Slameto, Op.Cit, h. 54-60

[31] Melvin L. Silbermen, Op.Cit, hal. 1

[32] Melvin L. Silberman. Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insani Madani, 2009, hal. 1

[33]Ibid. hal. 1

[34] Melvin L. Silberman. Aktive Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insani Madani, 2009, hal. 1

[35] A. Hamid, Meningkatkan Aktivitas Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui strategi
pembelajaran Berdiri dan Berhitung materi Membaca Ayat-ayat Pendek Al-Qur’an pada
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 009 Siak Kecamatan Siak Kabupaten Siak, Pekanbaru:
UIN Suska Riau, 2011.

[36] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 16

[37] Ibid.
[38] Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004).
h 43

[39] Depddikbud. Buku Laporan Pendidikan SD. (Jakarta: Depdikbud. 2011), h. 2

Anda mungkin juga menyukai